Bocoran Soal UAS dan Mahasiswa Motivator Nomor Satu!

0 334
HALO para mahasiswa Universitas Esa Unggul peserta mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik (BIJ) dan jurnalistik & stylistik. Pekan depan, Anda akan mengikuti ujian akhir semester (UAS). Saya yakin Anda sudah siap.  Melalui catatan ini, saya coba membantu Anda dengan memberikan “bocoran” soal UAS kepada Anda, sehingga Anda bisa mulus mengerjakan soal ujian yang nanti saya berikan. Enak, kan? Karena itu bacalah catatan ini hingga selesai.


Namun,  sebelum saya memberikan bocoran  – populer dengan sebutan kisi-kisi soal ujian – izinkan saya men-share pesan yang dua pekan lalu masuk ke ponsel saya. Pesan itu berupa tebak-tebakan siapa motivator terkenal di Indonesia yang menempati posisi teratas (nomor satu)? Intinya, siapa sih motivator paling hebat di Indonesia? Persisnya pesan tersebut seperti ini:

“Inilah 10 Motivator  Terbaik di Indonesia:
2. Mario Teguh
3. Andre Wongso
4. Tung Desem Waringin
5. Bong Chandra
6. Krisnamurti
7. James Gwee
8. Gede Prama
9. Yansen HA Purukan
10.Christian Andrianto

Lho, kok nomor 1 (satu)  nggak ada? Oke…! Ini jawabannya. Motivator nomor 1 adalah diri Anda sendiri. Ya, motivator terbaik untuk kita adalah diri kita sendiri. Tak ada yang dapat mengubah hidup kita, selain diri kita sendiri.

Kita terlahir sebagai seorang pemenang. Dari jutaan sel sperma, kitalah yang terpilih untuk lahir ke dunia. Motivator mulai dari nomor 2 sampai 10 hanyalah pemacu semangat kita, karena walaupun kita mengikuti jutaan seminar motivasi, jika dalam diri kita belum ada niat untuk berubah sama saja dengan NOL. Anda dan saya, kita adalah juara.

Sering kita mendengar musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Itu benar. Kalahkan diri kita sendiri, baru kita bisa mencapai tangga yang lebih tinggi. Tinggi hati  mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Sekali lagi, motivator terbaik adalah diri kita sendiri.”
                                                                                    
                                                                            ***
Saya yakin Anda sependapat dengan pernyataan di atas. Sukses tidaknya Anda dalam studi,  lulus tidaknya  Anda dalam UAS, termasuk atas mata kuliah yang saya ajarkan kepada Anda – juga mata kuliah dari dosen lain –, terpulang kepada Anda, bukan bergantung pada penilaian dosen. Dosen memberikan nilai berdasarkan apa yang Anda kerjakan, bukan mengacu kepada apa yang dosen mau.

Acuan dosen dalam memberikan nilai adalah teori dan pengetahuan yang sudah disampaikan berkali-kali kepada para mahasiswa di depan kelas, juga berdasarkan buku yang dibaca dan (mungkin) ditulis sang dosen dan wajib dibaca mahasiswa.

Dalam kasus bahasa Indonesia jurnalistik misalnya. Saya – juga dosen lain – tentu akan memberikan nilai 0 (nol) atau paling besar 10 jika Anda menulis kalimat seperti ini: “Reruntuhan pesawat Air Asia itu berhasil ditemukan tim Basarnas.”

Contoh kalimat di atas jelas salah, sebab sangat tidak logis (berlogika). Pernahkah reruntuhan pesawat bercita-cita berhasil ditemukan tim Basarnas? Pun demikian saya akan memberikan nilai serupa jika Anda menulis kalimat seperti ini: “Buronan itu berhasil ditangkap polisi.” Alasannya sama, pernahkah seorang buron bercita-cita (dan akhirnya berhasil) ditangkap polisi? Tidak logis bukan?

Saya akan memberikan nilai 100 jika Anda menulis  dua kalimat salah di atas menjadi seperti ini:

1. Tim Basarnas berhasil menemukan reruntuhan pesawat Air Asia.
2. Polisi berhasil menangkap buronan itu.


Karena saya mengajar bahasa Indonesia jurnalistik, maka acuan saya menilai UAS Anda adalah bahasa jurnalistik yang memiliki sifat dan karakter antara lain sederhana, singkat, jelas dan padat. Saya tentu akan memberikan nilai 10 kepada Anda, jika Anda masih menulis kalimat-kalimat seperti ini:

1. Telah terjadi kejadian alam berupa gunung meletus pada hari Selasa 20 Januari 2015 di propinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Magelang yang telah menewaskan 100 orang penduduk setempat.

2. Presiden Indonesia ke-7 Bapak Joko Widodo atau Jokowi kemarin di istana negara akhirnya memilih dan menetapkan Budi Gunawan sebagai kapolri untuk menggantikan kapolri yang lama yaitu Bapak Sutarman.

