Capres 2024 dan Formula E

 

ADAKAH hubungan antara rencana hajatan Formula E di Jakarta dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2024?

Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada anak-anak SD, mereka pasti dengan lantang menjawab, “Nggak ada”.

Ya, “teorinya” memang begitu. Lha, apa hubungannya Formula E dengan Pilpres 2024 yang membuat GR salah seorang “tokoh” semakin populer dan bakal terpilih menjadi presiden?

Benar, tidak ada sama sekali. Namun, buat gerombolan pengasong agama, ternyata bisa bertaut paut.

Sebagaimana ramai diberitakan, balap mobil Formula E yang akan digelar di Ancol, Jakarta Utara, Juni 2022 adalah tanggung jawab Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Sampai saat ini, proyek atau hajatan internasional itu sarat dengan masalah, mulai dari keuangan (biaya), pembangunan arena balap, tiket masuk hingga sponsor.

Proyek itu sebenarnya tidak akan memunculkan masalah jika Anies anteng-anteng melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai gubernur DKI-1.

Tapi, lantaran dia dan pendukungnya (mayoritas pengasong agama), bernafsu menjadikan Anies sebagai RI-1, kasus Formula E pun terbawa-bawa, seolah-olah jadi indikator “keterpilihan” Anies menuju Istana.

Padahal, faktanya yang bakal mengusung dan mendukung Anies selain dirinya sendiri, ya, para pengasong agama alumni Pilkada DKI Jakarta 2017.

Anies dan pendukungnya boleh saja bangga karena elektabilitas mantan rektor Universitas Paramadina itu berada di posisi nomor 3 beberapa lembaga survei.

Para pendukungnya mungkin menganggap lembaga-lembaga survei itu bagian dari organ Komisi Pemilihan Umum (KPU), sehingga “wajib hukumnya” bagi partai-partai untuk mempertimbangkan Anies sebagai kandidat bakal capres 2024.

Mereka sepertinya tidak mengetahui — atau pura-pura tidak tahu — bahwa Anies bukan kader partai mana pun.

Perjuangan Anies untuk dilirik parpol tentu tidak semudah Ganjar Pranowo atau Puan Maharani yang sama-sama dari PDIP.

Juga tidak segampang Fadli Zon jika ia mau “nyalon” lewat partainya, Gerindra. Eh, siapa tahu sang ketua umum (Prabowo Subinato) memberi isyarat karena ia tidak mau gagal untuk keempat kalinya dalam kontestasi pilpres.

Sekali lagi, menyambut pilpres yang masih tiga tahun lagi, Anies belum jadi apa-apa.

Saya bukannya sentimen kepada Anies. Pasalnya, aturan main sebagaimana diatur dalam undang-undang memang begitu. Yang berhak mengajukan calon presiden ke KPU adalah partai politik. Bukan tim sukses. Bukan pengasong agama.

Jangankan capres, bakal calon (balon) presiden pun masih jauh. Anies harus bersaing dengan para tokoh lain yang oleh partai dianggap lebih mumpuni.

Oleh sebab itu publik terkejut-kejut (tapi saya tertawa ngakak) manakala mendengar pernyataan tokoh pengasong agama yang kemudian diberitakan oleh media bahwa gerombolannya mengancam akan menarik dukungan kepada Anies Baswedan maju ke Pilpres 2024 jika Panitia Formula E membiarkan perusahaan produk bir mensponsori ajang balap mobil listrik tersebut Juni nanti.

Anies disebut tidak boleh menghalalkan segala cara seperti membuat kerja sama dengan perusahaan bir.

Sosok pengasong agama bersorban putih itu mengingatkan bahwa Anies adalah pilihan umat dengan semangat bela agama, sehingga harus menjaga perasaan umat. “Jangan sampai melukai hati umat yang telah memilihnya.” Begitu nasihat sang pengasong.

Lha, pengasong agama ini memangnya siapa? Parpolkah dan Anies ada di dalamnya?

Saya belum paham betul, setelah mendapat ancaman itu, Tim Formula E apakah menurut karena menganggap sang pengasong agama adalah representasi Tuhan? Lalu membatalkan produk bir sebagai sponsor pada event Formula E?

Saya berharap Panitia Formula E, khususnya Anies, tetap bertahan. Ancaman para pengasong agama tidak usah didengar. Formula E nggak ada hubungannya dengan Pilpres 2024.

Semua ini memang tergantung dari Anies. Saya, kok yakin, Anies dan timnya di Formula E tetap akan bertahan demi berlangsungnya balapan mobil listrik yang para “musuh” Anies mengharapkan batal. Gagal.

Tapi, sebaliknya, kalau Anies menuruti kemauan para pengasong agama dan “take beer” di Formula E dibatalkan atau entahlah diapakan, maka jika kelak Anies benar-benar “nyapres”, ini pertanda pilkada DKI 2017 yang sangat jorok dan menjijikkan itu bakal terulang dalam Pilpres 2024.

Sekali lagi saya berharap Anies tutup telinga terhadap para pengasong agama dalam urusan apa pun. Nggak cuma Formula E.

Eh, siapa tahu, ada partai yang meliriknya sebagai bakal calon wakil presiden. Ingat, cawapres, ya. Bukan capres.[]

 

 

 

 

 

Comments (0)
Add Comment