DIAJAK MENGUAK MISTERI HUBUNGAN MANUSIA-TUHAN

TEMAN saya Heru K Wibawa pagi tadi sekitar pukul 07.00 WIB mengontak saya via handphone. Dia mengajak saya untuk menulis buku yang intinya mengungkapkan rahasia hubungan antara manusia dan Tuhan. Dia mengungkapkan niatnya setelah terinspirasi dari buku-buku tentang hipnoterapi yang sebelumnya saya minta kepadanya agar dibaca.

Sejumlah buku bertema hipnoterapi sudah saya baca. Belum semuanya memang. Namun dari pengetahuan yang saya peroleh dari buku-buku tersebut, saya bisa tarik benang merahnya bahwa Tuhan begitu luar biasa menganugerahkan otak kiri dan kanan kepada manusia secara seimbang. Ya, benar, otak kiri dan kanan punya kekuatan yang seimbang.

Namun sayang, dalam perjalanan hidupnya, manusia sering tidak menjaga otak — baik sadar maupun tidak sadar — secara seimbang. Pikiran kita lebih banyak kita gunakan untuk memikirkan hal-hal yang menakutkan, mengkhawtirkan, dan perasaan-perasaan negatif lainnya.

Kita memiliki pikiran bawah sadar yang darinya kita bisa meraih keberhasilan atau sebaliknya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan pikiran sadar kita untuk ‘membunuh’ pikiran bawah sadar kita. Sebaliknya, pikiran bawah sadar juga kerap ‘menelikung’ pikiran sadar kita, sehingga kita hanya menjadi manusia yang tidak punya peran apa-apa, padahal Tuhan menghendaki kita menjadi aktor. Ibarat bertanding sepakbola, Tuhan menghendaki kita menjadi pemain, bukan sekadar puas menjadi penonton.

Idealnya, kita harus bisa menyutradarai diri kita sendiri dalam mengarungi kehidupan ini. Namun dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dikendalikan oleh orang lain dan pengalaman-pengalaman hidup yang meracuni pikiran bawah sadar kita, sehingga (maaf) bisa saja membuat orang yang bersangkutan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada dan siap memberikan pertolongan. Perasaan takut, khawatir, tidak percaya diri bukankah contoh sederhana bahwa kita meragukan keberadaan Tuhan?

Heru yang pernah menjadi perwira polisi mengungkapkan bahwa Tuhan menjanjikan keselamatan buat umat-Nya. Namun, katanya, tidak banyak manusia yang mengetahui bagaimana cara mendapatkan keselamatan dari-Nya. Saya kemudian mereferensikan buku “Tuhan Ingin Anda Kaya” yang ditulis Paul Zane Pilzer, orang Amerika keturunan Yahudi. Intinya, buku itu mengungkapkan cara dan alasan mengapa orang bisa menikmati kekayaan materiil dan spiritual di dunia yang disebutnya serba berlimpah.

Dalam buku itu, Pilzer mematahkan teori-teori pesimisme (terutama para ekonom) yang berabad-abad dilestarikan manusia bahwa sumber alam di dunia ini akan habis, padahal Tuhan, menurut dia, sekali pun tidak pernah berkata demikian. Memberikan contoh, Pilzer mengutip pendapat para ekonom bahwa sumber energi minyak bumi bakal habis. Benarkah? Ternyata tidak. Pilzer mengatakan, di saat pesimisme kelangkaan sumber energi itu digembar-gemborkan, di tempat lain ditemukan sumber minyak baru atau energi alternatif. Ditemukannya teknologi hemat energi dalam produk otomotif dan sebagainya, menurut Pilzer, juga membuktikan bahwa Tuhan sebenarnya menghendaki manusia kaya, karena sumber alam pemberian-Nya tidak pernah akan habis.

Saya tidak tahu persis apakah rahasia-rahasia seperti ini yang coba untuk ditemukan oleh Heru Wibawa yang pernah bergabung dengan Umar Hasan Saputra, orang yang disebut-sebut sebagai penemu nutrisi esensial yang bisa digunakan untuk menormalkan lahan yang selama ini rusak oleh penggunaan pupuk kimia.

Heru kemudian menyinggung bahwa yang bisa menguak tabir hubungan manusia dengan Allah Sang Pencipta adalah (menurut kepercayaan Kristen) Roh Kudus. Dalam hal ini saya mereferensikan buku ESQ yang ditulis Ary Ginanjar Agustian. Di sana, Ary Ginanjar menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki karakter atau sifat-sifat Allah. Karakter Allah yang ada di dalam diri manusia itu disebutnya sebagai “G Spot.” Namun dalam praktek sehari-hari, G Spot itu sering dikalahkan oleh EQ dan IQ, sehingga manusia terus terjerumus dalam dosa.

Ajakan Heru, tentu saja saya sambut dengan gembira. Misteri hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya memang perlu diperjelas.*

Gantyo Koespradono

Comments (1)
Add Comment