Negara Asing Memanfaatkan Kebodohan Kaum Intoleran

0 324

DIAKUI atau tidak, sekarang ini ada sementara pihak yang memanfaatkan (baca: menjual) agama untuk meraih kekuasaan dan ujung-ujungnya Pancasila dengan kebinekaannya tereliminasi.

Siapa yang senang jika perahu Indonesia retak? Pastinya adalah negara-negara asing yang tidak senang dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang tidak rela aset atau kekayaan bumi pertiwi dikuasai atau dipermainkan negara adikuasa.

Siapa negara-negara asing tersebut? Kalau ditanya seperti ini, terus terang saya tidak bisa (takut?) menjawabnya. Banyak orang menyebut negara-negara itu adalah “koalisi” AS-Israel-Arab Saudi.

Disebut-sebut AS “cemburu” lantaran Indonesia sekarang ini lebih akrab dengan poros Rusia-China-Iran.

Lewat Arab Saudi, AS disebut-sebut menggelorakan sentimen agama di Indonesia yang wujudnya bisa kita saksikan belakangan ini. Sentimen agama ini merangsek dengan memanfaatkan dunia maya (media sosial) yang tidak bisa lagi dibendung oleh siapa pun.

AS ikut bermain? Maaf, saya tidak berani menjawab. Namun, faktanya, meski AS dianggap kafir oleh sementara komunitas intoleran (radikal), negara ini tak pernah disebut-sebut oleh mereka sebagai negara yang layak dimusuhi atau dicurigai.

Negara-negara yang selama ini disebut-sebut oleh kaum radikal di sini hanya Rusia dan China. Dua negara ini diidentikkan dengan komunis dan dihembuskanlah isu PKI bangkit. Harap maklum, sejak dulu AS memang alergi dengan komunis. Makanya jangan heran kalau AS berbaik-baik dengan pemerintahan Soeharto setelah ia berhasil mengeliminasi PKI di negeri ini.

Persisnya seperti apa? Silakan simak tulisan Muhammad Zazuli berjudul “Kebodohan adalah Musuh yang Terbesar” yang hari ini (Senin 2 Januari 2017) disebarluaskan melalui media sosial dan What’s App.

Membaca analisisnya, pastinya membuat kita lebih paham daripada terus gagal paham dan membuat kita bodoh sepanjang zaman. Berikut tulisannya:

“Saya sungguh tidak habis pikir dengan cara berpikir kaum sumbu pendek yang sangat mudah dipancing dan dimanfaatkan demi kepentingan politik tertentu.

Tulisan ini sengaja saya buat sekadar untuk mengingatkan kembali bahwa sesungguhnya segala permasalahan besar di dunia ini berasal dari kepentingan ekonomi dan politik yang tumbuh dari sifat serakah dan egois manusia yang gemar menghalalkan segala cara.

Salah satu cara paling mudah dan paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan cara “menjual agama”.

Meskipun Era Perang Dingin telah berlalu, ternyata perang pengaruh antara negara-negara adidaya masih memainkan peranan penting dalam menentukan bulat lonjongnya serta panas dinginnya suhu politik dunia masa kini.

Mereka tidak peduli dengan jatuhnya ribuan korban tak berdosa demi tercapainya ambisi mereka. (Ingat, kematian sekitar 250.000 warga Hiroshima Nagasaki yang hanya dianggap sebagai “kerusakan sampingan” atau Collateral Damage oleh para politisi Amerika di tahun 1945).

Suriah dulunya adalah negara yang stabil, makmur, damai, beragam, toleran dan menghargai perbedaan sebagaimana Indonesia. Tapi demi kepentingan politik dan ekonomi tertentu, mereka dipancing dan dimanipulasi untuk menghancurkan negaranya sendiri dan berperang dengan sesama bangsanya sendiri hanya karena permainan politik kotor antara Israel, Amerika, Arab Saudi dan Turki yang berseberangan kepentingan dengan Iran, Rusia dan China untuk memperebutkan pengaruh politik dan penguasaan atas sumber daya minyak dengan memanfaatkan isu agama Syiah vs Sunni.

Sesungguhnya ini bukanlah perang antara Sunni vs Syiah melainkan Perang Proxy antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika melawan Blok Timur yang dipimpin oleh Rusia dengan menggunakan isu SARA di negara muslim.

Situasi di Suriah (Foto: AFP/Metrotvnews)

Amerika dan Rusia tidak perlu mengotori tangannya sendiri. Mereka terlalu cerdas untuk melakukan hal sepele semacam itu. Cukuplah sesama muslim Suriah dan “jihadis” muslim dari 80 negara saja yang saling berperang dan meregang nyawa.

Mereka cukup ongkang-ongkang kaki dan menikmati hasil akhirnya sambil tertawa terbahak-bahak menertawakan kebodohan orang-orang yang mereka permainkan.

Ingat, Suriah adalah negara yang sangat tegas memusuhi Israel yang dianggapnya telah merebut tanah warga Palestina. Demi stabilitas Israel di Timur Tengah, maka Suriah perlu dihancurkan. Ini hanya bisa dilakukan dengan dukungan Amerika Serikat yang juga memiliki hubungan mesra dengan Arab Saudi karena kepentingan bisnis minyak di antara keduanya.

