HUJAN dengan intensitas sedang, pagi ini (Kamis 17 Januari 2013), kembali menyapa Jakarta dan sekitarnya di saat sebagian warganya belum usai ”menikmati” banjir beberapa hari lalu.
Lazimnya setiap kali hujan datang, kemacetan lalu lintas terjadi di mana-mana, tidak terkecuali di Tangerang. Jalan utama kompleks kami di kawasan Cipondoh, Tangerang, sejak pukul 06.00 hingga saya menulis catatan ini sekitar pukul 08.00, dijadikan jalan alternatif bagi para pengemudi kendaraan roda empat dan roda dua yang akan ke Jakarta.
Mereka melintas ke kompleks kami, sebab lalu lintas di jalan utama (Jl Hasyim Ashari-Cipondoh) sudah tersumbat kendaraan bermotor yang datang dari segala arah.
Mobil-mobil yang akan keluar dari kompleks kami pun sudah merayap. Ironis. Kendaraan dari luar masuk ke kompleks kami, sementara penghuni kompleks pergi menuju titik kemacetan lalu lintas.
Benar perkiraan para ahli bahwa beberapa tahun ke depan, kemacetan lalu lintas, di Jakarta terutama, akan semakin menjadi-jadi. Beberapa tahun silam, kemacetan lalu lintas hanya terjadi di jalan protokol (termasuk tol). Kini, kemacetan merangsek ke jalan alternatif.
Sekarang, kemacetan lalu lintas sudah biasa terjadi di kompleks perumahan. Tidak percaya? Melintaslah ke kompleks perumahan di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, atau di kawasan Jakarta Selatan. Jalan-jalan di kompleks itu dijadikan alternatif bagi para pengguna jalan.
Lagi-lagi, sekarang, keluar dari garasi, mobil sudah dihadang kemacetan lalu lintas, menjadi hal yang biasa.
Ironisnya, di saat teknologi informasi semakin canggih, aktivitas kerja, bisnis dan sebagainya masih dilakukan secara ”manual”. Artinya, manusia yang terlibat harus bertemu. Padahal, dalam keadaan darurat seperti sekarang ini, hal itu bisa dilakukan melalui email, Skype, telepon, atau BBM.
Radio dan televisi berkali-kali menyiarkan peristiwa banjir dan kemacetan lalu lintas. Kita selayaknya mengucapkan terimakasih kepada para wartawan dan pekerja pers. Tapi, informasi yang mereka sebarluaskan, hampir tidak pernah digubris, dan lagi-lagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya menuju lokasi peristiwa. Kemacetan dan nestapa pun semakin menjadi-jadi.
Hari ini, sebagian besar kampus di Jakarta masih menggelar ujian akhir semester (UAS). Saya seharusnya mengawas ujian atas mata kuliah yang saya ujikan kepada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.
Dalam situasi seperti ini, saya yakin mahasiswa saya tidak panik, sebab UAS kali ini, saya tidak membuat soal ujian yang wajib mereka kerjakan di dalam kelas, tapi mengerjakan tugas menulis karya jurnalistik. Tulisan mereka, wajib mereka muat di blognya masing-masing. Mereka wajib memberitahu kepada saya melalui email dengan menyertakan link karya jurnalistik mereka.
Datang ke kampus hari ini, mereka hanya cukup mengumpulkan bukti berupa hardcopy laman blog mereka yang berisi hasil tugas yang saya berikan, dan mengisi daftar hadir. Tadi malam, sebagian dari mereka masih mengirim email ke saya. Praktis, bukan?
Informasi penting tentang situasi Jakarta dan sekitarnya hari ini (Kamis 17 Januari 2013) bisa datang dari mana saja. Saat saya menulis catatan ini, ada dua informasi berharga berkaitan dengan situasi Jakarta dan sekitarnya yang dikirim teman dan masuk ke BB saya.
Informasi itu antara lain bersumber dari Satlantas Wilayah Jakarta Barat yang mengungkapkan lokasi titik-titik banjir beserta ketinggiannya di wilayah barat Jakarta:
1. Depan RS Sumber Waras 30 cm, hanya jalur busway yang bisa digunakan.
2. Depan Universitas Trisakti dan Universitas Tarumanagara 40-50 cm. Sedan dan sepeda motor tidak dapat melintas.
3. Depan Indosiar(Jl Daan Mogot) 40 cm. Hanya jalur busway yang bisa digunakan.
4. Depan Apartemen Kedoya, 20 cm.
5. Depan Citraland 60-80 cm (sepinggang).
6. Samping Citraland-Untar II (60-70 cm).
7. Jl Satrioke arah (20 cm)
8. Jl Daan Mogot, Jembatan Gantung (120 cm). Hanya truk yang dapat melintas.
9. Dari Pos Kayu Besar Cengkareng sampai Carrefour Taman Palem (30-40 cm).
10. Jl Kampung Duri Semanan Kalideres (30-40 cm).
11. Meruya Indah dari Mercu Buana arah Pos Polisi Meruya (30 cm).
12. Depan Samsat Daan Mogot (120 cm).
13. Pasar Patra Duri Kepa (100-150 cm)
14. Pos Polisi Ring Road Cengkareng (Mall Puri rah Cengkareng), 120 cm.
15. Untuk sementara TL Tomang dari Harmoni arah Grogol ditutup, untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
Mudah-mudahan informasi di atas bukan hoax, sehingga bisa berguna bagi siapa pun.
Informasi lain yang masuk ke BB saya adalah kabar seperti ini: Satu tiang listrik ambruk di depan Toto Tangerang, memakan satu lajur jalan ke arah Tangerang kota. Lalu lintas tersendat. Sementara genangan air cukup tinggi di sebelahnya arah BSD. Waspada ada genangan ketika melintas di Jl Raya Serpong.
Mudah-mudahan catatan dan informasi di atas bermanfaat buat Anda, sehingga Anda tidak terjebak pada suasana ”kiamat” Jakarta. Kalau pun Anda terlibat dalam huru hara ”kiamat”, ya apa mau dikata, ”siapa suruh datang ke lokasi banjir Jakarta?”***
Mas Gantyo, di kantor sepi banget, gagal keluar rumah he he he