Catatan Gantyo

KICK ANDY| MATI TERTAWA ALA SRIMULAT

1 311

AHA…, Srimulat manggung lagi bukan di Taman Ria Senayan atau stasiun televisi Indosiar, tapi di Metro TV dalam acara Kick Andy yang dipandu Andy Noya, Jumat (13 Maret 2009). Tidak terasa grup lawak yang pernah amat terkenal itu telah mati suri lebih dari lima tahun.

Tampil di Kick Andy selama satu setengah jam, para anggotanya berbagi kisah tentang perjalanan mereka. Layaknya sebuah kehidupan, ada pasang naik dan surut. Mereka kini tengah berada di pasang surut. Di saat Teguh Slamet Hardjo, pemimpin grup ini masih hidup, Srimulat pada era 70-90-an, pernah berjaya sebagai bisnis lawak Indonesia. Inilah satu-satunya grup lawak yang dikelola seperti sebuah perusahaan, karena mempunyai usaha atau cabang di empat kota: Jakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Setiap cabang, Srimulat selalu melahirkan primadona atau bintang. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya grup-grup lawak baru, Srimulat mulai keteteran, di samping adanya “konflik” di antara para anggotanya yang lazimnya ditandai dengan keluarnya anggota dari grup itu, lalu membuat grup sendiri atau bersolo karier.

Ibarat sebuah peperangan, benteng terakhir Srimulat waktu itu ada di Jakarta. Grup ini secara rutin pentas di Taman Ria Senayan. Tapi lagi-lagi, Srimulat tak mampu bertahan dan kemudian tutup. Ada yang kemudian membuat lawakan baru bahwa tutupnya Srimulat di Senayan karena grup ini tidak mampu bersaing dengan ulah para anggota DPR yang sering membuat “banyolan” politik di gedung DPR yang lokasinya juga di Senayan.

Sampai sekarang, para wakil rakyat kita di Senayan itu bahkan masih doyan membuat “dagelan-dagelan” politik yang wujudnya antara lain membanyolkan setiap proyek yang ujung-ujungnya para anggota DPR dapat “honor” yang jumlahnya hingga miliaran rupiah. Pantas, Srimulat kalah bersaing.



Lebih mengasyikkan di panggung

Apa pun yang terjadi, Srimulat adalah grup lawak yang hebat. Pada suatu hari (lupa tahunnya), saya pernah menyaksikan grup lawak itu saat manggung di Taman Ria Senayan. Nonton secara live di panggung ternyata lebih mengasyikkan ketimbang nonton lewat televisi.

Ibarat pidato, tontonan Srimulat selalu diawali dengan prolog atau pengantar yang biasanya diisi dengan musik dan ada penyanyinya. Sang penyanyi sesekali melucu lewat gerakan tubuhnya. Suara mereka bagus-bagus. Sang penyanyi umumnya menyanyikan lagu-lagu lama yang telah dikenal publik.

Kalau tidak salah ingat, waktu itu si penyanyi (perempuan) menyanyikan lagu “Saya Ini Si Gembala Sapi.” Syair lagu terkadang diplesetkan mirip lawakan grup lawak Teamlo sekarang. Setelah lagu selesai dinyanyikan, seperti biasa, ada anggota (pelawak) Srimulat yang muncul di panggung. Klasik tapi tetap menarik, yang sering kita saksikan adalah seorang pembantu rumah tangga (PRT) yang membawa serbet sambil mengelap perabotan rumah tangga (biasanya meja dan kursi tamu). Sambil bekerja, sang PRT biasanya berbicara kepada penonton “ngrasani” (membicarakan) keburukan sang majikan.



Tetap mengundang tawa

Adegan mirip-mirip seperti itulah yang Jumat malam diperagakan Kabul (Tessy) dan Kadir saat mereka akan tampil di panggung Kick Andy. Tessy “ngrasani” Andy Noya; dan begitu Andy Noya muncul, Tessy malu. Sesuatu yang sudah sangat biasa, tapi tetap saja mengundang tawa, sebab Tessy dan Kadir punya keistimewaan tersendiri saat melakukan adegan itu.

Tessy dan Kadir adalah dua dari sekian banyak “bintang” yang dilahirkan Srimulat. Tessy selalu memerankan waria habis di Srimulat hingga grup lawak itu bubar. Sebelum Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengeluarkan “fatwa haram” sosok “bencong” yang diperankan seorang laki-laki tulen muncul di televisi, Kabul masih memerankan Tessy dalam berbagai kesempatan.

Penampilan Kabul di panggung dan televisi memang sangat ekstrem, alias Tessy banget dengan dandanan yang sepertinya tanpa perhitungan. Saat tampil di Kick Andy, Kabul mengenakan kain yang diubel-ubelkan begitu saja; dan seperti biasa, di jemarinya terpasang cincin batu sebesar telor bebek.

Apa pun dandanannya – dia mengenakan sepatu kumal — itulah Kabul. Kabul bergabung ke Srimulat sejak tahun 1979. Pada awal bergabung ke grup lawak yang didirikan oleh Teguh bersama istri pertamanya bernama Raden Ajeng Srimulat itu, Kabul belum mampu mengundang tawa penonton. “Saat saya melawak, jangankan tertawa, banyak penonton yang malah makan kacang,” katanya.

