DALAM kelas editing dan produksi media cetak di kampus Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, pekan lalu, saya memberikan tugas kepada mahasiswa agar menulis berita mengenai rekan mereka, Annisa Widiastuti, yang punya hobi mencoba makanan baru di sejumlah restoran.
Dari mana mahasiswa mendapatkan bahan berita (tulisan) tentang hobi kuliner Annisa? Hari itu saya mewawancarai gadis berusia 19 tahun tersebut. Jawaban Annisa atas pertanyaan saya itulah yang dijadikan bahan berita bagi para mahasiswa.
Intinya, Annisa Widiastuti punya hobi makan dan senang bereksperimen mencoba makanan yang dijual di rumah makan (restoran) yang belum pernah ia kunjungi. Terakhir dia mencoba makan ayam kremes di restoran Bakul Tukul di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Meskipun rasa ayam kremes di rumah makan itu, menurut dia, biasa-biasa saja, Annisa mengaku terkesan dengan suasana di Bakul Tukul. Restoran didesain sedemikian rupa bernuansa alam.
Ada 31 mahasiswa yang mengerjakan tugas yang saya berikan. Setelah saya mengoreksi berita/tulisan mereka, saya mendapatkan data sebagai berikut:
1. Tidak satu pun mahasiswa yang memperoleh nilai A.
2. Empat mahasiswa mendapat nilai B.
3. Delapan orang nilai C.
4. Lima belas orang memperoleh nilai D.
5. Empat mahasiswa mendapat nilai E.
Mahasiswa yang mendapat nilai C, D dan E umumnya ceroboh dalam menggunakan kata, tanda baca dan penggunaan huruf besar dan kecil. Selain itu, mereka juga tidak akurat dalam menuangkan informasi/data. Saya juga menemukan banyak kalimat tanpa logika dan tanpa pokok kalimat. Berikut kalimat-kalimat yang ditulis para mahasiswa:
1. Hobby kuliner sejak berada di SMS kelas XII, Annisa Widiastuti wanita berumur 19 tahun. Sudah mencoba salah satu makanan khas Indonesia tepatnya di Jl Tebet dalam utara yang bernama Bakul Tukul.
Catatan: Apa hubungan hobi kuliner dengan Annisa wanita 19 tahun? Siapa yang sudah mencoba salah satu makanan khas Indonesia? Jl Tebet Dalam Utara ditulis menggunakan huruf kecil. Kalimat di atas jika dibaca dengan teliti bisa diartikan bahwa makanan khas Indonesia itu bernama Bakul Tukul, atau Jl Tebet Dalam Utara yang bernama Bakul Tukul.
2. Apalagi, ditambah dengan Annisa pergi tepat di hari Sabtu, hari yang biasanya tempat inilah yang menjadi Pusat pertemuan muda mudi berkumpul.
Catatan: Kalimat di atas membingungkan.
3. Kuliner, siapa sih yang tidak suka kuliner, pasti setiap orang rata-rata menyukai kuliner, khususnya bagi seseorang yang hobby makan dan mencicipi rasa atau masakan yang baru.
Catatan: Kalimat di atas juga membingungkan. Ada tiga kata “kuliner” dalam satu kalimat. Seperti mahasiswa lain, hobi juga ditulis “hobby”. Benarkah rasa dan masakan bisa dicicipi? Bukankah yang bisa dicicipi itu makanan?
4. Bakul Tukul, nama restaurant yang menyerupai artist Indonesia yang bernama Tukul, tetapi ternyata restaurant tersebut bukan miliknya.
Catatan: Mahasiswa ini menulis restoran dengan restaurant dan artis dengan artist. Tepatkah kata “menyerupai” dalam konteks kalimat di atas?
5. Terlepas dari segala makanan itu Indonesia yang dikenal mempunyai banyak budaya dan pasti setiap budaya itu juga mempunyai makanan khasnya sendiri.
Catatan: Tepat atau benarkah budaya mempunyai makanan khas?
6. Semakin banyaknya ragam makanan membuat banyak orang hobi itu pergi ketempat tempat dimana makanan itu berada, contohnya Annisa Widiyastuti salah satu mahasiswi di IISIP Jakarta.
