INGIN ENAK, JANGAN CUMA SEKALI DONG
Ya berulang-ulang. Itulah salah satu cara untuk meraih sukses. Jika Anda punya tujuan, kata motivator Arvan Pradiansyah dalam acara Friday Spirit di Radio Ramako, Jumat (15/2), wujudkan dan lakukanlah berulang-ulang, jangan cuma sekali. “Kalau Anda gagal, lakukan lagi,” katanya.
Siapa yang tidak kenal Sylvester Stallone. Banyak di antara kita mengenal si ‘Rambo’ ini sebagai bintang film laga yang dari sononya memang sudah membawa hoki. Sebelum berperan sebagai Rambo yang dalam film itu dia ditugasi membebaskan tentara AS yang ditahan di Vietnam, Sylvester yang biasa disapa Sly lebih dulu berperan sebagai Rocky dalam film Rocky.
Di puncak kejayaannya, Sly pernah dikenal sebagai salah satu bintang paling populer di Hollywood, dengan bayaran mencapai US$20 juta per film. Apakah ia terlahir dengan sebuah nasib baik sebagai bintang? Apakah ia seorang aktor dengan bakat alam? Apakah ia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat? Jelas tidak. Ia harus berjuang ekstra keras dalam mengatasi hambatan perjalanannya menuju kesuksesan, dan perjuangannya itu dilakukan berulang-ulang.
Sly bukan berasal dari keluarga mampu. Sang ibu melahirkannya di tangga pintu sebuah sekolah. Saat remaja, sebuah pukulan dari temannya membuat ia harus menderita kelainan saraf di bagian mukanya, membuat sisi kanan wajahnya menjadi tidak normal. Dia gagap saat berbicara. Ujung bibirnya selalu tertarik ke bawah.
Sejak kanak-kanak Sly bercita-cita jadi bintang film. Ia betul-betul mempunyai komitmen untuk melakukan apa saja yang diperlukan untuk merealisasikan mimpinya. Pertama-tama, ia mendaftar pada sebuah sekolah akting dan kemudian mengikuti audisi. Aktingnya terang saja kaku, bicaranya gagap, Stallone selalu ditolak pada peran apa pun yang diinginkannya.
Tetapi dia tidak menyerah. Dengan tekun ia terus mengubah strategi supaya lolos audisi. Pada saat ia di tolak pada setiap audisi, ia menarik kursi dan duduk di depan kantor manager, menolak pergi sampai mereka memberinya kesempatan. Sesudah duduk berjam-jam, mereka tergerak atas keinginannya yang sangat kuat untuk mendapatkan kesempatan, dan memberinya peran. Walaupun ia hanya muncul selama beberapa menit sebagai figuran, ini sudah merupakan terobosan pertama baginya.
Namun setelah itu Sly menemui banyak kegagalan saat dia ingin mendapatkan peran lain. Sang istri menyarankannya untuk menyerah, meninggalkan impian yang dianggapnya bodoh, dan mencari pekerjaan lain. Sly menjawab: “Jika saya mendapatkan pekerjaan lain, saya akan kehilangan satu-satunya hal yang penting dalam hidup saya. Bila saya berhenti berusaha dan bekerja di bidang lain,berarti saya menjual mimpi saya.”
Pada titik terendah dalam hidupnya, ia menonton sebuah pertandingan tinju perebutan juara dunia kelas berat antara Mohammad Ali dan Chuck Wepner, seorang petinju lemah yang menurut ramalan banyak orang akan dapat dirobohkan dalam tiga ronde. Yang tidak diduga oleh orang banyak adalah kemantapan dan kekerasan hati Wepner. Ia dapat menyelesaikan total lima belas ronde melawan Ali hanya karena ia tidak mau roboh.
