Obama dan Harapan Minoritas kepada Mayoritas yang Beramadan


AMERIKA kerap disebut sebagai negara tak bertuhan, karena semangat sekularisme dijunjung demikian tinggi. Bagi mereka yang tidak suka kepada negara ini, AS, khususnya para pemimpinnya, kerap dituding sebagai agen zionis (Yahudi). Entah, apa yang salah dengan Yahudi.

Metrotvnews.com
Dari “kejauhan”,  banyak orang memandang AS sebagai negeri yang lebih menomorsatukan negara daripada agama. Kesan itu sirna manakala Ramadan tiba dan Presiden AS Barack Obama dan sang istri, Michelle Obama, menyampaikan ucapan selamat Ramadan kepada komunitas Muslim di AS dan seluruh dunia.

“Memasuki bulan suci Ramadan, Michelle dan saya menyampaikan ucapan selamat kepada komunitas Muslim di Amerika dan di seluruh dunia,” kata Obama sebagaimana disiarkan VOA dan diberitakan metrotvnews.com, Selasa (9 Juli 2013).

Dalam pesan menyambut Ramadan, sang presiden yang penganut Kristen itu bak seorang ustad bahkan mengatakan, Ramadan adalah waktu yang baik untuk merenung, berpuasa, dan beribadah.

Ramadan, begitu kata Obama, juga kesempatan bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan merayakan prinsip-prinsip yang mengikat orang-orang dari berbagai kepercayaan yang berbeda, komitmen bagi perdamaian, keadilan, kesetaraan dan belas kasih terhadap sesama. Ikatan ini, lanjut Obama, “jauh lebih kuat daripada berbagai perbedaan yang sangat sering memisahkan kita.”

“Bulan Ramadan juga mengingatkan kita pada kebebasan, martabat, dan kesempatan yang merupakan hak tak terbantahkan bagi umat manusia. Kita bercermin pada nilai-nilai universal ini, sementara banyak warga di Timur Tengah dan Afrika Utara terus memperjuangkan hak-hak dasar mereka dan sementara jutaan pengungsi menyambut Ramadan jauh dari rumah mereka,” tambahnya.

Meskipun mayoritas warga AS bukan Muslim, Barack Obama tak menampik fakta bahwa jutaan warga Muslim di negeri Paman Sam itu telah memperkaya keberagaman AS di berbagai bidang, seperti mengabdi di pemerintahan, memimpin terobosan ilmiah, membuka lapangan kerja, dan menolong para tetangga yang kesusahan.

Saya pikir apa yang diungkapkan Obama bukan hanya pemanis bibir guna mengundang simpati publik (khususnya umat Islam dunia). Selama empat tahun belakangan kepemimpinan Obama, Gedung Putih selalu menyelenggarakan jamuan buka puasa.

Tahun ini, Obama rindu menyambut Muslim AS yang telah memberi sumbangsih kepada negara sebagai wiraswastawan, aktivis, dan seniman. “Saya mengharapkan Muslim di seantero AS dan di seluruh dunia menghadapi bulan yang diberkahi dengan kegembiraan bersama keluarga, perdamaian, dan saling pengertian,” pungkas Obama.

Sebagai warga negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan baik (sehingga menjadi Muslim yang saleh), saya rindu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  sekali-sekali (ya, sekali-sekali) menyampaikan pesan seperti apa yang disampaikan Obama saat masyarakat Indonesia yang kebetulan beragama Kristen merayakan Paskah atau Natal.

Syukur-syukur sih menjelang masa jabatannya sebagai presiden yang tidak lagi satu tahun, SBY berkenan menebus “lupa” bahwa sesungguhnya Indonesia bukan negara berdasarkan Islam, tapi berideologi Pancasila yang mengayomi semua warga negaranya tanpa sedikit pun melihat latar belakang suku, agama, ras, dan golongan.

Saya kok amat yakin, jika SBY ingat ideologi bangsa, beliau pasti mampu menjadi negarawan yang bijak, sehingga tidak ada lagi kasus pelarangan beribadah dan penyegelan (dalam berbagai bentuk) rumah ibadah bagi umat Kristen seperti yang dialami jemaah GKI Yasmin Bogor atau HKBP Filadelfia Bekasi dan (masih banyak lagi).

Andai saja Presiden SBY menghayati betul falsafah Pancasila, saya kok amat yakin, di negeri yang menjunjung tinggi peradaban mulia ini tidak akan pernah mendiskreditkan Ahmadiyah yang oleh sebagian kecil masyarakat di sini dianggap sebagai aliran sesat.

Sebagian besar masyarakat Indonesia beriman kepada Islam yang mulai hari ini (Rabu 10 Juli 2013) melaksanakan ibadah puasa nan-suci. Sebagian besar dari saudara-saudara kami ini sungguh teramat baik, karena menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar. Mereka, baik sebelum maupun saat berpuasa, dalam kehidupan sehari-hari, telah membagi kasih dan cinta. Sebagai orang Kristen, saya telah merasakannya dari tetangga saya, juga dari teman-teman di kantor.

Saya berharap di bulan suci ini – juga selamanya dan seterusnya — tidak ada peristiwa yang merusak kesucian Ramadan, karena umat yang melakoninya menjadikan bulan puasa sebagai peluang emas untuk bertobat dan menemukan jati dirinya sebagai hamba Allah yang siap setiap saat untuk menabur benih kebaikan, bukan sekadar melantunkan ayat-ayat suci. Sebaliknya mengamalkan ayat-ayat suci itu dalam kehidupan sehari-hari.

Saya tidak ingin di bulan suci ini ada sebagian kecil kelompok (entah di mana) yang berteriak “Allahu Akbar” tapi merusak bangunan, melukai tubuh sesama, dan akhirnya melukai hati saudara-saudara sendiri.  

Selamat menjalankan ibadah puasa. Tuhan memberkati.[]

Comments (0)
Add Comment