Catatan Gantyo

Masa Depan Media Cetak, Tugas Mahasiswa dan Penulisan Feature

0 261
MENURUT Anda, sampai kapan surat kabar di Indonesia bisa bertahan hidup? Itulah pertanyaan yang saya ajukan kepada mahasiswa sebagai pemancing diskusi di kelas.

Jawaban dan argumentasi setiap mahasiswa berbeda. Ada yang mengatakan eksistensi media cetak, terutama surat kabar di Indonesia, masih akan mampu bertahan 20 tahun lagi. Ada pula yang mengatakan, koran di negeri ini masih bisa eksis 10 tahun lagi. Yang lain bilang usia surat kabar di negeri yang masyarakatnya berbudaya baca rendah ini masih sanggup bertahan lima tahun lagi.

Saya kemudian iseng melakukan survai di kelas. Mereka saya tanya satu per satu, apakah di rumah ada surat kabar yang dilangganani? Sebagian besar (95%) mahasiswa menjawab di rumah sudah tidak ada lagi koran. Mereka membaca berita dan mendapatkan informasi dari media online dan televisi.

Apa pun faktanya, banyak perguruan tinggi komunikasi yang sampai sekarang mengajarkan mata kuliah media massa dengan beragam nama, seperti manajemen media massa, manajemen bidang media, komunikasi media cetak, editing-produksi media cetak, dan manajemen media cetak.

Salahkah perguruan tinggi tersebut karena tidak mengikuti perkembangan zaman? Tidak, sebab “ilmu” media massa cetak dan turunannya merupakan dasar pengetahuan “ilmu-ilmu” lain media massa (radio, televisi dan online).

Konkretnya, jika mahasiswa belajar manajemen media massa cetak, termasuk di dalamnya mata kuliah penulisan berita, bahasa Indonesia jurnalistik, organisasi media massa (cetak), penulisan feature, dan sebagainya, maka mereka akan mudah memahami pengetahuan media online, radio, dan televisi. Dengan begitu, mereka kelak tidak gamang saat mempraktikkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di kampus di dunia kerja.

Oleh sebab itulah, saya tetap minta kepada mahasiswa agar tetap bersemangat dalam belajar media cetak, entah itu manajemen, maupun pengetahuan lain yang nantinya bakal dipraktikkan di dunia media non-cetak.

Cepat atau lambat, media massa cetak memang bakal menjadi masa lalu. Berbagai media cetak yang selama ini eksis di Eropa telah gulung tikar. Di Amerika Serikat, gejala bahwa sinar industri surat kabar bakal semakin redup sudah tercium sejak 10 tahun lalu. 

Walter Isaacson, wartawan Majalah TIME, dalam laporannya yang termuat pada edisi 2 Maret 2009, mengupas soal situasi darurat surat kabar Amerika Serikat menyusul krisis keuangan negara itu sejak 2007 lalu.

Dalam karya jurnalistiknya bertajuk How to Save Your Newspaper, ia mengungkapkan krisis surat kabar tengah melanda negeri Paman Sam yang ditengarai dengan semakin merosotnya oplah koran yang diikuti dengan pemutusan hubungan kerja atas ratusan, bahkan ribuan pekerja. 

Solusi atas krisis itu, banyak industri media cetak yang beralih ke online seperti yang dilakukan The Christian Science Monitor. Surat kabar The Rocky Mountain News — ini koran tertua di Colorado, Amerika Serikat –, menerbitkan edisi perpisahan pada 27 Februari 2009. Koran ini terbit pertama kali tahun 1859. 

Bukan cuma itu, sejumlah perusahaan media raksasa di negeri tersebut juga mengajukan pailit. Tribune Co, setelah dilanda “tsunami” keuangan, mengajukan pailit awal Desember 2008. Padahal, perusahaan itu punya penerbitan lain, di antaranya suratkabar The Los Angeles Times, The Chicago Tribune, dan The Sun of Bultimore.