Buktinya ISIS yang mendapat bantuan dana dari Amerika dan Arab Saudi tidak pernah mengeluarkan seruan untuk memerangi Israel. Dengan dukungan Arab Saudi yang memiliki jaringan kuat di dunia muslim (baik melalui suplai dana, suplai ideologi, suplai buku-buku agama maupun suplai ulama dan suplai ustadznya ke seluruh dunia Islam) tentu akan sangat mudah menggiring opini publik Islam, misal dengan isu Sunni vs Syiah yang selalu saja mereka tebarkan.

Sungguh hanya orang bodoh yang mudah dimanfaatkan untuk saling membenci dan saling menghancurkan secara tanpa sadar demi kepentingan pihak luar yang memanipulasi pikiran mereka. Negara hancur, rakyat menderita dan pihak lawan tertawa terbahak-bahak melihat kesuksesan permainan serta strategi mereka yang brilian dan jenius yang tidak bakalan sanggup dipahami oleh kemampuan otak serta standar IQ 2D mereka.

Operasi intelejen dan rahasia yang dipersiapkan oleh beberapa gelintir otak yang jenius semacam Robert A. Cohen, ketua AIPAC – lobby Zionis terkuat di Gedung Putih, mampu mempermainkan nasib dan mengorbankan jutaan orang awam.

Di Indonesia juga sama saja. Ribuan orang turun  ke jalan, seruan makar dikumandangkan, politik kebencian dijalankan, aksi boikot “rush money” ditebarkan tanpa mereka sadar bahwa sebenarnya ada kekuatan asing yang ingin menghancurkan dan menguasai sumber daya negeri ini dengan cara memanipulasi, mengendalikan dan memanfaatkan mereka yang memang minim wawasan, dangkal dalam berpikir, gampang diprovokasi dan rentan diadu domba.

Tidak hanya kekuatan asing, para pemain politik dalam negeri yang licik dan menghalalkan segala cara juga turut serta berusaha mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kecenderungan mereka yang bodoh tapi keras kepala ini.

Seandainya mereka sedikit saja lebih pintar pasti mereka bisa membaca situasi ini. Sesungguhnya hanya orang bodohlah yang mudah membenci dan hanya orang yang mudah membencilah yang gampang dimanfaatkan serta diadu domba.

Ideologi Pan Islamisme yang diserukan oleh Arab Saudi dan Turki ternyata mengandung motif yang layak dipertanyakan karena ternyata kedua negara tersebut juga berhubungan mesra dengan Amerika Serikat dan Israel.

Tidak aneh jika para pendukung ideologi tersebut di negeri ini seperti FPI, PKS, HTI dan kelompok pro ISIS lainnya ikut meradang saat ISIS dan kelompok pemberontak Suriah lainnya berhasil dipukul mundur dari Aleppo. Kelompok-kelompok ini juga tidak pernah menyerukan kecaman kepada ISIS bahkan seolah ikut mendukung dan membelanya.

Suriah dekat dengan Iran dan Rusia. Iran adalah negara Islam yang saat ini paling hebat kekuatan dan teknologi militernya karena didukung oleh Rusia. Jelas ini merupakan ancaman bagi dominasi pengaruh Amerika di dunia dan stabilitas Israel di Timur Tengah. Arab Saudi pun takut tersaingi pengaruhnya di dunia Islam oleh Iran yang kebetulan menganut Syiah.

Itulah sebabnya kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan gerakan Wahabi yang berasal dari Arab Saudi (seperti FPI, PKS, HTI dan lain-lain selalu menyerukan slogan “Anti Syiah”) dan hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Amerika sebagai sekutu Arab Saudi untuk melancarkan agenda-agendanya ke negara-negara muslim.

Dalam politik tidak ada kawan dan musuh abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Itulah sebabnya bahkan yang bertentangan ideologi pun seperti Arab Saudi dan Turki bisa bekerja sama dan bersekutu dengan Amerika dan Israel, khususnya dalam kasus Suriah ini.

Semua demi kepentingannya sendiri-sendiri. Pada akhirnya terungkaplah sebuah kebenaran abadi bahwa hanya fulus-lah yang maha-benar dan menjadi “tuhan” sejati bagi semua umat di dunia. Sungguh musuh terbesar bukanlah setan, bukan iblis, bukan dajjal, bukan Amerika, bukan zionis, bukan orang kafir dan juga bukan pihak lain, tapi kebodohan, kebencian, keserakahan dan kepongahan kita sendiri.

Bagi Anda yang masih peduli dengan NKRI, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika mari kita sebarkan pesan perdamaian ini. Fenomena dan gejalanya sudah tampak sangat jelas di negeri ini di mana kelompok radikal makin tumbuh dengan subur dan pesat di negeri yang damai dan kaya sumber daya alam ini.

Kehancuran Suriah dimulai dari “demo-demo anti-pemerintah” yang disebarkan oleh kelompok radikal. Kini rakyat Suriah menyesal karena telah masuk ke dalam jebakan dan terperosok ke dalam lubang penderitaan yang berkepanjangan. Jangan sampai Indonesia disuriahkan oleh mereka yang hanya menjadi pion dan boneka tanpa sadar dari negara-negara adidaya yang licik, serakah tapi jenius.

Salam cerdas. Salam waras…..”[]

Leave A Reply

Your email address will not be published.