HALO para mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Tidak terasa, pekan depan kita sudah ujian tengah semester (UTS). Bagi Anda yang rajin kuliah, UTS, apa pun bentuk soalnya tidak menjadi masalah, apalagi kalau Anda aktif dalam diskusi kelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
Sayang memang, ada sebagian mahasiswa yang absensinya bolong-bolong karena berbagai sebab, padahal tingkat kehadiran Anda di kelas menjadi syarat utama boleh tidaknya Anda mengikuti UTS.
Saya tidak tahu apa latar belakang Anda tidak hadir dalam perkuliahan. Saya tidak berharap Anda malas masuk kelas karena Anda merasa sudah pandai. Sudah profesional. Sudah pakar. Sudah qatam dengan materi mata kuliah yang Anda ambil pada semester ini.
Mengapa? Karena sesungguhnya belajar tidak mengenal waktu dan tempat. Saya menulis catatan ini, sebagaimana pernah saya utarakan di kelas, juga dalam rangka belajar. Ya, belajar menulis. Sungguhlah naif jika saya mengklaim bahwa saya telah ahli dalam dunia tulis menulis hanya gara-gara lebih dari 25 tahun saya berkecimpung di dunia kewartawanan.
Saya tidak melarang Anda terlambat masuk kelas. Tapi, ketahuilah jika Anda terlambat masuk kelas, sementara dosen Anda telah memberikan materi kuliah atau teman-teman Anda sedang asyik berdiskusi dalam kelompok, maka besar kemungkinan Anda sulit mengikuti, dan akhirnya Anda tidak tahu apa-apa. Semoga saja Anda genius dan memiliki otak cemerlang, sehingga Anda bisa segera beradaptasi dengan lingkungan dan materi kuliah.
Lewat catatan ini saya perlu menegaskan kembali bahwa diskusi dalam kelompok sangat penting. Dengan berdiskusi, Anda bisa saling menerima dan memberi masukan tentang materi kuliah. Lazimnya, dosen selalu bertanya kepada kelompok Anda tentang topik yang Anda diskusikan, lalu memberikan kesimpulan.
Metode kuliah seperti itulah yang juga dilakukan dosen-dosen lain di perguruan tinggi mana pun. Belajar dengan cara seperti ini berdampak positif bagi para mahasiswa dalam menangkap materi kuliah. Bahkan ada sementara dosen, termasuk saya, yang kemudian menjadikan diskusi kelompok sebagai soal ujian, meskipun tidak selalu. Oleh sebab itu jika Anda tidak hadir di kelas, tidak aktif di kelompok Anda, atau terlambat hadir, maka dipastikan Anda tidak tahu apa-apa. Sayang, bukan?
Saya tahu, Anda mungkin akan merasa bosan dan menganggap sebagai sesuatu yang “jengkelin” manakala dosen, termasuk saya, memberikan tugas kepada Anda. Untuk Anda ketahui, tugas yang Anda kerjakan bisa menjadi tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan Anda, sebab tugas yang Anda kerjakan saya beri nilai. Nilai tugas Anda juga bisa mengatrol nilai UTS atau UAS Anda.
Sungguh teramat sayang jika Anda tidak mengerjakan tugas yang saya berikan. Itu berarti peluang yang diberikan dosen untuk kesuksesan Anda telah Anda sia-siakan. Peluang yang sama tidak pernah datang kedua kali.
Benar, nilai yang saya berikan untuk tugas Anda, mungkin saja tidak memuaskan Anda karena berkualifikasi C, D, dan E. Tapi, nilai ini bisa Anda jadikan cermin untuk mengukur kemampuan Anda, apalagi mata kuliah yang saya ajarkan kepada Anda ruang lingkupnya adalah ilmu praktika, bukan teoritika. Jika nilai tugas Anda kurang atau tidak memuaskan, Anda bisa belajar dan berlatih lebih giat lagi.
Oleh sebab itu, hasil tugas Anda yang telah saya beri nilai dan saya corat coret – khususnya mata kuliah editing & produksi media cetak dan penulisan berita dan olahraga & budaya, jangan Anda buang! Simpanlah baik-baik, dan kalau perlu beri bingkai dan tempel di dinding agar Anda sewaktu-waktu bisa melihatnya lagi, sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama.
