BUMI TAMPAK SEMAKIN TUA DAN LELAH

0 264
“TITIP kunci ya Mas. Kalau ada air laut pasang, tolong segera pindahkan,” kata teman saya yang akan melakukan liputan dengan mobil dinas, Selasa (27 November 2007). Oleh sebab itulah dia menitipkan mobilnya kepada saya untuk dijaga jika (siapa tahu) ada rob.

Saya menganggap teman saya berlebihan. “Aya-aya wae. Mana mungkin rob melanda kawasan Kedoya Kebon Jeruk,” kata saya bercanda. Teman saya menjawab: “Eh, siapa yang nyangka air laut setinggi itu bisa menggenangi Tol Bandara. Bukan tidak mungkin air itu merembes ke sini,” ujarnya.

Warga Jakarta tampaknya sudah demikian terlena dengan kesibukannya sendiri. Tidak ada yang menduga, Senin (26 November 2007), rob (rembesan air laut akibat pasang) setinggi setengah meter menggenangi Tol Sedyatmo di kawasan Bandara Soekarno-Hatta mengakibatkan lalu lintas dari Jakarta-Bandara dan sebaliknya terputus.

Ekor dari peristiwa alam itu, banyak penerbangan yang terlambat, karena kru pesawat maskapai terjebak kemacetan lalu lintas, begitu pula para penumpangnya. Para penumpang yang baru saja tiba di Bandara Soekarno-Hatta tidak bisa melanjutkan perjalanan ke dalam kota.

Banyak di antara mereka yang mencoba keluar dari kawasan bandara melalui jalan alternatif lewat Tangerang. Namun siapa yang bisa menjamin lancar, sebab setiap hari arus lalu lintas di sini juga macet. Hari Senin siang hingga malam itu, benar-benar menyengsarakan warga Jakarta dan sekitarnya, sebab sumbatan lalu lintas di Tol Sedyatmo mengimbas ke jalan-jalan lain.

Air pasang rupanya masih terus berlanjut hingga Selasa (28 November 2007), malah semakin tinggi mencapai 1,5-2 meter. Kawasan yang digenangi air laut semakin luas, tepatnya di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara. Banyak warga yang mau tidak mau harus mengungsi akibat banjir di saat Jakarta panas terik.

Benar juga kalau begitu guyonan teman saya yang menitipkan kunci mobilnya kepada saya. Siapa tahu rob bakal menjalar ke mana-mana. Akibat pemanasan global, banyak pulau yang bakal tenggelam.

Soal rob, kota Semarang sudah mengalaminya lebih dulu beberapa tahun silam. Kompleks perumahan elite di ibukota Jawa Tengah kini seperti kota mati. Bangunan rumah-rumah yang ada di sana tinggal separuh, karena tertutup oleh jalan yang terus ditinggikan tapi tetap juga menimbulkan banjir.

Sebuah gereja di Jl Hasanudin Semarang, dulu punya balkon. Sekarang balkon itu tenggelam dan telah berubah fungsi menjadi lantai dasar.

Bahwa air laut bakal menyapa dan kemudian menyengsarakan manusia sudah diperkirakan oleh para ahli bumi. Apalagi sekarang di saat bumi semakin tampak tua dan melelahkan.

Pada tahun 1970-an saya pernah tinggal di kompleks Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) di Jl Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Pada saat itu hampir sebulan sekali selalu ada rob yang mengakibatkan kompleks kebanjiran. Sekarang kompleks itu telah menjadi kawasan bisnis, pusat perbelanjaan mewah berdiri di sini. Sangat mungkin pusat perbelanjaan ini ke depan juga bakal tenggelam dan bangunannya ada di dasar laut mirip film Water World, kota di dasar laut yang dibintangi Kevin Costner.

Kemungkinan-kemungkinan seperti itulah yang meresahkan negara-negara yang tergabung dalam Aliansi Negara Kepulauan Kecil. Negara kepulauan yang banyak mengandalkan perekonomiannya pada turisme dan perikanan itu resah akibat ancaman pemanasan global.

Naiknya permukaan laut akibat pemanasan global akan menenggelamkan pantai-pantai yang ada di negara-negara itu sekarang ini. “Bisa kita bayangkan apa yang terjadi ketika pantai berpasir putih yang menjadi andalan sejumlah pulau wisata kita tenggelam,” tulis Ninok Leksono di Kompas (Rabu 28 November 2007).

Bumi semakin tua dan manusialah yang membuatnya semakin tampak lelah. Di usianya yang semakin senja, ibarat manusia, dia berperilaku seperti anak-anak. Dia kini sering ngompol dan air seninya (rob) membasahi kita.

Kita ikut andil karena kita tidak pernah merawat dan mengantisipasi kemungkinan yang bakal terjadi. Hutan-hutan kita babat habis dan pelakunya yang nakal hanya berdalih telah mengantongi izin HPH tak diapa-apakan. Hutan bakau telah tiada, karena investor doyan menyogok pejabat agar proyeknya di tepi pantai diloloskan meskipun tak memiliki Amdal.

Rob yang melanda Jakarta tampaknya merupakan ucapan selamat datang bagi para peserta Konferensi Para Pihak Ke-13 pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim yang akan berlangsung di Bali 3-14 Desember mendatang.

Leave A Reply

Your email address will not be published.