Serial TV Mission Impossible dan Modus Korupsi di Indonesia

0 268

Catatan Gantyo Koespradono

MASIH ingat film serial televisi (pernah diputar di TVRI) Mission Impossible yang dibintangi Peter Graves?
Dalam film itu, Peter Graves berperan sebagai pemimpin beberapa agen rahasia yang tergabung dalam organisasi Impossible Mission Force (IMF).  Mereka dikirim ke berbagai misi untuk menumbangkan diktator dan organisasi kejahatan.
Pada awal film, selalu ada adegan Graves menerima pesan (biasanya berupa kaset rekaman) dari sang bos yang diletakkan di tempat-tempat tidak biasa, seperti di kotak surat, telepon umum, tempat sampah, dan sebagainya.
Setelah kaset rekaman diperoleh, Graves lalu memutar kaset tersebut. Isinya adalah tugas rahasia yang harus dilaksanakan. Di akhir rekaman, sang bos berpesan, pemimpin tertinggi di IMF tidak bertanggung jawab atas misi rahasia yang dilaksanakan Graves terbongkar. IMF juga tidak akan mengakui (menyangkal) bahwa Graves dan kawan-kawannya adalah anggota IMF. Setelah kaset diputar, kaset itu lalu terbakar.
Tampaknya modus operandi seperti itu yang dilakukan para koruptor di Tanah Air, berikut antek-anteknya (petinggi partai dan petinggi pemerintahan). Mereka tidak pernah mengakui bahwa mereka telah dan akan menikmati uang haram.
Tidak percaya? Coba saja amati kasus kongkalikong daging impor yang melibatkan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) – jauh sebelumnya Majalah Tempo pernah menurunkan laporan utama dengan tajuk “Daging Berjanggut” – dan ujung-ujungnya melibatkan Luthfi Hasan Ishaq, sang ketua umum/presiden partai.
Meskipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Luthfi sebagai tersangka kasus tersebut, yang bersangkutan – juga kroni-kroninya – berkelit.
Sebagaimana diberitakan, nama Luthfi muncul, setelah KPK mencokok Ahmad Fathanah  di hotel bintang lima di Jakarta, Selasa (29 Januari 2013). Ahmad Fathanah membawa uang sogok Rp 1 miliar untuk Lutfhi yang disebut-sebut bersumber dari Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi (keduanya importir daging sapi yang barnaung di PT Indoguna Utama).

Bak misi rahasia seperti yang dilakukan Peter Graves dalam Mission Impossible,  Ketua Fraksi PKS DPR Hidayat Nurwahid mengaku baru mendengar nama Ahmad Fathanah. Memanfaatkan pers, ia pun buru-buru menegaskan bahwa Fathanah yang diciduk KPK bukan kader PKS. Dia juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan Luthfi adalah urusan pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan PKS. Hal yang sama juga disampaikan Sekjen PKS Anis Matta. “Itu urusan pribadi Luthfi,” tegasnya.
Nah, ini yang selalu diungkapkan petinggi partai jika anak buahnya ketahuan menjadi “tikus”. Hidayat Nurwahid berkata: “Kami akan tetap survive untuk memberantas korupsi.”
Mengapa Luthfi bermain-main di wilayah itu (perdagingan)? Harap maklum, sebab Menteri Pertanian (Mentan) Suswono adalah kader PKS. Dia mengaku merasa aneh dengan munculnya dugaan suap berkaitan dengan impor daging yang melibatkan Luthfi. “Sekarang saya jadi agak aneh. Apa, ada apa ini, kok tiba-tiba ada muncul, seolah-olah kaitannya dengan impor daging,” kata Suswono seperti dikutip republika.com.
Sekali lagi, permainan silat lidah dan kelit berkelit sudah menjadi skenario baku dalam dunia perkorupsian di Indonesia. Meskipun jelas-jelas sudah terbukti, Angelina Sondakh tetap saja mengaku tidak kenal dengan Mindo Rosalina Manulang yang bernegoisasi dengannya soal komisi proyek wisma atlet SEA Games.  Kendati telah terbukti bahwa Angelina punya BlackBerry (BB), ia tetap saja menyangkal pernah ber-BBM dengan Rosalina.
Demikian pula ketika Miranda Goeltom terlibat kasus suap yang melibatkan anggota DPR. Di persidangan, perempuan berambut pirang buatan itu menyatakan tak kenal dengan  Nunun Nurbaeti, perempuan yang dititipi uang bergepok-gepok untuk menyuap para anggota DPR agar meluluskan Miranda menjadi deputi gubernur BI.
Saat Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat jadi pesakitan KPK dan diadili di pengadilan, orang-orang Partai Demokrat juga membantah dan mengaku tidak tahu menahu dengan sepak terjang Nazaruddin, padahal jelas-jelas laki-laki keturunan Arab ini dipakai Partai Demokrat untuk menyiapkan kas partai agar terus terisi. Ketika Nazaruddin menyebut nama sang ketua umum Anas Urbaningrum, mantan ketua umum HMI ini juga menyatakan tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan sohibnya itu.
Modus operandi ala Mission Impossible juga dilakukan saat kasus proyek Hambalang terbongkar. Di persidangan, Menteri Pemuda dan Olahraga (ketika itu) Andi Mallarangeng mengaku tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan sekretarisnya, Wafid Muharram, yang menggelumbungkan nilai proyek tersebut. Beruntung Andi masih tahu diri dan mengatakan ”tidak mengenal” Wafid. Beruntung pula, KPK tidak menyerah, dan akhirnya menjadikan Andi Mallarangeng sebagai tersangka, lalu mengundurkan diri sebagai Menpora.
Hari Kamis (31 Januari 2013) sore, setelah diperiksa KPK, Luthfi Hasan Ishaq menyatakan mengundurkan diri. Kita perlu memberikan apresiasi kepada laki-laki berkumis dan berjanggut ini.
Persoalannya, apakah dia bermain seorang diri? Tidak adakah korupsi berjamaah dalam kasus daging impor tersebut?
Sayang memang, Luthfi bukan Peter Graves yang selalu mulus dalam menjalankan misinya. Luthfi ketahuan belangnya, sedangkan pelindungnya atau orang yang memerintahnya untuk sementara ini,  bak Pontius Pilatus, bisa cuci tangan.
Peter Graves telah meninggal dunia pada usia 83 tahun di Los Angeles beberapa tahun lalu. Kalau saja dia masih hidup dan melihat episode demi episode korupsi di Indonesia, mungkin dia akan berkata: ”Kok, mirip ya dengan film serial Mission Impossible yang saya bintangi.”
Leave A Reply

Your email address will not be published.