Sesekali saya juga menulis catatan kuliah di blog ini berisi evaluasi saya atas tugas-tugas yang Anda kerjakan. Saya melakukan ini semua demi kesuksesan Anda. Baca dan simaklah baik-baik. Diskusilah bersama kawan di kampus, di taman atau di warung kopi. Bandingkan dengan hasil tugas yang Anda atau kawan Anda kerjakan. Saya percaya jika Anda melakukannya, belajar terasa bermain dan mengasyikkan. Selain itu saya juga menulis buku digital berjudul Merekayasa Fakta Menjadi Berita di aplikasi wayangforce Android. Bacalah.
Kisi-kisi UTS: Editing dan Produksi Media Cetak
Minggu depan kita memasuki masa UTS (semester gasal 2015/2016). Seperti apa soal UTS untuk mata kuliah editing dan produksi media cetak? Saya akan memberikan dua soal. Soal nomor 1 adalah apakah judul buku bertopik bahasa Indonesia (bahasa jurnalistik) yang telah Anda baca? Siapa penulisnya? Siapa penerbitnya? Manfaat apa yang Anda peroleh setelah membaca buku tersebut?
Untuk Anda ketahui, sebagaimana telah saya tulis di blog ini (silakan baca lagi tulisan berjudul: Mahasiswa Proteslah Dosen Anda!), Anda masih sangat lemah dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aturan menggunakan tanda baca, akhiran dan awalan, juga logika kalimat, Anda langgar. Oleh sebab itu jika Anda memutuskan akan membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sewaktu di SD, SMP atau SMA, silakan.
Jika Anda tidak puas dengan evaluasi yang saya tulis di dalam catatan di atas, lihatlah lagi hasil tugas Anda. Proteslah saya. Sampai sedemikian jauh, hanya tiga mahasiswa kelas editing dan produksi media cetak yang mengajukan protes kepada saya. Sisanya berarti menerima kesalahan yang telah dilakukan.
Jika Anda sukses menjawab pertanyaan nomor 1, saya berharap Anda sukses menjawab pertanyaan nomor 2. Pasalnya pada soal nomor 2, saya minta Anda mengedit naskah berita yang kata-kata dan kalimatnya belum sempurna. Konsistenlah dengan pengetahuan yang Anda peroleh dari buku yang Anda baca, juga pengetahuan yang telah diberikan dosen di kelas. Jika Anda konsisten, saya yakin, nilai Anda yang semula E akan berubah drastis menjadi A. Percayalah, tidak ada yang mustahil di dunia ini. Yang penting Anda punya kemauan untuk menjadi bintang.
Manajemen Media Massa
Seperti pada kelas mata kuliah lain, Anda yang mengikuti kelas manajemen media massa (MMM), juga saya minta membuat kelompok dan mendiskusikan berbagai topik mengenai perkembangan media massa.
Sebagaimana kita ketahui bersama, industri media massa di era keterbukaan ini sedang “naik daun”, terutama industri pertelevisian. Masyarakat Indonesia kini bear-benar dimanjakan oleh televisi. Seiring dengan itu, media massa digital (online) juga kian marak dan pengaruhnya pun mulai diperhitungkan, bahkan mulai mengalahkan media massa cetak, seperti surat kabar dan majalah.
Saya telah mengingatkan Anda para mahasiswa peserta kuliah MMM, semua perkembangan itu harus Anda ikuti, sehingga Anda dapat mengetahui trend ke depan, wajah atau dunia media massa seperti apa. Dengan demikian, sejak sekarang Anda harus bersiap-siap apa yang akan Anda kontribusikan dalam rangka memasuki era new media. Anda tidak bisa lagi puas hanya berada di bawah tempurung.
Anda harus mampu berinovasi di dunia itu. Anda harus kreatif. Saya senang, kreativitas itu telah Anda perlihatkan saat saya memberikan tugas kelompok, meskipun banyak di antara Anda melalui kelompok yang tidak menjelaskan subjek apa yang akan Anda lakukan.
Anda harus paham, Anda kelak akan menjadi komunikator di bidang media. Anda akan menjadi praktisi media. Anda nantinya akan mengelola informasi (pesan-pesan komunikasi). Itu artinya, pasar atau komunikan (pembaca, pendengar dan penonton televisi) harus Anda layani dengan sebaik mungkin. Pelayanan yang baik berdampak positif pada bisnis (tujuan komersial).
Sayang, tidak semua anggota kelompok aktif mengerjakan tugas yang saya berikan. Bahkan ada beberapa kelompok yang baru mengerjakan tugas (ditulis tangan) pada hari saat tugas dikumpulkan. Padahal, sekali lagi, mengerjakan tugas secara berkelompok sangat penting karena di dalamnya ada proses belajar.