Nama Tessy sendiri adalah ungkapan spontan Kabul saat di atas panggung ketika lawan mainnya Bambang Gentholet bertanya siapa sesungguhnya namanya. Tessy adalah nama anak kandung Kabul.

Andy Noya punya kenangan tersendiri dengan Kabul saat kakak kandungnya sakit kanker dan dirawat di RS Dharmais, Jakarta. Sebelum meninggal, kakak Andy Noya mengungkapkan ingin bertemu dengan Kabul. Karena pada waktu itu Andy Noya tidak punya relasi dengan Kabul, dia minta bantuan Nico Siahaan untuk mendatangkan Kabul. Meskipun lelah karena baru saja shooting film, Kabul pada jam dua belas malam akhirnya datang juga menemui kakak Andy.

Akan halnya Kadir. Sebelum bergabung ke Srimulat tahun 1983, lelaki berkulit hitam ini adalah anggota grup kesenian tradisional di Jawa Timur. Dialah yang menggagas Srimulat melakukan reuni dan manggung di Taman Ria Senayan tahun 1995. Karakter yang dimiliki Kadir adalah dia sangat pas kalau berbicara dengan dialek Madura. Kadir sendiri berasal dari Kediri.



Punya karakter

Setiap pemain Srimulat mempunyai karakter. Kesimpulan seperti ini pulalah yang dicatat Herry Gendut Djanarto, penulis buku “Teguh Srimulat.” “Lawakannya luar biasa, begitu pula musik-musiknya,” kata Gendut.

Coba amati Nunung dan Mamiek Prakoso yang juga hadir di Kick Andy. Ceplas-ceplos Nunung tak ada yang bisa menandinginya. Kelakarnya sama dengan pelawak pria di grup itu. Menurut Nunung, hal itu bisa dilakukan, sebab di Srimulat, semua pemain sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Di lingkungannya yang sebagian besar laki-laki, tak segan-segan Nunung bergurau: “Ayo-ayo, buatlah aku bancaan (makanan yang dimakan bersama-sama).”

Meskipun telah mati suri, Srimulat tidak akan ditinggalkan Nunung. “Saya lahir dan besar di Srimulat. Jadi sampai kapan pun saya akan bertahan di Srimulat,” katanya menjawab pertanyaan Andy Noya.

Bahwa Srimulat sempat besar dan berjaya, siapa pun tidak ada yang bisa memungkiri, itu adalah berkat Teguh, laki-laki keturunan Tinghoa yang oleh para anggota Srimulat biasa disapa Pak Teguh. Juju, primadona Srimulat, istri kedua Teguh menyebut suaminya itu sebagai laki-laki yang sabar dan pintar. Pak Teguh, katanya, bisa memainkan banyak alat musik. Semangat belajar Teguh juga tinggi. Waktu senggangnya selalu dimanfaatkan untuk membaca, dan dari kebiasaan membaca inilah muncul ide dan kreativitas dalam membuat cerita yang dipentaskan di panggung Srimulat. Dan jangan heran kalau dari pikirannya, Teguh mampu melahirkan episode cerita dengan judul-judul yang aneh dan unik seperti: Air Mata Gigolo, Reuni Kamar Mayat, Bila Musim Cerai Tiba, Brigade Bayi.

Karena punya keunikan dan keluarbiasaan, wajar pula kalau gaya lawakan ala Srimulat, seperti diungkapkan Polo, sering ditiru oleh grup lawak lainnya. Polo pernah tersandung kasus narkoba sebanyak dua kali; sedangkan rekannya, Gogon, yang juga tersandung kasus yang sama kini masih berada di lembaga pemasyarakatan.

Wawan dari grup lawak Teamlo mengakui terinspirasi dari Srimulat saat dia dan teman-temannya melawak lewat musik. “Srimulat telah ‘menjerumuskan’ saya masuk ke jalur komedi,” katanya.

Pengakuan serupa juga diungkapkan Thukul Arwana, pelawak dan host “Bukan Empat Mata” Trans TV. “Saya selalu menonton Srimulat. Pemain Srimulat yang sering saya tiru gayanya adalah Tarzan,” katanya.

Harap maklum, sebab ibarat makanan sebagaimana diungkap Tarzan, Srimulat adalah gudeg yang bisa dimakan oleh siapa saja. Sampai-sampai Srimulat pun diundang untuk manggung di istana saat Pak Harto masih berkuasa sebagai presiden.

Semua orang tentu berkepentingan mati suri Srimulat segera berakhir. Pasalnya, menurut Agum Gumelar, pembina Srimulat, “kita memerlukan mereka untuk menghibur kita di saat kita penat setelah bekerja keras. Kita perlu rileks dan hidup harus seimbang.” Maksudnya, tertawa itu perlu. Bahkan ada ayat dalam sebuah kitab suci yang mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat.***

1 Comment
  1. Anonim says

    Wah.. pak gantyo . . makin Eksis aja nih 😀
    Srimulat emang gak da Sepinya kalo lagi manggung 😀
    sempat liat tuh acaranya pak.
    gak ada habis-habisnya ketawa.

    Sukses TERUS pak GANTYO.

Leave A Reply

Your email address will not be published.