Meskipun minat baca masyarakat Indonesia rendah, industri media massa cetak di negeri ini sampai sekarang tetap eksis. Sampai sedemikian jauh, saya belum mendengar ada perusahaan surat kabar yang bangkrut dan mem-PHK para pekerjanya. Kalau pun ada media cetak yang tutup, berdasarkan informasi yang saya peroleh, lebih banyak disebabkan kesalahan manajemen atau konflik intern pimpinan.

Guna mengantisipasi peristiwa yang tidak diinginkan, hampir semua perusahaan media cetak di Indonesia kini punya edisi online, bahkan ada sejumlah media cetak yang membisniskan edisi cetaknya dalam bentuk e-paper dan berbayar (Kompas dan Tempo), sementara yang lain menggratiskannya.

Diversifikasi yang dilakukan industri media cetak di sini membuktikan bahwa mereka tidak ingin mati. Karena ingin tetap eksis, banyak di antaranya yang melakukan konvergensi media dengan mendirikan stasiun radio, bahkan televisi (MNC Group, Media Group, Kompas Gramedia dan Grup Viva).

Diakui atau tidak, dunia media di Indonesia sekarang ini sedang naik daun seiring dengan semangat kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk menyebarluaskan informasi yang diperoleh kepada sesama. Semangat berjunalistik pun semakin tinggi. Lihai bercitizen journalism pun menjadi sebuah pilihan, bahkan keharusan. Mahir menulis produk jurnalistik seperti feature misalnya menjadi sebuah kewajaran.

Lihai berkomunikasi lewat tulisan (bahasa) selayaknya dimiliki para mahasiswa komunikasi, sebab kemampuan ini tak lekang oleh zaman. Kemampuan ini tetap aktual dan berguna di mana dan kapan pun.

Dilatarbelakangi kenyataan itulah dalam mata kuliah manajemen media cetak, saya tetap memberikan tugas kepada para mahasiswa untuk membuat produk media cetak, seperti tabloid, surat kabar dan majalah.

Majalah hasil tugas mahasiswa
Saya minta mereka membuat produk media cetak tersebut secara berkelompok, sehingga para mahasiswa bisa mempraktikkan bagaimana melakukan perencanaan, pengorganisasian (berkoordinasi), penggerakan (action-kerja), pengawasan (mengevaluasi bagaimana dan seperti apa hasil kerja mereka).

Selain belajar menerapkan ilmu manajemen, melalui tugas membuat produk media cetak, saya juga mengajak para mahasiswa bagaimana mengelola konten dan mengelompokkannya dalam rubrikasi, melakukan editing, menulis berita/feature, dan menilai layak tidaknya sebuah karya jurnalistik dimuat dalam sebuah media cetak.

Melalui tugas kelompok itu, saya juga mengajak mahasiswa mempraktikkan ilmu desain media cetak (layout), bagaimana memilih jenis dan besar huruf; memilih garis berikut besar kecilnya; pemilihan dan penempatan foto, grafis, dan elemen-elemen pendukung tata letak lainnya. Mahasiswa tetap harus sadar bahwa setiap elemen apa pun dalam produk media cetak mempunyai makna dan mengandung pesan komunikasi.

Lewat tugas membuat produk media cetak, saya mengajak mahasiswa untuk menyadari bahwa dalam industri media cetak, semua bidang harus saling bersinergi. Wartawan boleh saja bangga mendapatkan berita bagus, tapi jika karya jurnalistiknya tidak didukung dengan tampilan (layout) yang bagus di halaman surat kabar atau majalah, maka karya jurnalistiknya bisa saja akan terasa hambar.

Hasil tugas membuat produksi media cetak (majalah) yang diserahkan ke saya, menurut saya, sudah lumayan-lah untuk ukuran mahasiswa. Catatan saya untuk hasil tugas mereka adalah:

1. Perencanaan isi belum matang, sebab masih ada halaman yang hanya diisi foto tanpa keterangan (caption). 

2. Pemilihan jenis huruf dan ukuran huruf untuk judul tulisan belum seragam.

3. Tugas dan pengerjaan konten dan layout belum dikoordinasikan antarbagian dengan baik (masih berjalan sendiri-sendiri). Pemimpin kelompok tidak melakukan pengawasan (controlling) sebagaimana seharusnya.