Sly sangat terinspirasi dengan tontonan tersebut dan muncul visi tentang sebuah film yang akan ia tulis naskahnya. Ia mulai menulis 84 jam tanpa henti hingga ia dapat menyelesaikan manuskrip film Rocky. Ia sangat gembira dengan manuskripnya tersebut karena dalam pikirannya ia tahu bahwa manuskrip tersebut akan menjadi sebuah film yang akan mengubah hidup dan nasibnya.
Namun, pada saat ia mulai menjual manuskripnya, semua orang berkata bahwa jalan ceritanya terlalu mudah ditebak dan tidak ada orang yang mau menonton film tinju. Tetapi ia tidak menyerah. Ia terus berusaha menawarkan ke siapa saja, sampai sebuah perusahaan mau menawarnya dengan harga US$75.000 untuk naskah dan hak pembuatan filmnya. Ini membuat Sly sangat gembira, tetapi mimpinya adalah menjadi aktor, bukan menjadi penulis.
Kepada perusahaan yang mau menerima naskahnya, Sly mengajukan syarat ia harus menjadi aktor utamanya. Mereka menolak dan berkata, “Kamu adalah penulis, bukan aktor. Tidak mungkin kami memberikan peran tersebut kepadamu” Tetapi Sly berkeras menolak menjual naskah tersebut jika bukan ia pemeran utamanya. Mereka kemudian menaikkan penawarannya menjadi US$255.000 sampai US$ 1 juta. Namun Sly tetap menolak,dan mengatakan bahwa pemeran Rocky harus dirinya, tidak boleh orang lain. Walaupun ia miskin dan lapar, ia menolak menjual impiannya untuk uang dengan enam digit. Itulah komitmennya.
Akhirnya mereka setuju dengan syarat bahwa film ini akan dibuat dengan anggaran ketat maksimum US$1 juta, dan Stallone menerima US$35.000 untuk naskahnya. Selain itu, Sly akan mendapatkan tambahan penghasilan berdasarkan presentase penghasilan yang diperoleh jika filmnya laku di pasaran. Ia langsung setuju. Rocky pun menjadi film dan Sly sebagai pemeran utama. Film itu sukses di pasar. Sly jadi bintang terkenal setelah membintangi film yang juga sangat populer Rambo.
Kunci sukses Silvester Stallone adalah dia melakukan berulang-ulang. Sebenarnya setiap manusia mempunyai potensi dan memiliki cita-cita besar. Tapi sayang, mimpi itu tidak ditindaklanjuti dengan aksi. Setelah ada orang yang melakukan aksi, kita cuma bisa berkomentar: “Ah, kalau cuma itu, aku juga bisa.” Oke, Anda memang bisa. Tapi kapan mewujudkannnya?
Banyak di antara kita yang menyadari penuh bahwa di depan kita begitu banyak peluang, tapi peluang itu tinggal peluang, sebab tidak ada yang mengisi dan mencobanya. Atau kalaupun mencoba, cuma sekali dan belum berulang-ulang. Padahal diri kita, menurut Arvan, adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Sukses tidak datang secara instan. Jangan takut salah, sebab kesalahan merupakan anak tangga untuk naik ke anak tangga yang lebih tinggi.
Arvan mengatakan dalam meraih impian sebaiknya kita punya mental seperti bola bekel yang kalau dibanting ke lantai melanting ke atas, semakin keras semakin tinggi. Jangan bermental seperti martabak yang kalau dibanting semakin lembek. Arvan mengingatkan sampai sedemikian jauh tidak ada orang yang dilahirkan kemudian terdaktir menjadi orang terkenal atau orang sukses/hebat. Mereka terkenal karena melakukan pekerjaan yang berulang-ulang.
Anda mungkin satu dari sekian banyak orang yang belum berhasil mewujudkan impian. Mengapa hal itu terjadi? Cobalah renungkan dengan berkata dalam diri sendiri bisa jadi Anda belum melakukan apa-apa; kalaupun sudah melakukan, tapi cuma sekali.*
Gantyo Koespradono