MERANGSANG GENERASI MUDA GKJ JADI ENTREPRENEUR

0 280

Catatan Gantyo Koespradono

“SYALOM. Dalam rangka mendukung kemandirian generasi muda GKJ, LPP Kabar Baik berinisiatif membentuk koperasi EMG. Saya mengundang Bapak menjadi anggota utama/pendiri. Atas kesediaannya, terimakasih.”

Itulah pesan singkat (SMS) yang masuk ke ponsel saya pada hari Sabtu (28 Agustus 2012) pukul 14.29. 
Terkirim tanpa nama, saya kemudian membalas dan menanyakan siapa pengirim SMS tersebut. Beberapa menit kemudian saya baru mengetahui sang pengirim SMS ternyata Pdt Firman Adi K, koordinator Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP)  Kabar Baik.

Pdt Firman kemudian mengundang saya untuk hadir dalam rapat pembentukan koperasi pada hari Selasa 30 Juli 2012 pukul 15.00 di PT Power PR Pacific, Citylofts, kawasan Jl Sudirman, Jakarta Pusat. Ini adalah kantor Bapak Christovita Wiloto, warga Gereja Kristen Jawa (GKJ) Tangerang Pepanthan (Cabang) Serpong.

Penasaran dengan rencana tersebut, Minggu (29 Juli 2012) malam, saya menemui Pdt Firman. Kebetulan beliau berkhotbah di GKJ Tangerang. Dalam pertemuan tersebut, Pdt Firman mengungkapkan ”kegalauannya” dengan generasi muda gereja-gereja Kristen Jawa yang takut berwirausaha, padahal peluang sudah ada di depan mata. Banyak peluang diberikan kepada mereka dalam berbagai kesempatan, tapi tidak pernah direspons dengan segera menjadi sebuah usaha yang mendatangkan berkat buat dirinya sendiri dan orang lain.

”Saya bingung, sebenarnya apa ya penyebabnya, anak-anak muda sekarang, kok takut berusaha. Ada peluang, tapi kok tidak pernah dimanfaatkan dengan baik,” katanya.

Saya jawab, karena orang-orang Jawa bermental priyayi, seperti juga saya. Hingga pensiun bulan Mei 2012 lalu, saya adalah seorang pekerja, meskipun saya bisa ”menghibur diri” dengan mengatakan bahwa saya sesungguhnya bukan seorang pekerja, tapi seorang profesional. Profesi saya adalah wartawan. Hitung-hitung lebih dari seperempat abad saya berkecimpung di dunia kewatawanan. Terakhir, saya menjalankan profesi itu di koran Media Indonesia.

Setelah pensiun beberapa bulan ini, saya baru beralih menjadi entreprenur untuk proyek penulisan buku. Klien saya, antara lain ya Media Indonesia. Lucu juga, untuk mengerjakan proyek itu, saya harus mengajukan proposal dan penawaran harga.

Tuhan rupanya memanggil saya sebagai penulis. Ada saja pihak yang minta dibuatkan buku. Beberapa bulan sebelum purnatugas sebagai jurnalis, saya diminta menuliskan biografi konglomerat Ibrahim Risjad. Syaratnya harus siap bolak balik Jakarta-Singapura, karena yang bersangkutan tinggal di negeri tetangga tersebut. Tak cocok harga, proyek gagal. Belakangan, Ibrahim Risjad meninggal dunia.

Kembali ke soal rencana pembentukan koperasi. Belakangan, saya baru tahu, EMG adalah singkatan dari Entreprenur Muda GKJ. Undangan Pak Firman kepada saya adalah tindak lanjut dari pertemuan yang pernah digelar LPP Kabar Baik  pada 4 Februari 2012  di Universitas Kristen Indonesia.

Pertemuan yang digelar pada saat itu dalam rangka mengembangkan mitra pewartaan, sekaligus melakukan pendampingan bagi para usahawan dan menumbuhkan jiwa entrepreneur di kalangan warga GKJ, khususnya anak-anak muda. Berbicara pada forum tersebut kala itu adalah Hasyim Djojohadikusumo, Prof Roy Sembel, DR Asto Subroto, DR Prasetyantoko, Julie Shie, dan Christovita Wiloto.

Memenuhi undangan Pdt Firman, saya datang ke kantor Power PR di Penthouse Lantai 28 Sudirman Citylofts. Saya orang pertama yang datang ke sana, menyusul kemudian Bapak Arianto W dan Bapak Edy Suprianto (keduanya warga GKJ Tangerang dan sudah berkecimpung di dunia entrepreneurship).

