Dosen Tidak Membuat Soal UAS-Kasus Editing dan Produksi Media Cetak

SELAMAT pagi para mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Hari ini adalah kuliah terakhir semester genap 2015/2016. Setelah minggu tenang, Saudara (yang memenuhi syarat) akan mengikuti ujian akhir semester (UAS) pertengahan Juni mendatang bertepatan dengan Ramadan.

Saudara pasti bertanya-tanya soal ujian seperti apa yang akan saya berikan kepada Saudara saat UAS nanti. Izinkan saya menjawab, saya tidak akan memberikan soal ujian kepada Saudara, sebab setiap kali kita bertemu di kelas, sebenarnya saya sudah menguji Saudara lewat berbagai latihan, tugas individual, dan tugas kelompok, serta diskusi kelompok.

Berkali-kali saya mengatakan kepada Saudara bahwa berlatih, mengerjakan tugas individual, tugas kelompok dan diskusi kelompok, sangat penting. Jika Saudara tidak aktif di kelompok Saudara misalnya, maka Saudara tidak akan mendapatkan ilmu apa-apa, apalagi jika Saudara tidak mendengar apa yang dikatakan dosen.

Pekerjaan yang paling sulit dilakukan manusia selain memulai, ternyata mendengar. Ya, mendengar – apalagi mendengarkan – rupanya tidak mudah. Oleh sebab itu bisa dipahami jika Stephen R. Covey, penulis buku “Seven Habit” mengatakan: “Kebanyakan orang mendengar bukan untuk memahami; melainkan mendengar untuk menjawab.”

Khusus buat para mahasiswa peserta kuliah editing dan produksi media cetak (EPMC). Dua pekan lalu, saya minta kelompok Saudara membuat majalah yang hanya terdiri dari empat halaman. Bagaimana membuat desain media cetak (jenis-jenis layout atau tata letak) sudah saya ajarkan kepada Saudara.

Persisnya, tugas yang saya berikan kepada kelompok Saudara adalah sebagai berikut:

1. Buatlah majalah hanya terdiri empat halaman.
2. Ukuran kertas A-4.
3. Keempat halaman harus menyatu. Halaman jangan dipisah atau dilepas satu sama lain.
4. Buatlah cover semenarik mungkin. Jika diperlukan, naskah (salah satu) bisa dimuat di cover seperti Koran Tempo.
5. Salah satu tulisan (berita) yang wajib dimuat adalah naskah hasil tugas editing yang pernah Saudara kerjakan. Pilih naskah yang terbaik di kelompok Anda (telah diedit dengan baik).
6. Sisa halaman silakan diisi dengan artikel bebas.
7. Desain dan layout-lah tulisan (naskah) sebaik mungkin. Lihatlah majalah-majalah yang ada di pasar.
8. Perhatikan judul tulisan, besar huruf untuk naskah, dan sebagainya. Perhatikan tata letaknya, jangan asal tempel.
9. Nama anggota kelompok Saudara masukkan dalam boks redaksi.

Setelah memeriksa tugas kelompok Saudara, saya berkesimpulan, Anda rupanya mengalami kesulitan mendengar. Padahal saat itu saya bertanya kepada Saudara apakah ada yang tidak jelas dengan tugas yang saya berikan? Saudara diam saja. Saya berasumsi Saudara sudah paham.

Tapi, baiklah, tak apa. Di masa mendatang, belajarlah mendengar. Bertanyalah jika Saudara tidak paham. Ingatlah terus pepatah “malu bertanya sesat di jalan”. Jangan sampai pepatah “sesal kemudian tiada berguna” mengena pada diri kita.

