Catatan Gantyo

Caleg Erman Anom Bertekad Pecahkan Rekor MURI Kampanye ‘Pahe’

0 231


TAHUKAH Anda, berapa dana  yang harus disiapkan calon anggota legislatif (caleg) untuk biaya kampanye menyambut Pemilu 2014?

Benar. Seorang caleg harus menyiapkan uang minimal Rp 1 miliar. Koran Tempo, edisi Senin 22 April 2013 bahkan memberitakan, seorang caleg paling tidak harus menyiapkan kocek Rp 6 miliar jika ingin sukses berkampanye guna menjaring suara.
Jumlah itu, besar kemungkinan membengkak, sebab masih menurut Koran Tempo (Selasa 23 April 2013), partai politik (parpol) tempat para caleg bernaung berencana menaikkan uang setoran jika caleg yang bersangkutan terpilih menjadi anggota DPR.
Prof Dr Erman Anom
Tapi, berapa pun besar dana kampanye yang diperkirakan banyak orang, tak membuat galau Prof Dr Erman Anom, caleg asal Partai NasDem. Pasalnya, caleg yang ditempatkan di Daerah Pemilihan (Dapil) III Provinsi Banten ini telah menyiapkan strategi kampanye tatap muka (silaturahmi) yang disebutnya “bisa menghemat biaya.”
Anom – begitu dia biasa dipanggil – bahkan berniat memecahkan rekor MURI sebagai caleg yang paling irit mengeluarkan biaya namun terpilih menjadi anggota DPR.
Dia beruntung, Partai NasDem mencalonkannya sebagai anggota legislatif di Banten, meskipun namanya tercantum di urutan nomor 9, padahal dosen komunikasi di Universitas Esa Unggul ini sebelumnya aktif di Partai Demokrat sebagai penasihat Ketua DPRD Kabupaten Tangerang bidang Komunikasi Politik dan Hubungan Antarlembaga. Sang ketua DPRD kebetulan berasal dari Partai Demokrat. ”Sebenarnya saya duduk di situ bukan karena saya kader partai, tapi sebagai profesional,” kata Anom.
Apa keahlian Anom? Melihat latar belakangnya, dia adalah pakar komunikasi. Bidang yang selama ini ditekuni adalah media massa. Sebelum aktif mengajar dan bergelar profesor doktor di bidang komunikasi, Anom pernah menjadi wartawan di harian Atjeh Post pada 1989-1990.
Setelah memutuskan tidak lagi berkarier di dunia pers, Anom terjun ke dunia pendidikan hingga sekarang. Sejak tahun 1990-1993, ia menjadi staf pengajar di PTDII Jakarta. Seelah itu (1993-1995) Anom dipercaya sebagai Public Relations Officer Universitas Esa Unggul, Jakarta. Di kampus ini pada 1996-1999, ia menjabat Kabag Kemahasiswaan, lalu dipercaya sebagai Plt Purek III Bidang Kemahasiswaan (1996-1997).
Anom sangat peduli mencerdaskan anak-anak bangsa, khususnya di dunia komunikasi. Pada 1999-2000, dia dan kawan-kawan di Universitas Esa Unggul membuat Program Studi Ilmu Komunikasi DIII/S1 dan menyusun kurikulum Public Relations, Advertising, Broadcasting TV&Radio dan menjadi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi. Pada 2001-2004 dia dipercaya lagi sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Lalu pada 2006 membuat program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi dan menyusun kurikulum Magister Ilmu Komunikasi.
Tak cuma itu, sejak 2002 sampai sekarang, Anom adalah Vice Chaiman Institute for Social Enpowerment and Democracy (INSED), dengan tugas khusus sebagai advokasi hak asasi manusia dan kesadaran berdemokrasi.
Pada 2006 sampai sekarang, Anom pun mengajar Manajemen Sektor Publik Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Manajemen Komunikasi Pemasaran Pascasarjana STIE Bisnis Indonesia, Komunikasi Politik dan Opini Public Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Muhamadiyah Jakarta; Multikulturalisme dan Media, Marketing Politik, Sosiologi Media Komunikasi Pascasarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana.