Tidak berselang lama, datang Pak Bambang Suroso (pengusaha yang bergerak di bidang logam/baja), menyusul kemudian Pdt Firman dan Bapak Sugiyata, pengusaha yang juga bergerak di bidang logam dan memproduksi suku cadang kendaraan bermotor. Peserta berikutnya adalah Bp Yohanes Setio Priyono (bekerja di sektor keuangan), Bapak Sri Sampurno (dedengkot GKJ Joglo, pensiunan bendahara Lembaga Alkitab Indonesia), dan Bapak Thomas Indriyatmo (pengusaha pasir dan pernah mendirikan koperasi di kampung halamannya).

Dalam pertemuan itu, Pak Christov didampingi Bapak Apri Hardani, ahli perencanaan keuangan perusahaan. Keahlian Pak Pri – begitu dia biasa dipanggil – adalah meyakinkan lembaga keuangan bahwa sebuah perusahaan (kliennya) benar-benar bankable, sehingga layak diberi pinjaman untuk mengembangkan usaha. Katakanlah kalau perusahaan butuh Rp 1 miliar, dia mampu meyakinkan bank bahwa sang klien memang butuh Rp 1 miliar, sehingga bank rela menggelontorkan dana Rp 1 miliar.

Jadi, dalam pertemuan itu, total ada 12 orang. Hampir tiga jam kami berbincang-bincang yang intinya berupa tekad koperasi EMG harus segera terbentuk. Meskipun berbentuk koperasi, namanya nanti bukan ”koperasi”. Maklum, menurut Pak Christov, nama atau image ”koperasi” di Indonesia sudah tidak lagi seindah tujuan mulianya. ”Pokoknya, koperasi kita ini harus bisa lebih besar dari GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia),” katanya.

LPP Kabar Baik sendiri, sebagaimana diungkap Pdt Firman, berharap kelak lembaga ini bisa menjadi Alkitab yang hidup di tengah keberagaman bangsa ini. ”Kami berharap entrepreneur muda GKJ yang berhimpun di lembaga ini bisa menjadi gula. Anggotanya harus bisa menjadi transetter,” katanya.

Pak Christov mengharapkan para anggota koperasi EMG nantinya harus benar-benar profesional, begitu pula pengelolaannya. Yes, koperasi memang harus siap menolong, tapi dasar atau pijakannya adalah bisnis. Jadi tidak bisa layaknya lembaga diakonia yang anggotanya ngutang lalu ngemplang. ”Bahkan anggota yang akan pinjam uang di koperasi untuk modal usaha, harus mendapat rekomendasi dari majelis dan pendeta,” kata Christov.

Jika koperasi ini berdiri, kelak harus diupayakan punya bapak angkat (pengusaha yang sudah sukses), sehingga para anggotanya bisa ”tandem” dulu kepada sang pengusaha. Pengurusnya juga harus siap 24 jam dalam tujuh hari. Dengan kata lain, koperasi ini tak ubahnya adalah gereja yang hidup dan beraktivitas selama satu minggu nonstop.

Dalam pertemuan yang berlangsung hingga malam menjelang tersebut, Pak Christov juga mengungkapkan berbagai alternatif konsep bisnis koperasi dan peluang usaha yang bisa dikelelola warga GKJ, khususnya anak-anak muda. Peluang memang besar, tapi anak-anak muda GKJ harus tetap menyadari bahwa menjalankan bisnis tidak bisa menghasilkan sesuatu yang serba instan. Sebaliknya, menjalankan bisnis harus tekun, karena memang tidak mudah. 

Akhirnya para ”calon perintis” koperasi EMG yang hadir dalam pertemuan tersebut sepakat untuk tidak menjadikan pertemuan hari itu sekadar wacana. Pak Christov minta peserta yang hadir untuk mengumpulkan KTP.

Karena sebagian besar KTP peserta, ada di resepsionis gedung, saya mengusulkan agar segera diambil, ditukar dengan tanda pengenal atau jaminan stafnya Pak Christov. 

Tanpa menunda-nunda, kami sepakat mengumpulkan KTP dan difotokopi sebagai syarat pendirian koperasi. Sebuah tindakan sederhana untuk langkah yang besar. Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Sebelum pulang, kami bersepakat untuk bertemu lagi mengkonkretkan langkah-langkah berikutnya. Kami bersepakat mengadakan pertemuan pada hari Sabtu, 11 Agustus 2012 pukul 2012 di kantor Pak Asto di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Halo, Anda warga GKJ berminat. Silakan kontak nama-nama yang telah saya tulis di atas. Sukses untuk kita semua, karena Tuhan beserta  dengan kita.*



Leave A Reply

Your email address will not be published.