Persiapan UTS dan Revolusi Industri ke-4

TIDAK terasa, kita telah memasuki kuliah terakhir sebelum Ujian Tengah Semester (UTS). Jika tidak ada perubahan, Anda akan mengikuti UTS pada Minggu depan.

Apa soal UTS untuk mata kuliah Manajemen Media Massa (MMM), Editing, dan Produksi Isi Media (EPIM)?

Seperti yang kerap saya sampaikan di depan kelas, saya tidak akan membuat soal ujian yang rumit.

Saya akan memberikan soal ujian yang “dekat” dengan Anda. Konkretnya, soal UTS-nya sangat aplikatif.

Bagi Anda yang belajar MMM atau Manajemen Bidang Media (MBM), silakan Anda ingat lagi penjelasan dan diskusi-diskusi yang saya sampaikan di kelas. Silakan belajar secara mandiri dengan membaca informasi tentang perkembangan media massa belakangan ini. Baca kembali jurnal saya di Selasar dan catatan kuliah saya di gantyo.com.

Hal serupa juga berlaku bagi Anda yang belajar MBM dan EPIM. Khusus peserta kuliah EPIM, silakan baca situs berita dan majalah berita yang telah saya referensikan kepada Anda. Dengan begitu, Anda bisa lebih terampil dalam menulis dan menyunting karya-karya jurnalistik.

Anda akan memiliki kemampuan menulis dan mengedit (menyunting) jika terbiasa membaca dan menulis. Sekali lagi, Selasar bisa Anda manfaatkan sebagai sarana untuk belajar menulis. Silakan jawab pertanyaan-pertanyaan yang menurut Anda menarik dan Anda bisa menjawabnya.

Saya juga sudah memberikan contoh-contoh kasus bagaimana melakukan editing yang baik dan benar di dalam kelas. Mohon dipraktikkan. Ya, praktikkan. Dalam ilmu editing, Anda hanya perlu untuk berani mencoba dan memberikan bukti, bukan fasih menghafalkan teori.

Saya juga sudah memberikan latihan kepada Anda yang dapat dikerjakan secara kelompok. Sudahkah Anda membahasnya kembali? Anda bisa mendiskusikan soal-soal latihan itu di warung kopi yang menjual secangkir kopi Rp 3.000 atau yang bertarif Rp 30.000. Belajarlah se-asyik mungkin.

Ingat, Anda adalah generasi Y yang hidup di tengah peradaban yang mungkin akan berubah sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi. Konsekuensinya adalah kebiasaan masyarakat bermedia juga akan berubah, demikian pula elemen-elemen media.

Siapa sangka usaha jasa transportasi, seperti taksi dan ojek kini “dikuasai” bukan oleh perusahaan taksi, tapi oleh anak-anak muda yang menguasai teknologi informasi. Silakan Anda renungkan Uber, Gojek dan Grab.

Siapa yang menyangka “industri pertelevisian” kini dikuasai anak-anak muda kreatif yang secara periodik memproduksi tayangan-tayangan menarik secara mandiri dengan memanfaatkan “stasiun” televisi Youtube.

Tanpa kita sadari, kita telah masuk ke era eksponensial. Apa itu eksponensial? Beberapa hari lalu, saya mendapat kiriman sebuah artikel yang ditulis Shailesh Modi melalui grup Whatsapp. Ia seorang manajer sebuah perusahaan Informasi Teknologi (IT). Maaf, saya tidak tahu sumber medianya.

Dalam artikelnya yang bertajuk Selamat Datang di Exponential Era, Modi mengungkapkan, pada 1998, Kodak memiliki 170.000 karyawan dan menjual 85 persen dari keseluruhan kertas foto di dunia. Tapi, hanya dalam beberapa tahun, bisnis model mereka menghilang, dan bangkrut.

Catatan dosen: Saya pernah mengalami ketika Kodak berjaya di dunia dan di Indonesia. Ketika Kodak berjaya, mereka juga memproduksi kamera Poloraid yang biasa digunakan fotografer amatir di objek-objek wisata di Indonesia. Sekali jepret, kamera Poloraid bisa menghasilkan bidikan kamera di atas lembaran kertas foto secara langsung.

Dalam tempo tiga tahun, setelah 1998, kehebatan Kodak sirna seiring dengan munculnya kamera digital. Bahkan, negatif film yang waktu itu dikuasai pemain baru, Fuji Film, ikut tergerus teknologi baru di bidang fotografi.

Modi memerkirakan apa yang terjadi pada Kodak, juga akan terjadi pada berbagai industri dalam sepuluh tahun mendatang, dan sayangnya, sebagian besar orang tidak memprediksinya sama sekali.

Perkembangan teknologi bergerak secara eksponensial. Menurut Modi, pada masa mendatang juga akan muncul produk (aplikasi) yang diistilahkan dengan artificial intelegence (kecerdasan buatan).

