BERAKHIRKAH KICK ANDY?

0 267
DIPANDU Lia Achmadi sebagai host, saya dan Andy Noya berkesempatan untuk membahas buku ‘Kick Andy-Kumpulan Kisah Inspiratif’ dalam acara talk show Proresensi di RRI Pro2FM Jakarta, Minggu (6 April 2008) pukul 16.00-17.00 WIB. Thank’s God. Para pendengar memberikan apresiasi yang tinggi terhadap buku yang saya tulis, juga acara Kick Andy di Metro TV yang menjadi inspirasi buku tersebut.

Arvan Pradiansyah, seorang motivator yang biasa mengisi program Friday Spirit di Radio Ramako, rupanya juga mendengar acara di Pro2FM. Lewat SMS dia berkomentar: “Saya yakin penulis buku Kick Andy menulis buku tersebut dengan hati.” Arvan mengidentikkan dengan semboyan “menonton dengan hati”-nya Kick Andy yang disiarkan setiap Kamis pukul 22.00 di Metro TV. Terimkasih Mas Arvan.

Yang menarik dari acara resensi buku di Pro2FM itu, Lia sempat menanyakan kepada Andy Noya tentang berbagai hal, tidak saja menyangkut buku tersebut, tapi juga kelangsungan program Kick Andy yang digemari banyak pemirsa televisi Indonesia itu. Maklum setelah Kick Andy merayakan hari jadinya yang kedua — ditandai dengan peluncuran buku yang saya tulis oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla Kamis 20 Maret 2008 — berembus kabar Andy Noya bakal mengundurkan diri dari Metro TV.

Pada saat itu berita yang tersiar di luar beraneka macam. Sejumlah SMS masuk ke ponsel saya menanyakan kebenaran kabar tersebut. Ada yang menebarkan isu Andy Noya dipecat Surya Paloh karena terlibat sebuah kasus. Mendengar isu itu, saya cuma bisa tersenyum, “aya-aya wae.”

Menjawab pertanyaan Lia, Andy Noya menegaskan, benar bahwa per 1 Juni 2008 dia tidak lagi secara formal sebagai pemimpin redaksi Metro TV. “Saya akan usaha kecil-kecilan bersama teman-teman,” kata Andy tanpa menyebutkan bentuk usaha kecil-kecilan yang dirintisnya. Kepada saya dalam sebuah kesempatan, Andy mengungkapkan, usaha kecil-kecilan yang dimaksud bergerak di bidang media. Persisnya apa, tunggu saja.

Lalu berakhirkah Kick Andy yang belakangan sedang naik daun itu? Tidak! Andy Noya dengan gaya khasnya itu tetap akan hadir di Metro TV membawakan acara Kick Andy. Menurut Andy, itu merupakan komitmen dirinya dengan bos Metro TV Surya Paloh bahwa Kick Andy harus tetap hadir mengunjungi penonton televisi Indonesia. Alasan Surya Paloh, Kick Andy dan juga Andy Noya bukan lagi milik Metro TV, tapi milik publik.

Didasarkan atas kenyataan itu pulalah, Andy Noya berkomitmen akan terus memandu Kick Andy. “Saya sadar, dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri, saya tidak mungkin membantu orang lain. Tapi dengan Kick Andy, banyak orang tidak mampu bisa kami bantu. Oleh sebab itulah Kick Andy jalan terus meskipun secara formal saya tidak lagi di Metro TV,” tegas Andy Noya.

Menjawab pertanyaan Lia, Andy Noya mengungkapkan tidak menyangka acara Kick Andy bisa demikian populer seperti sekarang. “Waktu itu saya berpikir siapa yang mau nonton acara yang dipandu orang jelek seperti saya, Sudah jelek, kribo lagi. Jujur saja ketika Surya Paloh meminta saya menjadi host acara tersebut, saya tidak mau diatur-atur harus tampil manis di depan kamera. Karena dari sononya sudah jelek, saya minta diizinkan tampil sebagaimana adanya,” katanya.

Andy mengakui, setelah dirinya menjadi milik publik, privacy-nya amat terganggu. “Saya tidak lagi leluasa pergi ke mana-mana bersama keluarga, karena semua orang tahu siapa saya. Niat dalam hati sih saya maunya segera saja akhiri Kick Andy,” katanya. Namun, ya itu tadi, karena Kick Andy telah membawa efek positif bagi masyarakat, “Saya akan tetap berada di Kick Andy,” katanya. “Memangnya kamu itu siapa. Kamu sekarang bukan milikmu sendiri. Kamu itu milik publik. Kamu harus jaga komitmen itu,” kata Andy Noya mengutip Surya Paloh yang mempertahankan agar Kick Andy jangan bubar sepeninggal Andy dari Metro TV.

Bagaimana dengan buku-buku berikutnya? Dalam soal ini, saya dan Andy Noya juga telah berkomitmen untuk mendokumentasikan acara Kick Andy dalam sebuah buku, namun dengan kemasan isi yang lebih bernilai edukasi, sehingga bisa memberikan inspirasi dan motivasi kepada siapa pun. Benar, siaran televisi memang menguasai ruang, karena acaranya bisa ditonton dari mana pun, tapi dia tidak menguasai waktu. Dengan buku, sebuah episode acara televisi bisa dinikmati dan dicerna anak cucu, karena dia menguasai waktu.

Gantyo Koespradono

Leave A Reply

Your email address will not be published.