4. Kolom untuk naskah belum seragam, begitu pula boks untuk penempatan berita (tulisan). Teks menempel di garis boks. Jika semua anggota kelompok saling mengontrol, kasus seperti ini (kemungkinan) tidak akan terjadi.

5. Editing naskah juga masih lemah, terbukti masih kolom naskah yang bagian bawahnya kosong.

6. Editing foto juga lemah, sehingga ukuran foto yang dilayout tidak seimbang. Ada pula halaman yang dilayout tanpa foto dan naskah dilayout layaknya mengetik naskah di atas kertas A-4.


Penulisan Feature

Sebagian besar isi (karya jurnalistik) dalam majalah berbentuk feature. Feature adalah karangan khas yang dasar pijakannya adalah fakta peristiwa atau pendapat. Karena merupakan karya jurnalistik, maka bahasa dalam feature harus komunikatif, berlogika dan taat pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Mahasiswa yang saya dampingi menulis feature memang sudah memahami makna feature, namun belum semuanya mampu menulis feature menggunakan bahasa yang baik dan benar. Oleh sebab itulah saya merasa perlu melatih mereka secara terus menerus dengan memberikan tugas mingguan.

Berikut contoh kesalahan berbahasa yang dilakukan para mahasiswa dalam menulis feature:

1. Hany melakukan pemijatan setiap satu minggu sekali itu rutin setiap minggunya. Hany biasa memijat di ibu-ibu yang bisa dipanggil kerumah yang sudah langganan oleh Hany.

2. Pada prinsip bahwa setiap bagian tubuh, seperti organ dan kelenjar, diwakili oleh titik-titik saraf pada permukaan tubuh. Organ-organ dan kelenjar-kelenjar ini dapat dicapai dengan menekan titik-titik saraf tersebut.

3. Hany pernah bekerja sebagai resepsionis di salah satu spa di Jakarta dari tahun 2007-2013 yaitu di PT. Puri Group dengan pusatnya di daerah kelapa gading sekarang sudah ada 12 cabang.

4. Teman kita yang bernama Hany Lestiyana memiliki hobi yang sangat unik yaitu senang dipijat. Yang dimana setiap orang pastinya akan senang dipijat pada saat pegal. Hany yang sebelumnya pernah bekerja di spa gajah mada, yang dimana disitu memulai dia suka dipijat.

5. Hawa panas namun menyegerkan yang menyambut kami di Tanjung Lesung membuka mata saya, betapa indahnya ciptaanmu Tuhan.

6. Kartini memperjuangkan agar kemerdekaan Indonesia dapat dinikmati oleh seluruh lapisan tanpa membeda-bedakan ras, suku termasuk jenis kelamin.

7. Hari ini matahari terasa begitu terik tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu dihiasi dengan rintik-rintik hujan. Tepat sekali sepertinya rencana untuk bepergian di hari ini.

8. Sebagai sebuah negara, Indonesia memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata yang menarik diberbagai daerah. Selain tempat wisata, setiap daerah juga memiliki makanan yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

9. Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut.

10. Kota Serang sendiri terkenal akan makanannya, khususnya makanan yang sering kita jumpai adalah Sate Bandeng, tapi sate bandeng yang satu ini berbeda dengan yang lain biasanya banyak orang tidak menyukai ikan bandeng karena memiliki banyak tulang jadi orang-orang sulit untuk memakannya, tapi sate bandeng yang satu ini tidak memiliki tulang dan tidak usah takut untuk memakannya.

Halo para mahasiswa. Silakan baca baik-baik 10 kalimat feature di atas. Semoga Anda sependapat dengan saya bahwa contoh ke-10 kalimat di atas sulit dipahami karena ditulis tidak mengindahkan tata bahasa. Ada pula kalimat yang ditulis panjang lebar, seharusnya bisa dipecah menjadi beberapa kalimat. Cobalah Anda berpikir lebih sederhana.