Modi menyebut, manusia di masa ini telah memasuki revolusi industri ke-4. Bayangkan, kita belum sempat menikmati hasil revolusi industri 1-3,tanpa disadari, kita telah masuk ke revolusi industri ke-4.

Pada revolusi industri ke-4, perangkat lunak akan menggeser industri tradisional. Ini akan terjadi dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Misalnya, aplikasi Uber hanyalah sebuah perangkat lunak. Pemilik atau penemunya tidak memiliki armada sendiri, namun, Uber kini menjadi perusahaan taksi terbesar di dunia.

Airbnb sekarang menjadi perusahaan perhotelan terbesar di dunia, walaupun mereka tidak memiliki properti apa pun. Apa bedanya Airbnb dengan Traveloka atau Pegi-Pegi? Bayangkan, Gojek dan Grab sekarang juga sudah berevolusi menjadi “restoran”.

Menurut Modi dalam artikelnya, para pengacara muda di Amerika Serikat saat ini mengalami kesulitan mencari pekerjaan karena IBM Watson sudah mampu mengeluarkan saran mengenai hukum dalam hitungan detik dengan tingkat keakuratan mencapai 90 persen.

Jadi, jika Anda sekarang menekuni hukum, berhentilah, tulis Modi. Pada masa depan, jumlah pengacara di dunia akan berkurang hingga 90 persen, hanya spesialis yang akan bertahan.

IBM Watson ternyata telah menolong perawat untuk mendiagnosa kanker yang hasilnya empat kali lebih akurat daripada diagnosa manusia.

Facebook kini memiliki perangkat lunak pengenal pola yang dapat mengenali wajah jauh lebih akurat daripada manusia. Pada 2030, komputer akan lebih cerdas daripada manusia.

Tahun depan, mobil otonom pertama di dunia akan diluncurkan untuk umum. Sekitar tahun 2020, keseluruhan industri otomotif akan bergeser, bahkan bangkrut. Bisa jadi, Anda kelak tidak tertarik lagi untuk memiliki mobil.

Kita cukup  “menelepon” sebuah mobil untuk suatu keperluan, dan mobil tersebut akan menjemput dan mengantar kita ke tujuan. Pada masa depan, kita tidak perlu bingung mencari tempat parkir sebab dengan mobil panggilan itu, kita hanya cukup membayar jarak yang kita tempuh, dan kita dapat lebih produktif selama perjalanan.

Kita tidak lagi memerlukan mobil pribadi, maka kita tidak perlu lagi punya SIM. Kebiasaan berlalu lintas di beberapa kota besar otomatis akan berubah karena akan terjadi pengurangan 90-95 persen mobil pribadi.

Bukankah fenomena itu sudah kita rasakan, khususnya di Jakarta, saat taksi online beroperasi dua tahun lalu? Saat ini, warga Jakarta mulai meninggalkan mobil pribadi, dan menggunakan angkutan umum.

Seiring dengan perubahan itu, perusahaan asuransi akan mendapatkan banyak masalah karena risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas berkuran. Asuransi pun akan menjadi 100 kali lebih murah. Bisnis model asuransi kendaraan pun akan punah.

Bisnis properti (perumahan) di revolusi industri ke-4 juga akan berubah karena jika kita bisa bekerja dalam perjalanan, maka orang akan lebih senang tinggal di tempat yang lebih indah dan nyaman.

Di industri media massa akan banyak karyawan, terutama wartawan yang tidak harus masuk ke kantor setiap hari, sebab mereka bisa menyelesaikan tugas di tempat lain, bahkan di perjalanan.

Listrik akan menjadi makin ramah lingkungan dan murah. Produksi tenaga surya bertumbuh secara eksponensial selama 30 tahun belakangan ini, tetapi baru terlihat dampaknya belakangan ini. Mobil listrik dalam beberapa tahun ke depan pasti akan diproduksi secara massal.

Silakan Anda bayangkan, bagaimana dengan indtsri media massa. Apa spesialisasi yang akan Anda geluti? Menurut Modi, 70-80 persen pekerjaan akan hilang dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

Menurut perkiraan saya, pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas dengan mengandalkan otak (pikiran) masih akan eksis. Konsekuensinya, kita harus super kreatif.

Komputer bisa mendesain atau menciptakan gambar-gambar menarik. Kita tinggal pilih karena ada template-nya. Sebuah karya tulis mungkin saja bisa diambil begitu saja dari sebuah aplikasi seolah menjadi karya kita. Tetapi, kreativitas untuk melahirkan gagasan, dan kemudian dituangkan ke dalam sebuah tulisan tidak bisa diprogram ke dalam komputer secanggih apa pun.

Oleh sebab itu, para mahasiswa menulislah sekarang sebelum otak dan kreativitas Anda “dibajak” peralatan canggih di era revolusi industri jilid 4. Jangan sampai “robot-robot” yang kini bergentayangan di media sosial membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa, dan lebih celaka, kita percaya dengan apa yang tertulis di sana.[]

Dikutip dari Selasar.com

Comments (0)
Add Comment