Dua kalimat contoh di atas tidak menggunakan bahasa jurnalistik. Saya percaya Anda bisa mengubah atau menyempurnakan dua kalimat yang semula bernilai 10 itu menjadi 100. Ingatlah latihan-latihan dan tugas-tugas yang diberikan dosen. Ingatlah apa yang sering disampaikan dosen di depan kelas.

Jangan bingung, jangan pula panik. Dalam UAS nanti, saya hanya memberikan dua soal. Soal pertama (ini benar-benar bocoran) adalah buku bahasa Indonesia atau buku bahasa jurnalistik apa yang Saudara baca? Sebutkan judul, penulis dan penerbitnya, lalu manfaat apa yang Saudara peroleh setelah membaca  buku tersebut?

Mengacu kepada soal di atas, saya minta kepada Saudara agar membaca satu saja buku yang mengulas tentang bahasa Indonesia dan bahasa jurnalistik. Saya memberikan kebebasan kepada Saudara untuk memilih buku-buku tersebut, terserah judulnya apa, penulisnya siapa, tidak harus membaca buku digital yang saya tulis Merekayasa Fakta Menjadi Berita  di aplikasi Wayangforce (Android).

Saya dan pastinya Anda tentu berkepentingan agar Anda lulus mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik. Oleh sebab itu segeralah Anda membaca buku jurnalistik yang saya anjurkan. Dengan begitu, Anda dapat menjawab soal (pertanyaan) nomor dua. Seperti pada UTS dua bulan lalu, di nomor dua, saya minta kepada Anda untuk menulis berita/cerita yang bersumber dari fakta yang Saudara lihat dari gambar atau tabel/data.

Benar, di nomor ini, Anda wajib hukumnya untuk mempraktikkan bahasa Indonesia jurnalistik yang  baik  dan  benar. Saya percaya jika Anda konsisten dan konsekuen membaca buku yang saya anjurkan, Anda tidak akan menemui kesulitan saat menjawab pertanyaan nomor dua.

Maaf, saya bukan motivator layaknya Mario Teguh atau Andrie Wongso. Kalau pun saya mematut-matutkan diri sebagai motivator, saya tetap tidak bisa menandingi kehebatan Anda, sebab sesungguhnya Andalah sang motivator paling hebat untuk kesuksesan diri Anda. Motivasilah diri Anda sendiri agar Anda lulus mata kuliah yang mengasyikkan ini.

Jurnalistik-Stylistik

Lalu bagaimana dengan mata kuliah jurnalistik-stylistik? Karena ruang lingkup mata kuliah ini berhubungan dengan produk jurnalistik, maka Anda para mahasiswa juga wajib mematuhi bahasa Indonesia jurnalistik. Bedanya, Anda harus lebih lentur atau luwes menggunakannya, karena di dalamnya ada gaya.

Seperti pada UTS, saya akan memberikan dua soal. Namun, Anda cukup menjawab satu soal. Saya memberikan kebebasan kepada Anda untuk memilih soal yang menurut Anda paling mudah. Satu soal tentang sesuatu yang pasti Saudara ketahui dan saya minta Anda menulisnya menggunakan stylistik, dan soal kedua menafsirkan gambar atau data.

Berkali-kali dosen meminta kepada Anda agar sering membaca media cetak, seperti Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo dan Majalah Tempo. Bahasa jurnalistik yang digunakan media massa itu penuh warna (berstylistik). Saya juga minta kepada Anda agar belajar  diksi (ilmu memilih kata). Jika Anda patuh pada apa yang dosen minta, maka mudah bagi Anda untuk lulus mata kuliah ini.

                                                                                   ****

Tabiat Lulus

Lebih dari 25 tahun saya mengajar sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi. Yang saya ajarkan adalah ilmu praktika.  Melalui catatan ini saya coba ungkap rahasia yang sebenarnya bukan rahasia. Berdasarkan pengamatan saya selama itu, saya simpulkan bahwa mahasiswa yang selama ini begitu gampang lulus mata kuliah saya – bahkan dengan nilai yang nyaris sempurna – adalah mereka yang mempunyai kebiasaan seperti berikut ini:

1.      Datang tepat waktu.
2.      Berdisiplin (tingkat kehadiran di kelas di atas 90 persen).
3.      Peduli dengan apa yang dikatakan dosen.
4.      Tertib mengerjakan semua tugas.
5.      Duduk di barisan depan saat kuliah.
6.      Proaktif saat diskusi kelompok.
7.      Rendah hati (tidak merasa dirinya pandai).
8.      Banyak membaca dan terbiasa menulis (punya blog).
9.      Terus mencoba meskipun berkali-kali gagal.

Terserah, Anda boleh percaya boleh tidak. Apa yang saya ungkapkan di atas juga dirasakan dosen lain. Silakan renungkan. Jika Anda merasa belum masuk dalam kriteria/sinyalemen saya di atas, masih ada waktu bagi Anda untuk memperbaiki diri.

Ingat, Anda motivator paling hebat dan berada di puncak paling atas alias nomor satu. Penyukses Anda adalah Anda, bukan teman, apalagi dosen. Buktikan![]
Leave A Reply

Your email address will not be published.