Dua dan Tambah Lagi Satu

0 244
Catatan: Gantyo Koespradono
JIKA memang kematian adalah kehendak-Nya, saya sering tidak habis pikir dan bertanya-tanya, mengapa Tuhan “mengizinkan” umat-Nya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan tragis di jalan raya.


Berpikir seperti itulah yang membuat saya Kamis (23 Agustus 2012) nyaris tidak bisa tidur setelah mendengar kabar kakak kandung Sigit, suami keponakan saya (Timotia), mengalami kecelakaan tragis saat mobil (Suzuki Carry) G 8511 AF yang dikendarainya bertabrakan dengan bus PO Kurnia G 1575 BF di jalan raya Tegal-Purwokerto pada Kamis (23/8) pagi. Persisnya, kecelakaan maut itu terjadi di Desa Jatilawang, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal. 

Kecelakaan itu pun segera diberitakan televisi dan banyak media online pada hari yang sama, sebab memang memiliki nilai berita. Kecelakaan itu merenggut dua nyawa dan tiga luka-luka.

Korban tewas adalah Anjar Mukti Pranowo (34), kakak kandung Sigit dan putra bungsunya yang masih bayi, Arjuna (8 bulan) Mereka meninggal saat menjalani perawatan di RSUD dr Soesilo Slawi. Tiga penumpang Carry lainnya, Sri Utami Ningsih (30), istri Anjar, dan Krisna (9), anaknya, mengalami luka berat. Kabar terakhir yang saya dengar dari Tulus, ayah Timotia, Krisna dirawat di ICU, karena mengalami pendarahan di otak dan patah kaki. Anaknya yang satu lagi, Bima (12), mengalami luka ringan.

Bedasarkan informasi yang saya baca dari media online, kecelakaan maut itu terjadi setelah Anjar menyalip beberapa kendaraan yang ada di depannya. Pada saat yang bersamaan dari arah berlawanan melintas bus Kurnia. Anjar panik. Dia berusaha menghindari bus dengan membanting stir ke kanan. Sebaliknya, pengemudi bus   membanting stir ke kiri. 

Hantaman yang begitu keras membuat minibus yang dikendarai Anjar ringsek, begitu pula penumpangnya. Anjar dan anak bungsunya, Arjuna meninggal dunia. Krisna tak sadarkan diri, karena mengalami pendarahan di otak dan dimasukkan ke ruang ICU sebuah rumah sakit di Tegal.

Peristiwa itu menambah deretan panjang korban tewas kecelakaan lalu lintas di jalan raya pra dan pasca-Lebaran. Tahukah Anda, berapa orang yang meninggal di jalan raya dalam musim mudik Lebaran tahun ini? Jumlahnya sungguh sangat menyesakkan dada. Sampai dengan Kamis 23 Agustus 2012, tercatat ada 760 orang! Ini angka resmi yang dikeluarkan Posko Harian Tingkat Nasional Angkutan Lebaran Terpadu sebagaimana diberitakan detik.com. 

Jumlah yang pastinya sangat fantastik, karena melebihi korban tewas dalam sebuah aksi perang antarnegara dalam kurun waktu tidak sampai 30 hari. Bayangkan, dalam waktu yang hanya 20 harian sejak musim mudik Lebaran, 760 orang tewas. Saya tidak tahu, jumlah itu apakah sudah termasuk kakak suami keponakan saya.

Mati di jalan raya apakah memang diizinkan Tuhan? Jika memang demikian, mengapa justru di saat banyak orang tengah bersukacita merayakan Lebaran dan dalam rangka mudik bertemu dengan sanak saudara?

Saya sangat bisa merasakan bagaimana terpukulnya keluarga Sigit, orang tua, dan anggota keluarga dekat maupun jauh. Mendengar kabar duka itu, saya bahkan sulit memejamkan mata. Juga tentunya adik kami, Tulus Sih Karunianto yang menantunya (Sigit) tengah berduka kehilangan kakak kandung dan keponakannya.

Jumat (24 Agustus 2012) pagi, tetangga dan handai taulan mengantar Anjar dan Arjuna ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Tegal.

Ya, Tuhan, mengapa “penderitaan” yang menimpa keluarga Anjar belum juga berakhir? Tulus Sih Karunianto pagi ini (Jumat 24 Agustus 2012) sambil menangis memberitahu saya bahwa Krisna yang tak sadarkan diri di ICU “menyusul” ayahnya ke alam baka. Dia meninggal justru ketika sang ayah dan adiknya sedang dimakamkan.

Mendengar kabar itu, badan saya ikut lemas, tidak tahu harus berkata dukacita seperti apa kepada keluarga yang ditinggalkan. Kita bisa saja bilang sabar, tapi apakah kita bisa menerima kata-kata penghiburan seperti itu di kala kita menghadapi fakta yang menurut ukuran manusia sangat menyakitkan dan terasa getir luar biasa?

Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar Dia memberikan kekuatan kepada anggota keluarga yang ditinggalkan. Suatu ketika Tuhan sendiri yang pasti akan memberikan penghiburan kepada mereka. Amin.  

  


  
Leave A Reply

Your email address will not be published.