Catatan Gantyo

Rindu Naik Ferrari Ahmad Sahroni

0 253
JIKA tidak ada halangan, Partai NasDem pada Minggu 23 Februari besok akan menggelar Apel Siaga Perubahan di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, di acara itu, partai “balita” tersebut akan mengerahkan 100.000 anggota.

Informasi yang saya peroleh, panitia pelaksana terpaksa menolak para anggota partai yang akan menghadiri hajatan itu, sebab jumlahnya sudah melebihi kuota. Mereka yang mendaftarkan diri pada acara itu total mencapai 160.000 orang, sementara kapasitas GBK “cuma” 100.000 orang.

Kampanye memang belum dimulai. Jika pun Partai NasDem mengumpulkan massa sebanyak itu tidak lain sebagai “pemanasan” menghadapi kampanye terbuka yang akan mulai digelar pekan pertama Maret 2014. Informasi yang berkembang, Partai Gerindra yang mengusung Prabowo menjadi calon presiden juga akan mengadakan acara sejenis pada Minggu 16 Februari 2014. Entah mengapa Partai Gerindra menundanya.

Yang pasti, guna memperkenalkan partai dan meraup suara dalam Pemilu 2014 yang akan digelar 9 April nanti, para caleg sejak bulan lalu mulai “bergerilya” mengikuti jejak Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) melakukan blusukan dari kampung ke kampung menemui para calon pemilih.

Dalam situasi seperti itu, para calon pemilih punya posisi tawar tinggi. Saya kerap mendengar para caleg dari partai mana pun mengeluh, sebab mereka sering dimanfaatkan para calon pemilih sebagai ATM berjalan; belakangan populer dengan istilah “wani piro” (berani bayar berapa).

Menghadapi situasi tidak sehat seperti itu, banyak caleg yang tetap bertahan tidak meladeni virus money politics seperti yang dilakukan caleg Partai NasDem dengan konsekuensi tidak terpilih. “Tidak terpilih dalam Pemilu 2014 tidak jadi soal. Kita bisa berjuang lagi pada Pemilu 2019. Yang penting, kita harus bisa menghentikan praktik money politics dan tidak tergoda untuk membeli suara,” kata salah seorang caleg NasDem DPR-RI di daerah pemilihan Banten.

Caleg DPR-RI dari Partai NasDem Ahmad Sahroni (Dapil DKI Jakarta 3) bahkan mengatakan ia bukannya tidak punya uang, “tapi kita harus bisa menghentikan praktik-praktik politik yang ujung-ujungnya adalah duit.”

Oleh sebab itulah ide-ide kreatif mesti dimunculkan. Menghadapi “Apel Siaga Perubahan”  Minggu mendatang, ia “membungkus” mobil mewahnya (Ferrari Seri 458, BMW M3 dan Jeep Wrangler Rubicon) dengan stiker Partai NasDem. 

Mobil Ferrari bernomor B 2 OBEL dan BMW bernomor B 59 GTS, seperti diberitakan detik.com, berjajar rapi di halaman kantor DPP NasDem, Jl RP Suroso (Gondangdia Lama). Tak jauh dari dua mobil mewah itu ada Jeep Rubicon bernomor D 138 IJ.

Sahroni menuturkan, seluruh biaya persiapan kampanye dengan mobil mewahnya itu keluar dari kocek pribadi. Saya percaya, sebab Sahroni adalah seorang pengusaha, dan karenanya Ferrari dan mobil mewah lain yang ia miliki dibeli dari hasil jerih payahnya berusaha,

bukan dari hasil korupsi. Sebelum sukses menjadi pengusaha, Sahroni sempat menjadi buruh di sebuah perusahaan minyak. Ia sendiri berasal dari keluarga sederhana.

Dia terjun ke dunia politik sebagai caleg praktis nol pengalaman, sama dengan partainya, NasDem yang baru pertama kali ikut pemilu. Sahroni kini dipercaya sebagai Presiden Ferrari Owners’ Club Indonesia (FOCI).

Begitu detik.com (Senin 17 Februari) memberitakan tentang Sahroni dengan mobil mewahnya tersebut, berbagai komentartar minor bermunculan, antara lain dari Arif Haryono yang menulis: “Yang kayak gini kalau sudah jadi anggota DPR gak bakal peduli sama penderitaan  rakyat. Pasti lebih memikirkan bagaimana caranya menambah koleksi mobil mewahnya.”

Pembaca lain bernama Makelaar menimpali: “Perbedaan antara si kaya dan si miskin sangat nampak sekali di bumi pertiwi, mestinya caleg-caleg ini peka, bukan malah mempertontonkan kekayaan seperti ini.” Senada dengan Makelaar, seorang pembaca bernama Palingkecil menulis: “Waduh….koq pamer begini ya? Apa maksudnya? Belum apa-apa sudah gak simpatik.”

Selain komentar minor, tentu ada komentar yang netral dan positif. Tentang apa motif  Sahroni menampilkan ketiga mobil mewahnya yang dibungkus dengan stiker logo Partai NasDem, hanya Sahroni yang tahu persis.

Tidak ada salahnya, Sahroni tak sekadar pamer mobil, tapi juga mengajak warga Jakarta, terutama di dapilnya jalan-jalan naik mobil Ferrari-nya, sebab banyak lho anggota masyarakat yang jangankan naik Ferrari, melihat pun belum pernah. Diam-diam, saya pun merindukan naik Ferrari Ahmad Sahroni.[]

Leave A Reply

Your email address will not be published.