Partai Nasionalis Religius dan Temu Kebangsaan

0 716

DIAKUI atau tidak, di tengah-tengah kita ada segelintir tokoh dan pihak yang secara terang-terangan atau terselubung ingin menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain berdasarkan agama.

Izinkan saya menyebut orang-orang itu dan kelompoknya sebagai perongrong negara dan pengkhianat Bhinneka Tunggal Ika.

Mereka sesungguhnya adalah para pengecut sebab tidak berani menunjukkan batang hidungnya kecuali membuat pernyataan-pernyataan terselubung sebagai dukungan bahwa “saatnya ideologi Pancasila kita ganti.”

Para perongrong negara itu terang-terangan memanfaatkan ormas (katanya) keagamaan untuk merealisasikan niat jahatnya. Kasus fitnah penistaan agama dikapitalisasi dengan menggelar seri demo bernomor cantik (banyak yang menyebut nomor togel) di Jakarta.

Aksi bom bunuh diri laknat yang pada Rabu (24 Mei) malam terjadi di Kampung Melayu, Jakarta, disambut dengan “sorak-sorak”. Saya lebay? Silakan baca komentar para netizen di media sosial. Ada yang bilang aksi bom bunuh diri pengantin yang berharap bisa bersanding dengan 72 bidadari itu adalah rekayasa atau konspirasi polisi.

Saya bisa pahami kalau Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyebut orang-orang seperti itu sedang sakit (tambahan dari saya “sakit jiwa”). Diwawancara Anindi dalam acara Prime Talk di Metro TV, Kamis malam (25/5), Surya Paloh sepertinya tidak habis pikir (gagal paham), dalam situasi seperti itu, masih ada orang yang tega-teganya melakukan provokasi.

Pikiran dan sikap intoleransi seperti itu, jelas sangat berbahaya bagi bangsa ini ke depan. Saya sependapat jika ada yang mengusulkan jejak digital orang-orang semacam itu dicatat dan jika dia seorang mahasiswa, dipertimbangkan untuk tidak diterima jika kelak sudah lulus dan ingin masuk menjadi pegawai negeri.

Ada baiknya perusahaan-perusahaan swasta mulai saat ini juga melakukan syarat dan ketentuan seperti itu saat akan menerima karyawan baru. Lihat jejak digital mereka. Di era medsos seperti sekarang, kita bisa dengan mudah melihat calon-calon teroris atau pedukung teroris.

Teroris ISIS kini sudah masuk ke Filipina dan terang-terangan menduduki kota di negeri tetangga itu. Jarak antara ujung Pulau Sulawesi dan Filipina hanya selemparan batu.

Diakui atau tidak, ada sementara kalangan di Indonesia yang menyambut dengan suka cita kehadiran ISIS di Filipina, sebab ada “kesamaan” ideologi yang dibawa ISIS.

Melihat gejala seperti itu, banyak di antara kita yang cinta negeri ini diam. Saat kaum intoleran dan para perongrong negara bergerak dan menyosialisasikan ideologinya, kita juga diam.

Sampai sedemikian jauh partai-partai pembawa “bendera” nasionalisme seolah tidak berdaya. Celakanya malah ada partai pengusung nasionalisme yang lupa daratan dan bergabung serta berempati pada gerakan-gerakan pembumihangusan ideologi Pancasila.

Beruntung, dalam situasi seperti itu Partai NasDem berani menjadi pelopor dan menyuarakan kebenaran demi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan konstitusi (menghormati hasil Pemilu 2014, termasuk Pemilu Presiden).

Partai ini, seperti ditegaskan oleh ketua umumnya, Surya Paloh, tetap akan konsisten mempertahankan ideologi Pancasila yang sila pertamanya adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Tidak berlebihan kalau Surya Paloh bebeapa hari lalu saat partai yang dipimpinnya mengadakan rapat koordinasi khusus (rakorsus) mengatakan bahwa NasDem adalah partai nasionalis religius.

