Tahun Evaluasi Diri, Neisha dan Cinta Jokowi

0 316

<
MINGGU 1 Januari 2017. Selamat tahun baru para sahabat, teman dan siapa pun yang kebetulan membaca catatan saya. Alhamdulillah, puji Tuhan, pergantian tahun baru di negeri ini berlangsung dengan aman, damai dan sejahtera. Thanks God.

Terimakasih Polri, TNI dan para aparatnya (termasuk petugas intel) yang telah menjaga keamanan di mana-mana, sehingga warga negeri nan-indah ini bisa memasuki dan menapaki tahun 2017 tanpa perasaan waswas.

Karena tanggal 1 Januari 2017 bertepatan dengan hari Minggu, para aparat keamanan – seperti halnya tanggal 25 Desember 2016 yang juga jatuh hari Minggu – tetap menjaga sejumlah gereja, termasuk gereja saya, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Tangerang.

Guna memberikan laporan kepada sang komandan, seorang polisi berseragam, Minggu 1 Januari minta izin kepada saya untuk mengambil suasana peribadahan di ruang ibadah menggunakan kamera HP.

Setelah petugas mengambil gambar dari beberapa sudut pandang, tak lama kemudian masuk seorang laki-laki asing berkaos. Curiga, saya lalu bertanya kepada polisi berseragam: “Bapak ini siapa, teman Bapak?”  Dijawab: “Intel dari Polres Tangerang.”

Oh, ya sudah kalau begitu, saya tenang. Maaf, pak polisi. Mohon dimaklumi, sebab sebagian orang memasuki tahun baru masih waswas karena sebelumnya Densus 88 menangkap penjahat yang mengaku akan meledakkan bom saat Natal 2016 dan Tahun Baru 2017. Rupanya jajaran kepolisian tak mau kecolongan ada “pengantin” yang nekat mati bunuh diri.

Ibadah malam pergantian tahun di gereja kami pada Sabtu 31 Desember 2016 juga berlangsung aman. Di luar gereja memang terdengar ledakan berkali-kali. Bukan bom, melainkan suara kembang api yang disulut  tetangga gereja yang bersukacita menyambut datangnya tahun baru.

Dalam ibadah tutup tahun yang dihadiri 111 jemaat itu, Pdt GKJ Tangerang Matias Filemon Hadiputro lewat khotbahnya mengajak kami untuk senantiasa mau mengevaluasi diri. Menurut Matias, orang yang biasa mengevaluasi diri sendiri, lazimnya tidak mudah tergoda untuk menyalahkan dan menghakimi orang lain.

Matias mengatakan, banyak orang mengharapkan, bahkan menuntut orang lain untuk berubah. Tapi ironisnya, orang lain yang menuntut itu tak mau mengubah dirinya sendiri. “Perubahan tidak mungkin kita harapkan dari orang lain. Perubahan tidak mungkin datang jika kita menghakimi orang lain,” katanya.

Saat memberikan khotbah pada ibadah awal tahun (Minggu 1 Januari 2017), Matias mengingatkan bahwa Tuhan memberikan waktu untuk menebarkan cinta kasih. “Saatnya kita menebar cinta itu dimulai dari keluarga. Pergunakanlah waktu untuk mencintai, sebab ada saatnya kita tidak bisa mencintai lagi,” demikian Pdt Matias.

Untuk menebar kebaikan dan cinta ternyata tidak memerlukan biaya mahal. Menebar cinta dan kepedulian bisa  dilakukan kapan saja dan oleh siapa pun, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sehari-hari sibuk mengurus negara dan bangsa.

Sepulang dari gereja, melalui grup What’s App (WA), saya mendapat kiriman video karya Kaesang, putra Jokowi yang diunggah di Youtube pada 31 Desember 2016. Saat saya melihat tayangan yang ada di sana, video itu baru ditonton  96.304 kali.

Di dalam video itu, Kaesang menunjukkan adegan bocah perempuan yang menangis meraung-raung karena tidak sempat bertemu dengan Pak Jokowi saat presiden ketujuh RI itu berkunjung ke Tomohon belum lama ini.

Tangis Neisha, bocah itu semakin menjadi-jadi karena sang orang tua, terkesan acuh tak acuh dan pastinya tak berdaya, karena mana mungkin memenuhi permintaan sang anak yang terus merengek minta bertemu dengan Presiden Jokowi.

Kaesang dan kakak perempuannya, Kahyang  Ayu, rupanya kreatif. Ia mempertemukan Neisha dengan bapaknya melalui telepon. Di seberang sana, Neisha dan ibunya tentu girang, karena Jokowi dengan santai berdialog dengan Neisha.

Jokowi adalah orang pertama di republik ini. Dia benar-benar cinta dan peduli kepada rakyatnya. Ia dan keluarganya telah memberikan teladan kepada kita. Cinta dibangun dari keluarga. Ia bersahaja dan mau menyapa siapa pun tanpa melihat latar belakangnya.

Tak terasa air mata saya menetes saat menonton tayangan tersebut. Silakan lihat di sini: https://youtu.be/oh2Wh8ZAiHA

Karena itu saya (maaf) tidak habis pikir mengapa ada sementara pihak yang mengganggu dan tidak menginginkan ia menyelesaikan tugasnya sebagai presiden hingga tahun 2019 sesuai dengan konstitusi.

Tahun 2017 adalah tahun evaluasi diri agar kita bisa belajar mencintai. Selamat tahun baru Pak Jokowi. Tuhan menyertai  Bapak dan keluarga. Selamat berkarya untuk negeri tercinta: Indonesia.[]

Leave A Reply

Your email address will not be published.