PEKAN depan, para mahasiswa yang saya dampingi belajar mata kuliah manajemen media massa, editing dan produksi media cetak, serta manajemen bidang media di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta, akan menjalani ujian tengah semester (UTS) semester genap 2014/2015.
Berdasarkan data kehadiran mahasiswa, sampai pekan lalu, dari 55 mahasiswa peserta kuliah manajemen media massa (MMM), saya dapat pastikan ada 10 mahasiswa tidak akan lulus mata kuliah ini sebab mereka sudah lebih tiga kali tidak hadir.
Sembilan mahasiswa nyaris tidak lulus mata kuliah MMM sebab sudah dua kali bolos kuliah. Andai saja pekan ini, mereka bolos lagi, maka “wassalam-lah” untuk mahasiswa ini. Setelah UTS, masih ada kesempatan bagi mereka untuk hadir kuliah tujuh kali lagi sebelum ujian akhir semester (UAS). Jika mereka disiplin ikut kuliah tatap muka sebanyak tujuh kali, maka selamatlah sang mahasiswa, sebab masih diizinkan ikut UAS.
Tapi, jika mereka tetap nekat menjadikan “boleh tidak masuk” sebanyak tiga kali sebagai target, maka peluang untuk ikut UAS semakin tipis. Mahasiswa model begini harus siap-siap mengulang dan mengeluarkan lagi biaya kuliah ekstra. Saya sih berharap orang tua mereka benar-benar super-kaya, sehingga membayar biaya kuliah ekstra bagi putra putri tercintanya yang bermimpi menjadi sarjana komunikasi, bukan persoalan serius. Uang toh bisa dicari, bukan?
Pada awal kuliah, lewat catatan di blog ini, saya sudah mengingatkan kepada para mahasiswa agar jangan menjadikan “boleh tidak hadir kuliah” sebanyak tiga kali dalam satu semester sebagai target yang harus diambil. Pasalnya, jika kebijakan “permisif” dari kampus ini dijadikan sebagai peluang, maka kemungkinan gagal kuliah sangat besar. Tiga kali boleh tidak hadir kuliah adalah untuk mengantisipasi halangan yang tidak terduga yang dialami para mahasiswa, seperti kematian anggota keluarga, sakit dan sebagainya.
Sampai sedemikian jauh, saya tidak pernah mendapat laporan bahwa ke-10 mahasiswa yang nyaris gagal mata kuliah MMM tersebut sakit atau ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan. Oleh sebab itu saya menduga, mereka memang sengaja bolos kuliah.
Kasus serupa juga terjadi pada mahasiswa yang mengikuti kuliah editing dan produksi media cetak (EPMC). Dari 40 mahasiswa yang terdaftar mengikuti mata kuliah ini, saya juga dapat pastikan 10 orang di antaranya bakal tidak lulus EPMC. Sampai pekan lalu, mereka sudah lebih tiga kali tidak hadir kuliah, sementara delapan mahasiswa nyaris tidak lulus sebab tercatat dua kali tidak hadir tatap muka.
Khusus untuk mata kuliah manajemen media cetak, semua mahasiswa berhak ikut UTS, meskipun ada beberapa mahasiswa yang sudah dua kali tidak hadir kuliah.
Lewat catatan kuliah ini, saya mencoba memberikan kisi-kisi, bahkan bocoran soal untuk mata kuliah editing dan produksi media cetak. Yang pasti untuk mata kuliah MMM, saya tetap minta kepada mahasiswa agar mengikuti perkembangan industri, khususnya manajemen media massa, belakangan ini.
Pasar (market) produk media massa sangat unik. Jika manajemen perusahaan media massa tidak peduli dengan selera pasar, maka bersiap-siaplah gulung tikar. Banyak orang memperkirakan koran, majalah, tabloid dan produk media massa cetak lain masih akan bertahan 10 tahun lagi. Setelah itu wassalam.
Lalu apa solusinya? Hampir semua media massa cetak punya edisi online, e-paper dan dipublikasikan dalam bentuk digital. Saya berkali-kali ingatkan para mahasiswa agar mempelajari dan mengamati kecenderungan bisnis media massa ke depan seperti apa. Itulah mengapa dalam MMM, mahasiswa belajar mengenai pentingnya penelitian dan perencanaan sebelum atau setelah media massa diluncurkan ke publik.
Editing dan Produksi Media Cetak
Khusus untuk mata kuliah EPMC, saya akan membuat soal nomor 1 kira-kira seperti ini: Dosen sebelum UTS telah meminta kepada Saudara agar membaca buku yang mengulas tentang bahasa Indonesia, khususnya bahasa jurnalistik. Pertanyaan:
a. Sebutkan judul buku, pengarang dan penerbit buku yang telah Anda baca di atas.
b. Manfaat dan pelajaran apa yang Anda peroleh setelah membaca buku tersebut? Jelaskan dan beri contoh.
