NARASI ajaran Kristen (Protestan dan Katolik) dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) untuk kelas 7 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi heboh, tidak saja di kalangan umat Kristen, tapi juga umat agama lain.
Kehebohan dipicu oleh informasi keliru tentang ajaran Kristen — di dalamnya ada Protestan, Katolik dan aliran lain — yang tidak sesuai dengan iman yang selama ini dipegang teguh umat kristiani.
Di buku itu tertulis bahwa Tuhan yang dipercai penganut Kristen Protestan adalah Allah, Bunda Maria dan Yesus Kristus yang disebut sebagai “tiga yang tunggal atau Trinitas”, sedangkan kitab sucinya adalah Injil.
Terkait dengan Katolik, penulis (Zaim Uchrowi dan Ruslinawati) menyebut bahwa Tuhannya sama dengan Kristen Protestan, yakni “Trinitas Allah, Bunda Maria, dan Yesus Kristus.”
Apa yang diungkap kedua penulis tersebut jelas salah sebab Bunda Maria tidak pernah diimani umat Kristen sebagai Tuhan. Dengan sendirinya, unsur Bunda Maria dalam Trinitas juga salah besar.
Tiga kesatuan dalam Trinitas yang diyakini umat Kristen adalah Allah sendiri, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Sering juga disebut dengan Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Buku tersebut terbit dan beredar di kalangan pelajar SMP (kelas 7) sejak tahun 2018. Saya tidak tahu persis mengapa keberadaan buku tersebut baru “diributkan” sekarang. Sangat mungkin kekeliruan itu baru diketahui sekarang setelah viral di media sosial.
Respons pun bermunculan. Ada yang mengklasifikasikan apa yang tertulis di dalam buku tersebut (tentang ajaran Kristen Protestan dan Katolik) sebagai “penistaan agama”.
Menurut saya, tidaklah. Ini berlebihan. Masa sih, begitu saja dianggap penistaan agama? Jadi mengapa harus sewot dan lebay? Dikategorikan sebagai kebencian atau kesengajaan, menurut saya, juga tidaklah tepat.
Saya yakin, penulis buku tersebut menulis seperti itu karena yang bersangkutan tidak mengetahui ajaran Kristen dengan baik dan benar. Ya, kalimat itu muncul karena ketidaktahuan.
Haraplah dimaklumi, mereka bukan Kristen. Salah seorang penulis, Zaim Uchrowi, berlatar belakang wartawan. Ia juga bukan sejarawan, apalagi seorang pendeta atau pastor. Ya, wajarlah kalau keliru saat menarasikan tentang kekristenan.
Lho, sebelum menulis, penulis, kan, bisa bertanya kepada mereka yang tahu atau setidaknya membaca buku tentang ajaran Kristen. Mungkin begitu kritik Anda. Kalau memang ini tidak dilakukan penulis, tapi hanya berdasarkan “konon katanya”, apalagi kalau hanya mendengar omongan (maaf) mualaf, izinkan saya berpendapat, ya ini memang kesalahan penulis.
Tapi, bahwa faktanya buku tersebut sudah terbit dan beredar ke para pelajar, kesalahan tentu tidak bisa hanya dibebankan kepada penulis. Editor dan Kemendikbudristek juga harus ikut bertanggung jawab.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Kemendikbudristek sudah menarik buku tersebut dari peredaran dan akan merevisi. Ya, ini berarti masalah sudah selesai.
Yang belum selesai adalah pandangan keliru banyak orang bahwa Tuhannya orang Kristen ada tiga dan pertanyaan klasik bernada memojokkan mengapa orang Kristen mengimani Yesus adalah Tuhan?
Hal-hal terkait dengan masalah yang muncul dari buku PPKn tersebut (sebenarnya bukan masalah), menurut pendeta gereja kami, karena dialog antariman yang selama ini dilakukan masih belum berjalan dengan baik.
Banyak orang masih enggan mempelajari ajaran agama lain. Keengganan itu mungkin akan memunculkan kekhawatiran yang bersangkutan akan berpindah agama.
Relasi antaragama, disebut sang pendeta, juga masih bergerak dalam kerangka “perlombaan” mencari pengikut, bukan membangun kualitas hidup bersama.
Terkait dengan buku yang “menghebohkan” itu, ia hanya berkomentar bahwa gonta-ganti kurikulum tidak serta merta meningkatkan mutu kualitas pendidikan.
Tentang sesuatu yang belum selesai (catatan: umat Kristen sih beriman sudah selesai), saya perlu perjelas dan pertegas bahwa umat Kristen aliran apa pun mengimani bahwa Allah adalah satu. Jadi tidaklah benar jika Allah atau Tuhannya umat Kristen ada tiga.
Saya orang Kristen. Kalau ada pendeta atau pastor atau gereja mengajarkan bahwa Trinitas identik dengan tiga Tuhan dan kemudian dijadikan pokok-pokok ajaran Kristen, lewat tulisan ini, mohon maaf, izinkan saya pindah agama atau minimal bertuhan tapi tak beragama.
Trinitas sebagaimana dikutip penulis buku PPKn yang dipersoalkan itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam konteks memahami keesaan Allah.
Lho, lalu mengapa Kristus diimani sebagai Tuhan dan masuk dalam unsur Trinitas? Maaf, untuk menjelaskannya memang tidak cukup dengan artikel ini. Sangat panjang.
Yang pasti, saya mengimani ketuhanan Yesus setelah melalui perjalanan yang sangat panjang sejak remaja. Tak cukup hanya mengandalkan doktrin ajaran, namun logika dan akal sehat.
Seperti apa logika ketuhanan Yesus telah saya tuangkan secara singkat dalam tulisan berikut ini.
Jika masih ada yang penasaran, yuk kita pakai iman sekaligus logika dengan mengajukan pertanyaan berikut dan silakan jawab dengan jujur dilandasi iman sekaligus akal kita, yaitu pertama, bisakah Anda membuktikan Allah itu ada?
Kedua, bagaimana Allah membuktikan bahwa Dia itu ada?
Ketiga, bisakah manusia seperti kita sekarang ini menjelma atau berganti rupa menjadi Tuhan? Bahasa sederhananya, bisakah manusia menjadi Tuhan?
Tentang pertanyaan ketiga ini, saya yakin jawaban Anda sama dengan saya, yaitu mustahil. Nggak mungkin.
Keempat, bisakah Allah yang serba maha itu menjelma dan berganti rupa menjadi manusia? Atau bisakah Allah menjadi manusia?
Mustahil? Nggak mungkin? Ah, yang benar?
Maaf, saya tidak ingin memaksa atau menuntun Anda harus memiliki jawaban yang sama dengan saya. Oke?[]