WRITENOW| ARVAN PRADIANSYAH| TUHAN DAN| DNA
WRITENOW (Minggu, 28 September 2008): Apa yang selalu diingat manusia di saat dia merasakan ada sesuatu yang kurang? Lazimnya, manusia hampir selalu mengingat sesuatu yang tidak dimilikinya. Inilah benang merah pendapat yang diungkapkan motivator Arvan Pradiansyah dalam acara Lite is Beautiful di Radio Lite FM Jakarta, Jumat (26 September 2008). Tuhan ibarat DNA yang ada dalam diri manusia.
Konkretnya, apabila kita ingin kaya, maka yang kita ingat hanya uang dan harta benda. Wujudnya bisa berupa rumah megah, mobil mewah atau uang berlimpah. Jika kita ingin hidup tenang atau bahagia, yang kita ingat, sangat mungkin wujudnya adalah pasangan hidup yang tampan atau cantik yang belum tentu kita bisa mendapatkannya.
Hampir sebagian besar di antara kita, menurut Arvan Pradiansyah, tidak pernah memahami bahwa manusia memiliki kekayaan yang sangat luar biasa, yaitu Tuhan. Tapi, ya itu tadi, “kita tidak pernah menyadarinya,” ujar Arvan Pradiansyah.
Padahal, masih menurut Arvan Pradiansyah, Tuhan selalu siaga 24 jam memenuhi apa pun yang manusia minta. Ibarat radio, Tuhan siaran 24 jam nonstop.
Namun, Arvan Pradiansyah mengingatkan, permintaan kita kepada Tuhan, jawabannya tidak harus “ya”, tapi bisa pula “tidak” atau “tunggu dulu.”
Pada prinsipnya, tambah Arvan Pradiansyah, Tuhan selalu mendengar setiap permintaan kita, namun Dia memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Pasalnya, Tuhanlah yang mengetahui kebutuhan umat-Nya, kata Arvan Pradiansyah.
Seorang pendengar berkomentar atas apa yang diungkapkan Arvan Pradiansyah. Katanya, “banyak di antara manusia yang taat beribadah, tapi ibadahnya dimaksudkan untuk menguasai orang lain.”
Menanggapi komentar ini, Arvan Pradiansyah mengatakan, ibadah seharusnya bukan untuk menguasai atau menakhlukkan orang lain, tapi menakhlukkan diri sendiri.
Sayang memang, masih menurut Arvan Pradiansyah, banyak orang beribadah, baik di gereja, masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya, tidak diimbangi dengan kesadaran bahwa Tuhan hadir. Beribadah seperti salat hanya sekadar ritual, tak ubahnya gerak badan (olahraga).
Banyak pula di antara kita yang mengira Tuhan hanya bisa kita jumpai di tempat-tempat ibadah. Padahal, lagi-lagi menurut Arvan Pradiansyah, Tuhan ada di mana-mana, tidak saja di dekat urat nadi leher kita, tapi ada di dalam DNA kita.
Begitu menyatunya Tuhan dengan manusia, “tapi banyak di antara manusia yang tidak menyadarinya, sehingga manusia merasakan Tuhan begitu jauh,” kata Arvan Pradiansyah.
Karena menganggap Tuhan terlalu jauh, tidak sedikit manusia yang tidak pernah merasakan kehadiran Tuhan, padahal, kata Arvan Pradiansyah, wujud tertinggi manusia adalah apabila dia merasakan kehadiran Tuhan.***
Gantyo Koespradono