Saya tahu apa yang Anda maksud. Kalimat-kalimat di atas akan lebih komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh siapa pun apabila disederhanakan sebagai berikut:

1. Hany rutin pijat seminggu sekali. Hany biasa memanggil tukang pijat, seorang ibu, ke rumah. Ibu ini sudah menjadi  langganan Hany.

2. Pada prinsipnya setiap tubuh manusia, pada organ-organ tertentu terutama di permukaan kulit memiliki titik-titik saraf. Jika titik-titik saraf tersebut ditekan melalui pijatan, maka orang yang dipijat akan merasakan nikmat. 

3. Hany pernah bekerja sebagai resepsionis salah satu spa di Jakarta sejak tahun 2007-2013. Tempat spa ini milik PT Puri Group yang kantor pusatnya di daerah Kelapa Gading, Jakarta Utara. Spa yang dikelola perusahaan itu sekarang telah memiliki 12 cabang.

4. Teman kita, Hany Lestiyana, punya hobi yang sangat unik, yaitu senang dipijat. Setiap orang pasti suka dipijat, apalagi jika badannya sedang pegal. Sebelumnya Hany pernah bekerja di sebuah spa di bilangan Jl Gajah Mada, Jakarta Barat. Dari tempat inilah Hany merasakan enaknya dipijat dan akhirnya menjadi hobi.

5. Udara panas namun menyegarkan menyambut kami setibanya kami di Tanjung Lesung. Semua itu membuka mata saya, betapa indahnya ciptaan Tuhan.

6. Kartini berjuang agar kemerdekaan Indonesia dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat negeri ini tanpa membeda-bedakan ras, suku, bahkan jenis kelamin.

7. Hari ini sinar matahari terasa begitu menyengat, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu dihiasi dengan rintik-rintik hujan. Hari yang tepat untuk merencanakan bepergian.

8. Berbagai daerah di Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Selain objek wisata, setiap daerah juga punya makanan  khas yang menjadi ciri dari daerah tersebut.

9. Ia punya keinginan keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak. Ia ingin buah hatinya memperoleh ilmu yang kelak bisa digunakan untuk menunjang hidupnya saat bekerja. Itulah harapan besarnya. Ia rindu  cita-cita mulianya itu terwujud.

10. Kota Serang terkenal dengan makanan khasnya, yaitu sate bandeng. Lazimnya, banyak orang enggan makan bandeng karena ikan ini banyak tulangnya, sehingga sulit dimakan. Tetapi, sate bandeng yang satu ini berbeda dengan bandeng di tempat lain.  Bandeng khas Serang yang disate ini tidak memiliki tulang.  Jadi Anda tak perlu takut untuk memakannya.

Silakan bandingkan contoh 10 kalimat asli mahasiswa dengan 10 kalimat yang telah saya edit atau perbaiki (berwarna kuning) Terasa beda, bukan? Gampang, kok, menulis feature menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berpikirlah sederhana. Sering-seringlah menggunakan kalimat aktif, dan yang pasti sering-seringlah berlatih menulis. Tulislah apa pun yang Anda pikirkan, apa pun yang Anda lihat dan menarik untuk diketahui orang lain. Sering-seringlah membaca Editorial Media Indonesia dan Majalah Tempo.

Media untuk menyalurkan apa yang kita pikirkan dan ingin sampaikan kepada orang lain sekarang ada di sekitar kita, bahkan ada di genggaman tangan kita. Untuk mengetik, di era sekarang, kita tidak perlu harus duduk dulu di depan laptop, tapi bisa langsung memanfaatkan HP kita. Modal kita hanya kemauan. Ya, kemauanlah yang akan membentuk pribadi kita.

Untuk menjadi “wartawan”, kita tidak perlu harus bekerja di media massa. Media sosial bisa kita manfaatkan sebagai “koran” atau “majalah” kita. Youtube bisa kita manfaatkan sebagai stasiun televisi kita untuk menyalurkan berita/informasi.

Jadilah pelaku citizen journalism. Jadilah seorang jurnalis warga. Berbagilah pengetahuan dan informasi kepada sesama manusia. Gunakanlah bahasa kita, bahasa Indonesia. Selamat belajar dan berlatih.[]






Leave A Reply

Your email address will not be published.