HARI Senin dan Selasa pekan ini saya mendampingi mahasiswa belajar editing di kampus. “Menyunting sebuah naskah, seperti berita misalnya, seorang editor harus berani menyederhanakan — jika perlu mengganti — kalimat nara sumber yang tidak jelas dan berantakan menjadi jelas,” kata saya kepada para mahasiswa.
Saya kemudian meminta para mahasiswa membuka Youtube yang “menyiarkan” Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno saat menjawab pertanyaan wartawan tentang solusi mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Setelah itu saya minta mahasiswa menulis berita yang bersumber dari keterangan Uno. Hahahaha, para mahasiswa mengalami kesulitan menangkap apa yang diungkapkan Uno.
Video Uno itu sampai sekarang masih viral di media sosial, bahkan menjadi dekat di masyarakat lantaran sudah diformat sedemikian rupa, sehingga begitu mudah ditonton dan disebarluaskan via What’s App (WA).
Mencoba mengungkapkan konsep mengatasi kemacetan lalu lintas di kota megapolitan ini, Sandi — demikian Uno biasa disapa — bicara berputar-putar tak tentu arah. Di tayangan video itu, Sandi menyebut kata “simbolis” yang entah apa maksudnya.
Jika pun kemudian dia menjelaskan lagi tentang kata itu (simbolis) dikaitkan dengan kemacetan lalu lintas, saya memerkirakan banyak orang yang lalu lintas pikirannya bakal semakin macet.
Saat di-doorstop wartawan, Sandi berkata seperti ini: “Kalau yang punya uang mungkin bisa membantu untuk meringankan kemacetan di Jakarta itu dengan secara simbolis mengurangi menambah kemacetan itu dengan menambah kendaraan yang ada di jalan Jakarta. Kita ke depan masyarakat yang punya uang juga berpartisipasi untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Itu gerakan menurut saya.”
Saya menugasi para mahasiswa menulis lead berita yang bersumber dari omongan Sandi di atas. Silakan baca baik-baik, siapa tahu bisa memberikan hiburan tersendiri buat Anda.
Ada beberapa mahasiswa yang jujur menulis berita dengan menyederhanakan kata-kata Sandiaga seperti ini:
1. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, guna mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta, warga kelas atas sebaiknya berpartisipasi secara simbolis menambah kendaraan pribadi.
2. Sandiaga Uno saat diwawancara wartawan mengatakan solusi kemacetan di Jakarta secara simbolis bisa dilakukan dengan cara menambah kendaraan dengan melibatkan orang kaya. Ungkapan Sandi ini langsung viral di media sosial.
3. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan di ibukota adalah menambah volume kendaraan yang secara simbolis dibantu oleh warga kota yang mampu.
4. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengharapkan masyarakat yang punya uang agar ikut mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta dengan menambah kendaraan.
5. Wakil Gubernur Jakarta Sandiaga mengatakan, kemacetan lalu lintas di Jakarta bisa dikurangi dengan menambah kendaraan bagi masyarakat yang mempunyai uang lebih.
Para mahasiswa menulis lead berita seperti di atas karena mereka patuh pada aturan atau teori penulisan berita bahwa fakta yang mereka dengar dan lihat harus ditulis sebagaimana adanya. Tokoh pers Jakoeb Oetama bilang fakta adalah suci.
Faktanya, Sandiaga Uno memang berbicara bahwa kemacetan lalu lintas di Jakarta bisa dikurangi jika orang kaya dilibatkan dengan cara menambah kendaraan (pribadi?).
Silakan bayangkan, seperti apa nantinya Jakarta jika Pemprov DKI mengimbau (baik simbolis maupun terang-terangan) orang mampu di kota megapolitan ini agar beramai-ramai menambah (membeli) kendaraan pribadi.
Jika itu yang terjadi, sangat mungkin naik mobil pribadi dari Pancoran ke Semanggi akan Anda tempuh selama empat atau lima jam! Ya, upaya mengatasi kemacetan lalu lintas ala Sandi benar-benar terwujud, sebab mobil Anda telah berubah menjadi caravan dan Anda bisa beristirahat sambil mendengar radio, nonton televisi atau berkaraoke sambil menyeruput kopi atau ngemil bakwan dan tahu bulat.
Ada pula mahasiswa yang menulis lead berita — masih mengacu kepada kata-kata Sandi yang viral itu — seperti ini:
1. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ingin membuat gerakan bagi warga kalangan atas untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta.
2. Sandiaga Uno mengharapkan orang kaya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta dengan memberikan sumbangan berupa uang kepada Pemprov DKI.
3. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan orang yang punya uang lebih bisa membantu kemacetan di Jakarta secara simbolis.
4. Sandiaga Uno menyarankan agar masyarakat yang memiliki uang lebih berpartisipasi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta.
5. Sandiaga Uno akan membuat gerakan mengurangi kemacetan di Jakarta dengan mengajak masyarakat yang mempunyai uang lebih agar bisa ikut membantu Pemprov DKI.
Sumber berita para mahasiswa sama, yaitu Sandiaga Uno. Jika contoh lima berita pertama berisi ajakan kepada orang kaya agar berbondong-bondong membeli mobil supaya jalan-jalan di Jakarta semakin padat, maka pada contoh lima berita kedua, orang kaya di Jakarta diminta memberikan sumbangan meskipun cuma simbolis (pura-pura saja).
Jika yang dimaksud Sandiaga memang seperti itu (cuma simbolis), saya yakin banyak orang kaya yang akan berpartisipasi membantu Pemprov DKI (Sandiaga). Mereka bakal ramai-ramai menyerahkan sumbangan dan diliput banyak wartawan. Lumayanlah tampang bisa masuk koran dan syukur-syukur ditayangkan televisi. Setelah itu uang ditarik lagi. Kan, cuma simbolis?
Kembali ke lead berita yang ditulis para mahasiswa. Ada beberapa mahasiswa yang “meluruskan” maksud Sandiaga dan menulis kalimat lead seperti ini:
1. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno minta warga Jakarta mengurangi kendaraan pribadi guna meminimalisasi kemacetan lalu lintas Jakarta.
2. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, bertambahnya kendaraan di Jakarta akan meningkatkan dampak kemacetan, sehingga diperlukan dana untuk mengurangi kemacetan.
3. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta warga Jakarta untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi guna mengurangi kemacetan di Jakarta.
4. Sandiaga Uno mengharapkan warga Jakarta berpartisipasi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dengan tidak menambah kendaraan pribadi.
5. Kemacetan di Jakarta sudah menjadi hal yang biasa. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memberikan solusi untuk mengurangi kemacetan dengan membatasi jumlah kendaraan bagi masyarakat menengah atas.
6. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan akan membuat suatu gerakan yang melibatkan masyarakat kelas atas untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Sandiaga tentu senang membaca enam berita di atas karena mahasiswa berani “memelintir” pernyataan Sandi yang maaf (ngaco) menjadi benar. Ehm, mahasiswa dengan kualifikasi seperti ini tampaknya cocok menjadi juru bicara Sandi karena lihai meluruskan yang bengkok.
Beberapa waktu yang lalu saya menulis di Seword agar para wartawan jangan “ganggu” dulu Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit.
Melayani pertanyaan wartawan, apalagi disorot kamera televisi, memang bisa bikin grogi siapa pun. Jawaban yang sudah disiapkan bisa berantakan. Mungkin itu yang dialami Sandi saat wartawan bertanya soal solusi mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta.
Bayangkan, bagaimana Sandi tidak grogi? Belum lagi sepekan menjadi wakil gubernur, dia sudah dicecar wartawan dengan pertanyaan tajam bak silet soal alternatif rute Transjakarta. Jangan salahkan Sandi kalau dia menjawab sekenanya, yaitu sebaiknya bus Transjakarta mengambil jalan alternatif untuk menghindari kemacetan.
Masih soal kemacetan, lagi-lagi Sandi mengalami “kecelakaan” pikiran dan lidah. Menanggapi kekacauan lalu lintas dan tidak tertibnya pedagang kaki lima di kawasan Pasar Tanah Abang, Sandiaga mengatakan, “itu salahnya pejalan kaki.”
Tapi, ada juga mahasiswa yang “nakal” dan menulis lead berita dari pernyataan Sandi soal mengatasi kemacetan lalu lintas secara simbolis itu seperti ini:
1. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno tidak memberikan keterangan secara jelas mengenai solusi kemacetan di Jakarta ketika diwawancara oleh wartawan.
2. Masyarakat dibuat bingung oleh pernyataan Sandiaga Uno saat memberikan penjelasan mengenai solusi kemacetan Ibu Kota.
3. Pernyataan Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno mengenai solusi kemacetan sulit dipahami warga Jakarta.
Apa yang ditulis tiga mahasiswa di atas masih baguslah, sebab tidak satu pun di antara mereka yang ikut-ikutan menulis wakil gubernur dengan wakil gabener.[]
Dikutip dari: seword.com