NasDem tak ubahnya adalah miniatur Indonesia. Di dalamnya bergabung para profesional dari berbagai latar belakang suku, agama, sosial, budaya, dan lain-lain. Mereka berada di sana karena punya tujuan yang sama, yaitu menjaga keutuhan NKRI dan merawat kebinekaan yang terbukti telah mampu menjadikan Indonesia semakin indah.

Demi Indonesia yang lebih baik, partai ini konsisten dan konsekuen mendukung putra-putri bangsa yang memang layak menjadi pemimpin meskipun bukan kader NasDem. Partai ini pula yang pertama kali mendukung dan kemudian mencalonkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

NasDem sangat paham bahwa Ahok memiliki dobel minoritas. Namun, konsisten dengan paham kebangsaannya, NasDem tidak peduli dengan suara sumbang yang dilantunkan kaum intoleran. NasDem tetap mendukung dan mendampingi Ahok hingga titik darah penghabisan.

Jawa Barat punya putra terbaik, yaitu Ridwan Kamil. Meskipun bukan kader NasDem, partai ini memberi kesempatan dan mendukung Ridwan Kamil untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Barat. Seperti biasa, NasDem mendukung Ridwan tanpa syarat dan pastinya tanpa mahar. Bahkan Paloh mengatakan demi kepentingan bersama, Ridwan disarankan sebaiknya tidak masuk partai mana pun, termasuk NasDem.

Di saat para petinggi partai lain takut mendekati Ahok pasca-vonis dua tahun penjara, Surya Paloh berani membezuk Ahok di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.

Mengapa Paloh melakukan hal itu? Tidak ada alasan lain, sebab NasDem adalah partai nasionalis yang religius. Tuhan (ada dalam sila pertama Pancasila) mengajarkan umat-Nya untuk saling menyayangi, bukan membenci, apalagi membunuh seperti yang diteriakkan pasukan ormas yang katanya pembela agama itu.

Sebagai seorang nasionalis yang cinta akan negerinya, saya bisa pahami jika Surya Paloh gemas melihat kejadian-kejadian yang mengancam kebangsaan Indonesia akhir-akhir ini.

Peristiwa intoleransi yang ujung-ujungnya bakal menihilkan ideologi negara Pancasila itu, disebut Paloh, merupakan peringatan bahwa Indonesia harus diselamatkan.

Wawancara dengan Andini di Prime Talk Metro TV

Masalah itu dipertegas lagi oleh Surya Paloh di Metro TV tadi malam. “Ini persoalan yang sangat serius. Ini warning bagi kita semua sebagai suatu bangsa,” katanya.

Indonesia, seperti ditulis mediaindonesia.com, hidup dari suatu bangsa dengan otentik budaya yang menyangkut adat istiadat dan dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah, memiliki sopan santun, serta semangat gotong royong.

Namun, fakta di dalam kehidupan sosial sehari-hari, kebaikan tersebut kini menjadi sesuatu yang langka, baik di kota maupun di desa. Paloh mengatakan semua yang baik itu sudah sulit ditemukan. Rasa kepedulian di antara sesama masyarakat tidak ada lagi.

Para perongrong ideologi negara kini terus menanamkan pengaruhnya lewat berbagai aksi yang dilakukan terang-terangan lewat jalur pendidikan dan kegiatan-kegiatan keagamaan. Seruan halus dan kasar juga terus ditebarkan lewat media sosial dan grup-grup (sel).

Haruskah kita diam? Tidak. Presiden Jokowi melalui Paloh mengisyaratkan akan ada temu kebangsaan. Lewat acara ini, Presiden akan mempertemukan komponen masyarakat dari berbagai elemen untuk duduk bersama melihat keberadaan kita sebagai suatu bangsa.

Kapan? Paloh menyebut setelah Lebaran. Rasanya terlalu lama. Ada baiknya temu kebangsaan itu dilakukan di saat umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Kita berharap NasDem selaku partai nasionalis religius terus menginisiasi agar temu kebangsaan segera terealisasi. Terus terang, rakyat negeri ini sudah lelah sebab para perongrong negara terus memprovokasi bahwa ideologi Pancasila sudah usang.[]

Leave A Reply

Your email address will not be published.