MEMBICARAKAN rencana aksi unjuk rasa ormas Islam yang (katanya) akan digelar di Jakarta pada Jumat 4 November besok, pikiran kita pasti melayang ke Front Pembela Islam (FPI) dan Muhammad Rizieq Shihab, pentolan ormas tersebut.
Bisa dimaklumi, sebab Bapak Rizieq-lah — maaf saya tidak menggunakan sebutan “habib” sebab ada yang tidak rela “gelar” terhormat itu disematkan di depan namanya — yang belakangan ini menggebu-gebu agar demo 4 November nanti berjalan lancar, damai dan rahmatan lil alamin, ajaran Islam yang selama ini ia bela melalui ormas yang dipimpin, FPI.
Bapak Rizieq tentu berkepentingan unjuk rasa tersebut sukses dan wajah Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semua makhluk) ala Indonesia tersebar ke penjuru dunia. Bapak Rizieq tentu sangat paham soal ini mengingat negara yang jumlah penduduknya penganut Islam terbesar di dunia adalah Indonesia, bukan Arab Saudi atau negara-negara di Timur Tengah yang sebagian masih dilanda perang saudara.
Namun, kabar yang tersebar di luar, terutama di media sosial menyebutkan bahwa demo yang dimotori FPI dengan “imam besar”-nya (Bapak Rizieq) ujung-ujungnya nanti adalah untuk menjatuhkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), sedangkan kasus Basuki Tjahaja Purnama tentang Al Maidah 51 hanya sebagai pintu masuk.
Maaf, saya tidak percaya dengan desas-desus tersebut. Bapak Rizieq tidak senaif itu. Kabar burung dan bohong itu pasti disebarluaskan oleh mereka yang tidak senang dengan Rizieq Shihab karena selama ini menganggap Bapak Rizieq sebagai penjahat, padahal ia seorang pejuang. Ia patuh pada konstitusi. Demo yang akan digelar 4 November – jika pun jadi –hanya bunga rampai dan hitung-hitung sebagai dinamika untuk meramaikan pilkada, khususnya di DKI Jakarta.
Demo Jumat pekan ini, menurut pemahaman saya, hanya untuk mengukur “uji nyali” kepemimpinan Bapak Rizieq di FPI, ormas Islam terbesar di republik ini yang punya daya dobrak dan pengaruh luar biasa. Jika peserta unjuk rasa nanti banyak, bahkan membludak, maka wajar dan sah-sah saja kalau dia punya predikat “imam besar” layaknya Imam Khomeini di Iran.
Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, saya mohon maaf kepada Anda yang tidak senang atau membenci Bapak Rizieq, sebab saya tidak sehaluan atau “seideologi” dengan Anda. Saya mencoba melihat sosok kemanusiaan Rizieq yang dilahirkan Allah ke dunia lewat rahim sang bunda. Allah pasti punya tujuan mulia.
Sekali lagi maaf, tidak mungkin Allah menghadirkan Bapak Rizieq ke alam fana ini hanya untuk menjadi (maaf) penjahat agama seperti yang Anda tuduhkan selama ini. Duh, betapa sadisnya kalian terhadap Bapak Rizieq.
Dia penganut Islam sejati dan tidaklah mungkin beliau menistakan Islam yang rahmatan nil alamin. Ia tidak garang seperti yang Anda sangka, sebab ia lahir dari ibu yang sangat penyayang dan penuh kasih, layaknya ibu Anda.
Bapak Rizieq itu peramah, bukan pemarah. Lebih dari tujuh tahun silam, saya pernah mewawancarainya dalam sebuah acara talk show “Bincang Sabtu” di Radio Trijaya. Acaranya berlangsung bukan di studio, melainkan di sebuah restoran. Acara tersebut telah berganti format dan kini berlangsung di Restoran Warung Daun, Jl Cikini, Jakarta Pusat.
Isu yang kami angkat pada saat itu adalah rencana pemerintah yang akan merevisi UU Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Salah satu pasal dalam revisi UU tersebut adalah melarang ormas yang tidak berasaskan Pancasila seperti halnya FPI. Konsekuensinya, FPI harus dibubarkan.
Seperti biasa, dalam acara itu, Bapak Rizieq bicara menggebu-gebu. Sebagai pemandu acara (host), saya mengalami kesulitan memotong pembicaraannya. Dia memang pandai bicara. Saya salut dengan kepiawaiannya.