Dari tugas yang kelompok Saudara kerjakan, saya menemukan kasus-kasus sebagai berikut:

1. Foto cover (ukurannya) tanggung. Huruf untuk nama majalah (Sport) dan tulisan “MAGAZINE” tumpang tindih.
2. Ukuran huruf untuk judul di halaman dalam tidak lazim (terlalu kecil). Tidak ada keterangan foto.
3. Teks naskah renggang (padahal bisa diatur atau dirapikan).
4. Tidak akurat menulis nara sumber, bahkan teman sekerja. (Halo para mahasiswa, cobalah Anda lebih serius dan profesional sedikit saja).
5. Huruf pertama dalam setiap artikel (tulisan) tidak dibedakan dengan body text (sebaiknya gunakan huruf kapital dengan ukuran besar).
6. Halaman kosong diisi dengan foto asal-asalan, sehingga terkesan asal tempel.
7. Memberi nama majalah asal-asalan (RUBAH). Silakan buka kamus bahasa Indonesia. Cari kata “rubah”. Tahukah Anda apa artinya?
8. Cover hanya diberi foto seorang laki-laki, tak jelas siapa dia. Tidak ada “perwakilan” isi artikel di halaman dalam. Renungkanlah: pernahkah Anda melihat majalah seperti itu? Halaman dipisah-pisah pula.
9. Susunan redaksi yang anggotanya enam orang dimuat dalam satu halaman. Dari sini saya simpulkan Saudara malas mengisi halaman tersebut dengan naskah (artikel).
10. Cover terlalu ramai. Judul-judul tulisan terlalu mepet di tepi halaman.
11. Margin naskah di halaman dalam juga terlalu mepet di tepi halaman majalah. Apakah Anda tidak mengukur dulu?
12. Foto ilustrasi tidak jelas (tidak fokus-pecah) dan terkesan asal tempel.
13. Editing naskah wajib muat (Kisah Kasih Gadis Kembar) masih kacau balau.
14. Cover halaman dalam dan belakang dibiarkan kosong (putih).
15. Huruf body text terlalu besar. Naskah dilayout terlalu mepet dengan tepi halaman majalah.
16. Ada penggalan naskah yang dilayout tidak pada tempatnya, sehingga susunannya kacau balau (Tiga Tahun Duka Sinabung).
17. Penggunaan garis yang tidak eye catching.
18. Ukuran foto tidak proporsional, padahal bisa dicroping (Presiden Tandatangani Perppu Kebiri dan Prenjak di Festival Cannes).
19. Susunan personalia redaksi dilayout sembarangan, asal tempel (Satu Raga Dua Rupa).
20. Menerbitkan majalah dengan halaman tanpa kolom dan seni, seperti mengetik naskah di kertas biasa (Mendaki Gunung Bersama Anak Tercinta). Tidak bisa menjalankan program In-design? Belajarlah.
21. Ada majalah yang tidak jelas siapa pengasuhnya karena tidak ada boks redaksi. Jangan-jangan yang membuat para jin?
22. Berkali-kali dosen berpesan cantumkan nama anggota kelompok dalam boks redaksi. Ternyata masih ada kelompok yang sulit mendengar dan mencantumkan nama pembuat di secarik kertas.
23. Tidak bisa membedakan “di” untuk kata depan dan kata kerja. Celakanya kesalahan seperti itu terlihat di cover. Tidak konsisten menggunakan kata “Kreativitas Mahasiswa” dan “Kreatifitas Mahasiswa”. Yang benar mana?
24. Tidak jelas mana judul dan lead (Majalah KEMAS halaman 3). Alinea pun panjang-panjang.
25. Foto cover tidak jelas dan tidak fokus (Majalah Lifestyle).
26. Editing naskah wajib muat (Jurnalis Keturunan Etnis Tionghoa) lemah. Body text terlalu besar.
27. Melayout naskah dan susunan anggota redaksi asal-asalan. Halo para mahasiswa cobalah serius.

Demikian catatan saya. Silakan renungkan temuan-temuan saya di atas. Jika “27 pasal” di atas mengena kepada majalah kelompok Saudara, diskusilah lagi bersama anggota kelompok Anda. Jangan Anda berprinsip, “ah, toh semester sudah berakhir, buat apa repot-repot.” Jika Anda berprinsip seperti itu, berarti Saudara tidak tahan uji. Ingat, Anda adalah generasi Y yang luar biasa.[]

Comments (0)
Add Comment