Catatan Gantyo

Produk Editing Naskah Mahasiswa

0 720
MEMBERIKAN materi kuliah editing dan produksi isi media, suatu hari saya bertanya kepada para mahasiswa, “Apa yang Saudara ketahui tentang editing (menyunting)?”
Jawaban mereka benar semua. Ada yang menjawab bahwa editing adalah memperbaiki kalimat yang salah menjadi benar. Ada pula yang bilang, memotong atau membuang kata dan kalimat yang tidak perlu alias mubazir.
Ada beberapa mahasiswa memberikan jawaban senada bahwa editing adalah pekerjaan yang dilakukan awak redaksi di sebuah penerbitan untuk menjadikan sebuah naskah enak dibaca (komunikatif) dengan berpedoman kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Editing adalah memperindah kalimat yang sebelumnya ditulis tidak indah,” jawab mahasiswa yang lain. Dia menjawab seperti ini mungkin terpengaruh atau ingat dengan kata-kata saya pada kuliah sebelumnya – saya mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia  — bahwa sunting adalah hiasan (bunga dan sebagainya) yang dicocokkan di rambut atau di belakang telinga.
Berteori atau berkata-kata memang mudah. Namun, ketika para mahasiswa saya minta mempraktikkan apa yang mereka ketahui tentang penyuntingan, anak-anak muda itu menghadapi kendala.
Memeriksa hasil tugas kelompok mereka, saya berkesimpulan, tampaknya menyunting atau mengedit kalimat yang ditulis oleh teman mereka sendiri sebagai pekerjaan yang sulit.

Pada kuliah (pertemuan) pertama, saya minta para mahasiswa menulis naskah berita (feature) yang bersumber dari hasil wawancara saya dengan seorang mahasiswa yang punya hobi (kebiasaan) unik.

Setelah itu saya minta para mahasiswa mengedit naskah yang telah ditulis rekan mereka. Begitu saya koreksi, hasilnya (maaf) masih berantakan. Nilainya rata-rata masih D dan E. Pada kelas berikut, saya memberikan evaluasi secara tertulis dan lisan.
Dalam evaluasi tertulis, saya memberikan contoh kalimat-kalimat hasil editing para mahasiswa yang masih  keliru. Ini contohnya:
 
1. Melati menuturkan memelihara ular tidak sulit, hanya diberi makan 3-4 tikus seharga 50ribu untuk sebulannya, beda halnya dengan buaya yang harus makan seekor ayam setiap minggu.
 
2. Meskipun Yunita sulit tidur pada malam hari bukan berarti dia hanya guling – gulingan di kasur tapi juga membantu kedua orang tuanya mengepack koran karena pekerjaan kedua orang tuanya adalah agent koran.
Masih banyak contoh kalimat salah edit, jumlahnya bisa ratusan. Tetapi, saya hanya mengumpulkan 30 kalimat salah. Saya lalu memberikan tugas lagi kepada para mahasiswa untuk mengedit ulang ke-30 kalimat tersebut secara berkelompok.
Saya berharap dengan berkelompok, mereka dapat saling berinteraksi dan berdiskusi, belajar bersama. Hasilnya – setelah saya koreksi – ada peningkatan, meskipun belum sempurna 100 persen. Mengoreksi hasil editing kelompok, saya masih menemukan kalimat yang belum diedit secara baik dan benar. Ini contohnya (saya kutip sesuai dengan aslinya):
1. Memang jarang sekali terdengar binatang yang dikenal buas seperti reptil untuk dijadikan peliharaan rumah, sebab melihat dari kejauhan saja sudah ketakutan, berbeda dengan keluarga Melati yang justru tertantang untuk menjadikannya hobi.
(Catatan dosen: Kalimat di atas membingungkan pembaca. Tidak jelas pokok kalimat dan predikatnya. Ini contoh kalimat yang tidak sederhana, sehingga tidak komunikatif).
 
2. Hewan Ular juga menjadi hobi Melati Fajri.
(Catatan dosen: Haruskah menulis ular, huruf pertamanya menggunakan huruf besar? Apakah benar hewan ular adalah hobi Melati Fajri?)
 
