Lite is Beautiful: Potensi dan Manusia Unik
“Padahal dunia akan menjadi jauh lebih indah bila kita menerima diri kita apa adanya. Mari kita menjelajahi semua keunikan yang ada pada diri kita dan memanfaatkannya untuk kepentingan orang lain. Sesungguhnya Tuhan menciptakan diri kita agar kita bisa membahagiakan orang lain,” kata Arvan Pradiansyah dalam acara Lite is Beautiful di Radio Ramako, Jumat (12 Desember).
Mendengar apa yang dikatakan Arvan, saya jadi ingat masa kecil dulu. Ketika orang tua saya memarahi saya karena kenakalan saya, saya menyesal dan berpikir mengapa tidak jadi anak orang lain saja yang tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya.
Begitu pula saya tidak habis pikir mengapa orang tua memberi nama saya Gantyo Koespradono. Nama pemberian orang tua ini saya anggap jelek, nggak ngepop, ndeso. Saya pernah minta orang tua agar mengganti nama “Gantyo” menjadi “Teguh.” Saya menganggap nama “Teguh” lebih ngepop, keren dan gagah.
Belakangan baru saya ketahui nama pemberian orang tua itu ternyata membawa hikmah luar biasa buat saya, karena nama “Gantyo” sangat unik dan gampang dilacak oleh mesin pencari Google. Coba Anda ketik “gantyo” di mesin pencari Google, informasi yang muncul pasti tentang saya. Dari sini saya lebih mudah mencari popularitas. Bayangkan, di dunia ini banyak orang yang ingin cepat populer dan terkenal atau dikenal publik, tapi amat sulit mendapatkannya.
Hobi menulis yang ada pada saya sangat didukung oleh nama “Gantyo”. Orang tua saya rupanya sudah punya visi jauh ke depan seperti apa anaknya kelak di kemudian hari. Saya benar-benar bersyukur dan berterimakasih kepada kedua orang tua saya.
Fakta tidak bisa dimungkiri, banyak di antara kita yang seolah-olah ditakdirkan sebagai manusia penyesal. Menyesal karena tidak lebih beruntung daripada orang lain. Menyesal karena tidak lebih pandai daripada orang lain. Menyesal karena tidak lebih sukses daripada orang lain. Menyesal karena kita tidak lebih ganteng/cantik daripada orang lain.
Arvan Pradiansyah mengingatkan, kita harus bersyukur, sebab Tuhan menciptakan kita berbeda-beda. Perbedaan itulah yang membuat diri kita unik.
Agar bermanfaat dan bisa membahagiakan orang lain, keunikan ini, kata Arvan Pradiansyah harus kita sukai. Bukan cuma itu, keunikan tersebut harus kita manfaatkan dan eksplor. “Jangan sampai hingga kita meninggal, kita tidak menemukan potensi apa pun yang diberikan Tuhan kepada kita,” katanya.
Arvan Pradiansyah menunjuk Mandra dan Tukul Arwana yang terbukti telah mengeksplor keunikan yang mereka miliki. Keduanya sangat menyadari punya kekurangan dalam soal fisik (wajah yang tidak tampan). Namun keduanya memanfaatkan keunikan yang Tuhan berikan kepada mereka untuk menyenangkan orang lain dan mendapatkan rezeki.
Yang mengherankan, menurut Arvan Pradiansyah, dalam dunia bisnis, banyak perusahaan yang ingin sama dengan perusahaan kompetitornya. Padahal salah satu konsep yang sangat penting dalam bisnis adalah diferensiasi. “Kita akan berhasil bila kita mempunyai keunikan yang membedakan kita dari para pesaing,” ujarnya.
Kalau memang kondisinya seperti itu, haramkah kita mencontoh kesuksesan orang lain? Tentu saja tidak. Sepanjang itu dilakukan untuk memotivasi, kata Arvan Pradiansyah, boleh-boleh saja. “Yang penting jangan sampai melakukan copy-paste,” katanya.
Oleh sebab itu, apabila Anda punya perbedaan dan keunikan, bersyukurlah, sebab Tuhan memang membuat skenario seperti itu buat Anda. Persoalannya sekarang, bagaimana Anda mengelola keunikan pemberian Tuhan itu.***