Rekonsiliasi Kebangkitan Kristus dan Daniel Mananta
SEBENTAR lagi kita (umat kristiani) memasuki masa Paska. Momentum ini mengingatkan kita tentang kemuliaan Kristus bagi dunia. Bagi kita. Supaya dunia yang binasa mendapatkan keselamatan.
Persoalannya semudah itukah kita mendapatkan anugerah keselamatan dari-Nya? Wow, ternyata tidak!
Keselamatan itu bahkan dengan sengaja kita perlakukan “emang gue pikirin”. Kita yang dari sononya sudah berdosa, jangankan peduli dengan keselamatan, anugerah Allah itu dengan sengaja malah kita tolak, padahal Allah memberikan keselamatan itu secara gratis, bahkan dengan nyawa anaknya, Yesus.
Upaya Allah untuk mendekatkan diri-Nya dengan manusia ternyata –menurut istilah kita — ibarat tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dilatarbelakangi antara lain fakta-fakta seperti itulah, Lembaga Pembinaan dan Pengaderan (LPP) Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah dalam Masa Paska 2023 menetapkan tema Kebangkitan Kristus Menggerakkan Rekonsiliasi dan Persatuan yang diilhami dari Yohones 20:8 dan Kolose 3:4.
Persoalannya, lagi-lagi, mudahkah kita mempraktikkan kebangkitan Kristus sebagai upaya untuk menggerakkan rekonsiliasi dan menghadirkan persatuan?
Jangan-jangan jawabannya akan seragam namun beragam seperti ini: “mbelgedez”, “nggak gampang ferguzo”, “emangnya lo nabi”, “bah, apa pula kau.”
Repot memang ketika kita berada di era keterbukaan seiring dengan merebaknya berbagai platform media sosial, tanpa kita sadari, kita sudah terbiasa dengan “dosa” yang wujudnya bisa berupa: benci, dendam, curiga, iri, sumpah serapah, sulit memaafkan, menghina, membully, ogah ngalah (egois), berbohong, menyebarluaskan hoaks dan masih banyak lagi.
Belajar dari Daniel Mananta
Saya coba memberikan contoh konkret. Anda pasti kenal Daniel Mananta bukan? Setahu saya dia seorang Kristen meskipun menurut beberapa orang (antara lain Ade Armando), Daniel masih mencari-cari agama apa yang akan dianut.
Lewat podcast-nya “Daniel Tetangga Kamu”, mantan pemandu Indonesia Idol itu berusaha objektif membuat tayangan di YouTube dengan mewawancarai para tokoh publik terkait dengan pengalaman spiritualnya.
Yang menarik, Daniel tidak saja menghadirkan tokoh yang memiliki latar belakang ktistiani, tetapi juga mereka yang bukan Kristen untuk memberikan kesaksian.
Beberapa bulan lalu Daniel menghadirkan Ustadz Abdul Somad sebagai narasumber yang setelah tertayang di YouTube memunculkan kontroversi. Beberapa pekan lalu giliran Daniel mengundang Felix Siauw untuk memberikan kesaksian imannya sebagai seorang muslim.
Apa yang terjadi setelah dua orang itu diwawancarai Daniel Mananta? Banyak orang, termasuk orang Kristen membully Daniel, menyudutkannya, bahkan membencinya dan menyayangkan mengapa Daniel menghadirkan dua ustadz tersebut.
Banyak orang Kristen yang tiba-tiba merasa menjadi orang “pandai” dan “bijak” lalu menggurui Daniel. Ujung-ujungnya mereka tidak rela Daniel berusaha menjadi “jembatan” persaudaraan kemanusiaan dengan mereka yang berbeda agama, bahkan pernah “melukai” kita.
Saya sendiri mengapresiasi Daniel yang berani mewujudkan misinya membangun jembatan (silakan baca: rekonsiliasi) dengan saudara-saudaranya yang berbeda iman demi persatuan dalam kebinekaan.
Tapi, sayangnya egoisme sektoral lebih mendominasi sebagian umat beragama di negeri ini. Bukan tidak mungkin kita juga. Setelah Daniel mengundang Somad dan Felix, saudara-saudara kita di sana bahkan berdoa agar Daniel segera dapat hidayah meninggalkan Kristus. Lucu juga sih saya mendengarnya.
Ternyata Daniel tetap konsisten dan tegar dalam melaksanakan misinya menjadi “jembatan” rekonsiliasi untuk persatuan. Ia kembali mengundang “anak-anak” Tuhan untuk memberikan kesaksian. Membagi pengalaman spiritual.
Hari Senin (30 Januari) malam saya melihat “Daniel Tetangga Kamu” mengundang Billy Lantang. Dia jemaat biasa sebuah gereja aliran Pentakosta. Namun karena kerap memberikan kesaksian, banyak orang yang tidak mengenalnya menganggap ia sebagai pendeta.
Kesaksiannya cukup menarik dan inspiratif. Seperti apa? Silakan saksikan di sini: https://www.youtube.com/watch?v=o1-lKtBrgbg
Kembali ke tema Masa Paska 2023, bersediakah atau maukah kita menjadikan kebangkitan Kristus sebagai medium untuk menggerakkan rekonsiliasi dan persatuan?
Relakah kita merubuhkan tembok-tembok raksasa dosa yang selama ini mengelilingi dan memenjarakan kita?
Selamat memasuki masa Paska. Tuhan memberkati kita.[]