Anom rupanya juga peduli kepada tempat kelahirannya, Aceh.  Ia lahir pada 24 September 1963 di Mns. Keutapang, Aceh Utara. Sejak 2007 sampai sekarang, ia masih aktif  di Lembaga Studi Media dan Komunikasi Aceh. Sebagai anggota dewan pendiri di lembaga ini, Anom mendapatkan tugas khusus  memantau media dan informasi publik. Di luar itu, sejak 2008-sekarang, ia konsultan di Perum Lembaga Kantor Berita Antara, dengan rincian tugas memberi advis dan kajian membagun Sekolah Tinggi Jurnalistik Antara.
Sebagai ilmuwan bidang komunikasi, sejumlah karya ilmiah sudah ditulisnya di dalam jurnal-jurnal ilmiah, begitu juga dengan penelitian. Sarjana (S1) komunikasi diperoleh Anom di Universitas Medan Area, Sumatera Utara (1989), S-2 (magister manajemen) ditempuh di  Universitas Esa Unggul (waktu itu masih bernama Universitas Indonusa) pada 1998, sedangkan doktornya diperoleh di Universiti Kebangsaan Malaysia,  Bangi, Kuala Lumpur pada 2006. Tesisnya berjudul: “Policy and Press System  In Soeharto’s Leadership Era 1966-1998.”
Sebagai ilmuwan dan pakar komunikasi, tentu Anom ingin memberi warna baru agar DPR kelak menjadi lembaga yang benar-benar kredibel dalam melaksanakan amanah rakyat, bukan seperti DPR sekarang yang dicap sebagai lembaga makelar proyek.
Dia memilih Partai NasDem sebagai kendaraan politiknya untuk menuju Senayan, sebab NasDem adalah satu-satunya partai alternatif yang belum (mudah-mudahan “tidak” untuk selamanya) terkooptasi dengan kekuasaan yang cenderung koruptif. Anom memilih Partai NasDem, sebab “inilah satu-satunya partai yang mengusung dan punya visi membawa perubahan lewat aksi yang terencana, yaitu melakukan restorasi Indonesia,” katanya.
Lalu apa kiatnya melakukan kampanye dengan cara “pahe” (paket hemat)? “Pertahankan basis dukungan. Konsisten dalam kampanye yang dilakukan. Utamakan jaringan dan relasi,” kata Anom. Selain itu, menurut dia,  seorang caleg harus menguasai ilmu public speaking dan fokus pada calon yang paling mudah direbut.”
Beruntung Anom menjadi caleg Partai NasDem, sebab partai yang dipimpin Surya Paloh itu berencana membantu dana bagi para calegnya. Menurut Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai NasDem Ferry Mursidan Baldan, Partai NasDem mengalokasikan anggaran Rp 5-10 miliar untuk calegnya di satu daerah pemilihan.
Namun, Anom menyatakan tak terlalu berharap pada partai untuk merebut simpati publik. Dia malah mengatakan, “jangan hamburkan uang donor kampanye partai.” Yang penting, tegasnya, kita harus membangun relasi sebaik mungkin dengan calon pemilih. “Jangan coba-coba menyebarkan informasi palsu kepada publik.”
Agar semangat “pahe” ala Anom terealisasi, dia sudah menyiapkan sejumlah strategi. Selain bertatap muka langsung ke masyarakat dan membagi kartu nama, “saya juga akan memperjuangkan pembentukan Dewan Peningkatan Sumber Daya Manusia,” katanya.
Konkretnya seperti apa? Untuk merealisasikannya, menurut Anom, kelak setelah terpilih menjadi anggota DPR, dia – tentu melalui fraksinya – berjuang membuat payung hukum soal itu. Lembaga itu nantinya melibatkan pemda untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak tidak mampu hingga kuliah. “Strategi dan restorasi pendidikan seperi  inilah yang akan saya lakukan dan jelaskan kepada konstituen saya di Dapil Banten III,” tegasnya.
Kita lihat nanti, apakah Anom yang sederhana itu, benar-benar mampu melakukan kampanye dengan biaya “pahe”, lalu terpilih menjadi anggota DPR dan akhirnya memecahkan rekor MURI sebagai caleg yang paling irit mengeluarkan biaya kampanye.[]

Leave A Reply

Your email address will not be published.