Soal nomor 2, saya minta mahasiswa mengedit naskah berita/tulisan yang bahasanya masih kacau balau. Saya yakin jika mahasiswa peduli dengan apa yang saya sampaikan di depan kelas berkali-kali, apalagi jika membaca buku yang saya tulis berjudul Merekayasa Fakta Menjadi Berita, pasti akan dengan mudah menyelesaikan soal nomor 2.
Setiap kali usai memberikan kuliah dan tugas kepada mahasiswa, saya hampir selalu membuat catatan kuliah yang isinya berupa evaluasi atas hasil tugas yang dikerjakan mahasiswa di blog ini. Tak cuma evaluasi, saya juga memberikan solusi dengan lebih dulu menunjukkan kesalahan-kesalahan editing yang dilakukan mahasiswa.
Saya tidak tahu, sampai sejauh mana mahasiswa peduli dan belajar atas catatan kuliah saya di blog ini. Catatan kuliah saya yang mengulas tentang bahasa jurnalistik bertebaran di blog ini.
Saat menilai hasil tugas mereka, saya menemukan sedikitnya 32 kesalahan yang dilakukan mahasiswa. Faktanya lebih dari 32 kesalahan. Saya juga telah minta mahasiswa mendiskusikan 32 kesalahan itu dalam kelompok-kelompok kecil. Tidak cuma itu, saya juga minta setiap kelompok memperbaiki/mengedit kalimat-kalimat yang salah menjadi kalimat yang baik dan benar.
Sayang, tidak satu pun kelompok yang berhasil mengedit 32 kalimat salah tersebut. Jika pun ada kelompok yang berhasil mengerjakan 3-5 kalimat salah, nilainya masih berkisar C, D dan E, padahal sebuah kalimat hasil editing harus berkualifikasi A.
Saya juga telah meminta kepada mahasiswa melalui kelompoknya masing-masing agar melanjutkan diskusi dengan topik di atas (32 kalimat salah yang ditulis rekan-rekan mereka). Sampai sedemikian jauh, saya tidak tahu, mereka masih melanjutkan diskusi tersebut di saat-saat santai atau tak menggubrisnya sama sekali.
Ke-32 kalimat salah tersebut telah saya kirim melalui email ke kelompok mereka. Persisnya kalimat-kalimat salah yang saya maksud adalah sebagai berikut (saya kutip sebagaimana adanya):
1. Harga makanan dimulai Rp 20.000-Rp 100.000/porsi dan untuk minuman dimulai Rp 10.000-Rp 30.000/gelas. Harga makanan yang di Restoran Bakul Tukul berkisar Rp 20.000 – Rp 100.000 dan Rp 10.000 – Rp 30.000 untuk minuman
2. Makanan yang paling enak untuk daerah Jl. Raya Lenteng Agung adalah Cafe Starwberry, selain makanannya enak dan harga sesuai kantong mahasiswa.
3. Orangtua ia sudah tau kalau anaknya mempunyai hobi yang boros akan tetapi Annisa mempunyai cara untuk menjalankan hobinya, yaitu dengan cara menabung dari uang jajan kuliah nya sebesar Rp 30.000/hari.
4. Dibanding memakan makanan western, Annisa lebih suka memakan makanan Indonesia.
5. Dekorasi dan tempat yang nyaman, kesan pertama yang dirasakan pertama kali masuk ke restoran tersebut.
6. Ayam kremes merupakan sajian utama dari Resto Bakul Tukul, berbeda dari ayam kremes lainnya, ayam kremes di Resto Bakul Tukul dihidangkan dengan sambal hijau.
7. Sebab, tak hanya menikmati makanan lezat saja, tetapi juga untuk membuat tugas dari sekolahnya, dengan fasilitas yang disediakan restoran tersebut.
8. Restoran yang menyajikan masakan baru, unik dan memfasilitasi pengunjung, akan menjadi target Annisa.
9. Selain itu, di restoran ini juga menyajikan masakan tradisional ala Sunda. Seperti ayam kremes, ayam bakar, sayur asem, empal, pepes peda, pepes jamur dan banyak makanan sunda lainnya.
10. Restoran ini bisa dikatakan tempat makan bernuansa alam, dengan adanya angin sepoi-sepoi, bunyi suara burung, dan dekorasi, penyajian makanan, bentuk meja, bentuk kursi, semuanya terbuat dari kayu.