Maaf, saya tidak bisa memberikan kisi-kisi UTS secara rinci untuk mata kuliah MMM. Silakan baca dan tafsirkan sendiri catatan kuliah ini. Lanjutkan diskusi di kelompok Anda, karena belajar itu tiada henti. Belajar MMM tidak harus dari buku, tapi dari apa yang sudah ada di sekitar Anda.
Penulisan Berita Olahraga dan Budaya
Masih ingat? Di kelas kita sudah banyak berdiskusi mengenai bagaimana menulis berita olahraga yang baik dan benar. Dalam menulis berita olahraga, wartawan boleh menginterprestasikan atau menafsirkan fakta yang dilihat. Namun, wartawan olahraga tetap harus menjunjung tinggi objektivitas.
Saya juga sudah memberikan tugas menulis berita olahraga (sepakbola) kepada Anda dan hasilnya lumayan baik meskipun belum ada yang mendapatkan nilai sempurna (A). Teruslah belajar dan berlatih. Banyaklah membaca. Bacalah antaranews.com.
Tiga pekan menjelang UTS, saya memberikan tugas kepada Anda agar menulis berita budaya (seni). Saya minta Anda menulis berita yang bersumber dari tayangan video klip di Youtube yang berisi lagu ciptaan dosen Anda berjudul Jakarta Hari Ini.
Saya telah mengoreksi tugas Anda. Di kelas ini ada 24 mahasiswa. Yang mengerjakan tugas ada 14 orang (58,3%), sisanya 10 mahasiswa (41,7%). Saya tidak tahu apa alasan yang 10 orang itu.
Dari 14 mahasiswa yang mengerjakan tugas, tak seorang pun yang mendapat nilai A atau B. Nilai paling tinggi adalah C+ (ada dua mahasiswa), nilai D (dua orang), dan selebihnya memperoleh nilai E. Tak apa. Anda jangan berkecil hati atau putus asa. Belajar dan berlatihlah terus menerus.
Saya mencatat ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam menulis berita seni atau budaya. Setelah mengoreksi tugas Anda, saya menemukan fakta-fakta sebagai berikut:
1. Berita yang Anda tulis sangat dangkal. Unsur 5 W dan 1 H-nya tidak lengkap.
2. Tidak menarik minat atau rasa ingin tahu pembaca, baik dilihat dari isi atau judul berita yang Anda buat.
3. Tidak kreatif dalam memilih kata dan kalimat. Banyak pengulangan kata.
4. Aturan tanda baca dan logika kalimat juga Anda langgar.
5. Anda kurang militan dalam menulis berita tersebut, padahal Anda bisa perdalam lebih lanjut dengan mengurai siapa (penyanyi, pencipta lagu, pembuat video klip); apa (lagu dan video klip); mengapa (latar belakang lagu dan video klip itu dibuat); bagaimana (cari informasi bagaimana proses pembuatan lagu, video klip, dan sebagainya).
6. Ada di antara Anda yang tidak fokus dengan topik yang ditulis (ingat: tugas Anda adalah membuat berita seni-musik). Tapi, ada beberapa di antara Anda yang mengupas soal kemacetan lalu lintas di Jakarta dan sama sekali tidak menulis topik utamanya (seni).
Agar Anda lebih terampil menulis berita seni, silakan baca resensi buku, film, teater, peluncuran buku, atau peluncuran album baru seorang artis/grup band. Berita-berita seperti ini bertebaran di banyak media. Bacalah dan tirulah cara wartawan menulis.
Guna mengasah ketajaman Anda, pada kuliah pekan lalu, saya juga minta Anda berdiskusi dalam kelompok dengan topik masalah pendidikan di Indonesia. Beragam masalah pendidikan telah Anda diskusikan. Jika Anda sudah tahu bahwa negeri ini menyimpan banyak masalah pendidikan, maka sebagai calon wartawan, Anda pun harus tahu siapa nara sumber yang layak untuk mengulas atau mengomentari masalah tersebut. Dengan demikian berita yang Anda tulis nantinya benar-benar berbobot, dalam, bisa dipercaya dan menarik minat orang untuk membacanya.
Itulah catatan kuliah saya pekan lalu. Silakan Anda pelajari dan diskusikan. Jika ada yang tidak jelas, bertanyalah kepada dosen Anda. Saya tidak ingin Anda memelihara pepatah “sesal kemudian tiada berguna”.[]