Catatan: Kalimat di atas membingungkan. Apa yang dimaksud dengan kalimat “Semakin banyaknya ragam makanan membuat banyak orang hobi itu pergi ketempat tempat dimana makanan itu berada…?”
7. Tempat Restoran Bakul Tukul yang dikunjungi Annisa merasa membuatnya nyaman dari segi dekorasi yang berbentuk Nuansa Alam, kemudian pelayanan dan penyajiannya juga bersih dan semua pelayan di Restoran tersebut memakai seragam.
Catatan: Kalimat di atas jelas melanggar logika. Siapa yang merasa nyaman? Tempat restoran atau Annisa? Penggunaan huruf besar dan kecil juga dilanggar (lihat Nuansa Alam dan di Restoran tersebut).
8. Annisa adalah salah satu Mahasiswa IISIP Jakarta yang memiliki hobi kuliner dengan mencoba makan baru.
Catatan: “Baru” itu jenis makanan apa sih, kok dicoba dimakan Annisa? (perhatikan kata-kata ”… mencoba makan baru”).
9. Sebenarnya ayam kremes ini tidak jauh beda dari restoran …”
Catatan: Benarkah ayam kremes tidak jauh berbeda dengan restoran. Berarti restoran itu sejenis makanan mirip ayam kremes?
10. Annisa Widyastuti (19) mencicipi kuliner baru merupakan hobinya sejak kelas tiga SMA.
Catatan: Ah, yang benar, bisakah kuliner baru dicicipi, rasanya seperti apa ya?
11. Salah satu makanan terakhir yang dia coba yaitu “Bakul Tukul” yang bertempat di Jalan Tebet dalam utara, bersama dengan sahabatnya.
Catatan: Hebat betul Annisa, seperti apa ya rasanya makanan yang bernama Bakul Tukul? Makanan apa yang sebenarnya dimakan (dicoba) Annisa, ayam kremes yang ada di Bakul Tukul atau Bakul Tukul yang ada di Jalan Tebet Dalam Utara?
12. Restoran yang beroperasi jam 10.00-22.00 ini memiliki kisaran harga. Untuk makanan 20.000-150.000, minuman 20.000-30.000.
Catatan: Mana yang benar jam 10.00-22.00 atau pukul 10.00-22.00? Bisakah restoran memiliki kisaran harga? Perhatikan 20.000-150.000 (juga 20.000-30.000), dolar, peso, yen, rial, ringgit atau rupiah?
Masih banyak contoh kesalahan menulis yang dilakukan mahasiswa. Yup, Anda jangan berkecil hati. Saya minta maaf kepada Anda karena naskah berita Anda saya jadikan contoh di atas. Anda seharusnya senang sebab bisa mengetahui kesalahan yang Anda lakukan.
Dalam menulis, mengedit/menyunting berita, cobalah Anda lebih teliti, sehingga berita yang Anda sunting/tulis benar-benar akurat, logis dan komunikatif. Buatlah kalimat yang mudah dipahami oleh siapa pun. Perhatikan juga bahasa jurnalistik yang memiliki sifat sederhana, singkat, jelas, dan padat. Perhatikan pula efisiensi kata. Jangan boros menggunakan kata. Setiap kata harus fungsional, bukan pajangan. Artinya Anda harus bertanggung atas setiap kata yang Anda tulis.
Silakan Anda baca baik-baik naskah berita/tulisan yang Anda tulis. Perhatikan kata-kata dan kalimat yang saya beri garis bawah atau lingkari. Itu artinya ada kesalahan di kata dan kalimat tersebut.
Sekarang silakan Anda bertukar naskah berita. Serahkan naskah berita Anda yang telah saya beri nilai kepada teman Anda. Silakan edit naskah berita yang disusun kawan Anda. Suntinglah naskah berita kawan Anda hingga sempurna dan mendapat nilai A setelah Anda edit.
Jadikan buku Merekayasa Fakta Menjadi Berita di Play Store (wayangforce) sebagai panduan Anda dalam menulis dan menyunting berita. Silakan baca catatan dosen Anda di blog ini. Berusahalah. Pedulilah. Cobalah. Camkan kata-kata ini: “Kami tidak Hebat, tetapi Terlatih.”
Anda tidak peduli? Wassalam.[]