Seusai acara, saya dan produser “Bincang Sabtu” (waktu itu) Edi Koko masih berbincang-bincang “ngalor ngidul” satu meja dengan Bapak Rizieq. Dia ternyata manusia biasa layaknya kita. Ia lalu menelepon sahabatnya dan bertanya: “Ente dengar nggak Trijaya? Gimana tadi omongan gue, bagus nggak?”
Ujung-ujungnya dia mengajak sang teman agar membuat program sosialisasi revisi UU Ormas dan mengundang Menteri Dalam Negeri (waktu itu Gamawan Fauzi) sebagai nara sumber sekaligus mensponsori acaranya. Bahwa di kemudian hari hingga sekarang FPI tidak juga dibubarkan, sangat mungkin itu berkat perjuangan dan kegigihan Bapak Rizieq.
Jadi sungguh sangat naif jika ada yang mengatakan Bapak Rizieq adalah provokator, agitator, penghasut (tukang kompor) agar umat Islam di negeri ini bersikap radikal terhadap hal-hal yang tidak islami. Wow, sadis sekali kalau ada yang mengatakan dia jahat.
Andai pun – sekali lagi – andai saja dia jahat, sejahat-jahatnya atau sekasar-kasarnya orang, dia pasti punya hati yang lemah lembut dan perahmat layaknya ajaran kasih yang dijunjung tinggi dan dibanggakan umat Islam seantero jagad, yaitu rahmatan lil alamin.
Saya percaya Bapak Rizieq sangat sadar akan hal yang sangat hakiki ini. Ia adalah ciptaan sempurna Allah Yang Mahasempurna. Ia adalah hasil pertemuan sperma unggul sang ayah (Husein bin Muhammad Shihab) yang bertemu dengan sel telur ibunda (Syarifah Sidah Alatas).
Rizieq yang ada di kandungan Bunda Syarifah terus dipelihara Sang Pemilik Kehidupan hingga akhirnya lahir pada 24 Agustus 1965. Rencana Tuhan tidak ada yang bisa menebak. Ketika Rizieq mungil berusia 11 bulan, sang ayah meninggal dunia. Ibu Syarifah-lah yang merawat, mendidik dan membesarkan Rizieq.
Sang ibu yang bekerja sebagai penjahit pakaian dan perias pengantin pasti mengharapkan anaknya kalau besar nanti menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Pastinya sang bunda merindukan Rizieq menjadi anak yang santun, sabar dan mampu membuktikan bahwa Islam yang dianutnya adalah agama penyemai dan penabur damai dan cinta yang rahmatan lil alamin.
Oleh sebab itulah saya yakin-seyakinnya bahwa Bapak Rizieq tidak mungkin berbuat onar apalagi memunculkan kerusuhan dalam aksi unjuk rasa Jumat 4 November nanti. Berbagai selebaran bernada menghasut bergambar Bapak Rizieq yang belakangan ini tersebar di media sosial, itu pasti ulah pendompleng yang berharap negeri ini kacau. Hai, pendompleng, janganlah kau fitnah beliau.
Begitu pula berbagai video yang tertayang di Youtube yang menggambarkan seolah-olah Bapak Rizieq garang, itu pasti hasil editan orang-orang tak bertanggung jawab yang mengharapkan masyarakat Indonesia mencap Bapak Rizieq sebagai penghasut dan pengacau keamanan.
Bapak Rizieq memang keturunan Arab. Namun, karena beliau lahir di Indonesia, Bapak Rizieq pasti mencintai Indonesia yang pernah dijajah dan akhirnya merdeka berkat perjuangan para pahlawan seperti: Slamet Riyadi, Daan Mogot, Robert Wolter Monginsidi, Yohanes Leimena, WR Supratman, TB Simatupang, Agustinus Adisutjipto, Yos Sudarso, atau Mgr Sugiyopranoto.
Saya sengaja menyebut nama-nama di atas, sebab Bapak Rizieq pasti paham dengan sejarah Indonesia bahwa negeri kita eksis seperti sekarang berkat dedikasi warga negaranya yang punya latar belakang agama yang berbeda-beda. Ada Islam, ada Kristen, ada Hindu, Budha dan sebagainya. Ada pula Bapak Rizieq penganut Islam yang rahmatan lil alamin.[]