3. Kesenangannya dalam bergadang ini dimulai pukul 21.00 sampai 04.00 pagi. Tidak banyak yang ia lakukan saat melakukan Hobby nya ia hanya bisa melakukan kegiatan bermain handphone untuk melihat media social yang ia punya. Seperti Path, Instargam, Whatsapp maupun account Facebook yang ia punya pun tak lupa untuk dibuka nya.
(Catatan dosen: Kalimat ini juga tidak komunikatif karena tim editor mengabaikan prinsip kesederhanaan dalam menggunakan bahasa jurnalistik. Tata cara menulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga dilanggar – contoh Hobby nya, dibuka nya).
 
4. Seorang wanita muda berusia 21 tahun memiliki kebiasaan unik, Pasalnya ia biasa bergadang. Hal tersebut menggandrungi dirinya sejak duduk di bangku SMP. Tidak ada latar belakang dari kebiasaan tersebut.
(Catatan dosen: Kalimat ini juga tidak jelas. Ada kalimat yang sama sekali tidak berhubungan dengan kalimat sebelumnya dan membingungkan, tapi tetap digunakan – lihat: Tidak ada latar belakang …..)
Ada banyak sebab mengapa mahasiswa masih gamang menulis dan mengedit. Satu di antaranya adalah mereka tidak terbiasa membaca dan terutama menulis. Selain itu mereka juga (mungkin) menganggap remeh bahasa Indonesia dan memandang mata pelajaran bahasa Indonesia (sewaktu di sekolah dasar atau menengah) sebagai sesuatu yang tidak penting.
Sulitkah membetulkan atau menyunting kalimat-kalimat di atas? Tentu tidak sulit apabila para mahasiswa mau “bersusah payah” sedikit saja bermain logika dan mengingat kembali pelajaran bahasa Indonesia yang pernah diajarkan guru mereka di sekolah, juga mata kuliah bahasa jurnalistik di kampus.
Sekadar contoh, kalimat yang penulisannya masih salah di atas, dapat disunting lagi seperti ini:
 
1.  Melati menuturkan memelihara ular tidak sulit, cukup diberi makan tiga sampai empat ekor tikus putih.  Setiap bulan Melati hanya mengeluarkan Rp 50.000 untuk membeli tikus putih. Menurut  Melati, biaya merawat ular jauh lebih murah daripada memelihara buaya. “Seekor buaya harus diberi makan seekor ayam setiap minggu,” katanya.
 
2. Meskipun sulit tidur, Yunita  tidak berdiam diri atau sekadar berguling-guling di kasur. Ia memanfaatkan waktu terjaganya dengan  membantu orang tuanya mengepak koran. Orang tuanya bekerja sebagai agen surat kabar.
 
3. Reptil memang jarang dijadikan hewan peliharaan di rumah. Maklum, lazimnya banyak orang yang takut dengan binatang seperti itu, tetapi tidak demikian dengan keluarga Melati. Memelihara ular justru dijadikan hobi.
 
4. Memelihara ular adalah hobi Melati Fajri.
 
5. Ia bergadang mulai pukul 21.00-04.00. Tidak banyak kegiatan yang ia kerjakan saat melakukan hobinya itu kecuali bermain handphone untuk melihat akun pribadinya di Path, Instagram, Whats App dan Facebook.
 
6. Perempuan 21 tahun ini punya kebiasaan unik. Setiap hari ia bergadang. Kebiasaan itu dimulai sejak ia masih bersekolah di SMP.  Ia tidak mengetahui apa yang menyebabkannya sulit tidur dan bergadang menjadi sebuah kebiasaan.
Halo para mahasiswa dan siapa pun Anda yang kebetulan membaca jurnal ini. Mari kita belajar berkomunikasi dengan tulisan menggunakan bahasa yang sederhana. Buat mahasiswa yang saya dampingi belajar editing, silakan terus berdiskusi. Banyaklah membaca dan kritisi kalimat-kalimat yang ditulis para wartawan yang termuat di portal-portal berita.[]

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.