11. Penyajiannya juga unik, semua berbahan kayu, dari bakul nasinya, dan teko kayunya.
12. Standar sih, harganya Rp 20.000 sampai Rp 150.000 untuk makanan dan mulai Rp 20.000 untuk minumannya.
13. Restoran dengan pelayanan yang ramah dan live music itu juga menawarkan sambal cabai hijau yang berbeda.
14. Harga yang ditawarkan di restoran ini relative untuk pengunjung seperti para pelajar ataupu mahasiswa , harga ayam kremes dibandrol antara Rp 20.000-30.000 an , dan minuman sekirat Rp 15.000-30.000 an.
15. Annisa Widiastuti 19 Tahun, salah satu Mahasiswa IISIP ( Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ) Jakarta Selatan. Mengaku memiliki hobi kuliner.
16. Selain makanan khas Barat, Annisa juga mencoba makanan khas Indonesia lainnya yang tidak kalah rasanya dengan makanan di Restoran Bakul Tukul, nasi belek namanya, nasi belek ini teredapat di Jl. Muria Menteng Atas.
17. Meniurut Annisa (19), salah satu pengunjung restoran makanan yang di sajikan sudah cukup enak, ditambah dengan tempat dan dekorasi yang nyaman membuat pengunjung merasa betah.
18. 1 hidangan ayam kremes menjadi hidangan utama yang di pesan Annisa. Ayam merupakan hidangan utama di Restoran ini.
19. Menurut Annisa, kelemahan dari masakan yang ada di Restoran Bakul Tukul adalah Ayam Kremesnya yang kurang garing dan ternyata untuk rasa Ayam Kremesnya masih lebih enak di Restoran Bebek Kaleyo yang lokasinya tidak jauh dari Stasiun Tebet.
20. Hobi makannya ini dimulai karena ia senang mencoba rasa makanan baru dan tempat yang tidak kalah bagus.
21. Selain rasa makananya enak dan harganya murah, restaurant Nasi Bakul Tukul didukung oleh dekorasi tempat yang indah serta keramahan para pramusaji menjadikan para pengunjung betah untuk berlama-lama berada di restaurant tersebut.
22. Cafe Strawberi yang di jalan Lenteng Agung pernah ia singgahi. Menariknya, sambil menunggu makanan yang di pesan cafe ini menyediakan sebuah games.
23. Restoran ini menyediakan olahan ayam kremes dan dekorasi tempat tersebut seperti berada di alam terbuka.
24. Banyak restoran yang namanya sudah tidak masuk akal, bahkan dari keanehan nama dapat memberikan keunikan pada restoran. Sehingga menjadikan tempat wisata yang ramai di kunjungi.
25. Rasa yang di sajikan di restoran ini, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ayam kremes lainnya, hanya yang membedakan adalah cara penyajiannya dan sambal khas Bakul Tukul.
26. Harga yang di tawarkan di Restoran Bakul Tukul adalah berkisar Rp 20.000 – Rp 120.000 untuk makanannya, sedangkan untuk minumnya antara Rp 20.000 – Rp 40.000 per gelas. Untuk bisa menikmati berbagai macam kuliner.
27. Saat ini banyak variasi makanan baru yang semakin beragam, mulai cita rasa, tempat atau bahkan nama makanan tersebut.
28. Pengunjung Skye disuguhkan oleh makanan yang lezat dengan pemandangan Ibukota dari lantai 10 menara BCA.
29. Menu andalan dari tempat makan ini yaitu telur yang mempunyai bumbu rahasia oleh sang pemilik yang pastinya berbeda dengan tempat makan lainnya.
30. Restoran yang mulai pukul 10.00-22.00 WIB ini memiliki kisaran harga, untuk makanan Rp 20.000-Rp 150.000 sedangkan minuman berkisar Rp 20.000-Rp 30.000.
31. Bukan itu saja suasana yang dibuat seperti di alam membuat para pengunjung yang datang seperti makan di gunung.
32. Di tempat itu kita di sajikan nuansa alam dan musik akustik.
Mahasiswa peserta kuliah EPMC sudah lulus mata kuliah dasar-dasar jurnalistik, penulisan berita, dan bahasa Indonesia jurnalistik. Karena sudah lulus ketiga mata kuliah tersebut, saya berasumsi mereka mampu mengedit kalimat-kalimat di atas menjadi lebih baik.
Salah satu cara adalah mendiskusikannya bersama dengan kawan-kawan seperti yang saya lakukan dulu ketika saya masih berstatus mahasiswa. Diskusi bisa dilakukan di mana saja, di rumah kontrakan, di taman kampus, di warung kopi dan lain-lain. Saya dan kawan-kawan waktu itu tidak ingin pepatah “sesal kemudian tiada berguna” menjadi kenyataan.
Ingin tahu seperti apa dosen Anda dalam menilai mahasiswa pada saat ujian? Silakan lihat komentar para mahasiswa berikut ini. []