Kick Andy| Megawati Ngomong Lagi
Catatan Gantyo Koespradono
GEKA-WRITENOW (Rabu 7 Januari): Memenuhi harapan para pengunjung blog ini, kembali saya tampilkan hasil wawancara Megawati Sukarnoputri di Kick Andy episode II yang disiarkan Metro TV Jumat 29 Desember 2008. Megawati ternyata senang bergurau dan menjawab berbagai isu yang menyudutkannya secara santai.
Megawati dalam episode kedua ini tampil lebih santai. Banyak menyelingi jawabannya dengan tertawa pendek, “he, he, heh ..” Lewat tawa seperti itu seolah dia hendak mengatakan bahwa berbagai isu yang menyudutkannya sebagai sesuatu yang tidak benar, dan tidak penting untuk ditanggapi, percuma, toh orang tidak percaya.
Pun demikian dengan kasus “perseteruannya” dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat dia menjadi Presiden, dan SBY menjabat Menko Polkam. Suatu kali SBY pernah mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah lagi diundang untuk mengikuti sidang kabinet.
Menanggapi pertanyaan Andy Noya, host Kick Andy, soal itu, Megawati mengatakan, “Tidak benar kalau saya tidak mengundangnya. Apa yang beliau (SBY) sampaikan tidak benar.”
Megawati lalu menjelaskan bahwa sidang atau rapat kabinet sudah terjadwal, dan otomatis sudah harus diketahui oleh para pembantunya. Disebutkan, dalam satu bulan, pada minggu pertama ada rapat paripurna; minggu terakhir ada rapat paripurna lagi. Sedangkan pada tengah bulan sidang kabinet terbatas. Oleh sebab itu, “kalau saya dibilang nggak ngajak rapat , saya kira itu terlalu mengada-ada,” kata Megawati.
Agenda yang akan dibahas dalam rapat paripurna pun, menurut Megawati, sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, biasanya sebulan sebelumnya. Untuk membahas ini, SBY juga diikutsertakan.
Karena itu, menurut Megawati, sangatlah naïf jika ada yang mengatakan dia tidak tegur-teguran dengan SBY. Apa yang dilakukan SBY, khususnya mendekati pemilu, juga diketahuinya, “sebab saya punya aparat.” Begitu juga saat SBY menggalang kekuatan untuk pencalonan dirinya sebagai presiden.
Memilih presiden secara langsung adalah momentum pertama bagi bangsa ini saat Megawati menjadi presiden. Dalam wawancara di Kick Andy pekan sebelumnya, Megawati menyebut bahwa menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung sebagai tugas yang sangat berat, tapi sekaligus prestasi, sebab bisa terselenggara dengan baik.
Karena itu Megawati mengatakan tidak habis mengerti mengapa banyak orang yang mengatakan bahwa Pemilu 2004 akan diwarnai dengan kekacauan dan berdarah-darah.
Dia optimistis pada saat itu Pemilu 2004 akan terselenggara dengan baik, sebab ini merupakan kesepakatan bersama.
Oleh sebab itu, Megawati menganut prinsip, para pembantunya yang akan maju sebagai presiden dan melakukan kampanye silakan saja, yang penting harus menjaga etika. Pada waktu itu “saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang beradab.”
Seiring dengan itu, Megawati mengaku, tidak setuju dengan golput, sebab pemilihan umum secara langsung merupakan kesepakatan bersama. “Kalau memang pelaksanaannya dianggap belum baik, ya mari kita perbaiki,” katanya.
Sikap Taufik Kiemas
Pada saat hubungan Megawati-SBY tersandung kerikil, Taufik Kiemas, suami Megawati pernah membuat pernyataan yang membuat banyak pihak terkejut dan pernyataannya dilansir banyak media. Intinya, Taufik Kiemas mengatakan bahwa SBY seperti jenderal yang kekanak-kanakan.
Dalam Kick Andy, Andy Noya mengonfirmasi pernyataan itu kepada Taufik Kiemas. Dia menegaskan bahwa pernyataan seperti itu bukan dimaksudkan untuk menzalimi SBY. “Saya tidak menyesal ngomong begitu, meskipun akhirnya dimanfaatkan pihak lain untuk menyudutkan SBY. Kami tidak pernah menzalimi orang lain, justru kamilah yang sering dizalimi orang. Tidak ada niat kami berdua untuk menzalimi siapa pun. Saya tidak pernah menarik pernyataan itu dan menyesal telah berkata demikian,” katanya.
Lalu bagaimana memisahkan hubungan Anda sebagai suami Megawati yang presiden, Andy Noya bertanya.
Menjawab pertanyaan ini, Taufik Kiemas mengatakan, “Kalau ada yang tidak cocok dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PDI Perjuangan, saya bawa ke DPP. Tapi dalam kapasitasnya sebagai presiden, saya tidak bisa berbuat apa-apa, sebab saya tidak bisa ikut dalam rapat kabinet.”
Sebagai ibu rumah tangga, Megawati mengatakan, berpolitik bisa dilakukan di mana dan kapan pun. Dia menceritakan pada saat bertemu dengan kaum perempuan, dia sering mendengar keluhan dari para ibu bahwa harga kebutuhan pokok, seperti cabai naik, minyak tanah langka, dan sebagainya.
Menanggapi keluhan itu, Megawati mengatakan bahwa mengungkapkan keluhan seperti itu di depannya juga merupakan tindakan berpolitik, sehingga berpolitik tidak harus dilakukan secara formal. “Mengeluh harga cabai mahal, harga beras mahal dan minyak tanah sulit di dapat, itu juga merupakan kata-kata politik,” katanya.
Prihatin tentang pendidikan
Dalam wawancara di Kick Andy yang berdurasi satu setengah jam itu, Megawati juga memprihantinkan mengenai kondisi pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan yang tidak merata, orang Indonesia sering berpikir pendek. Penguasa memperlakukan rakyatnya semaunya sendiri. Mereka yang tidak sempat menikmati pendidikan dibiarkan begitu saja, padahal mental bangsa ini harus dibangun.
Megawati menceritakan dia mempunyai dua anak asuh dari desa. Ternyata mereka punya kecerdasan yang luar biasa karena diberi kesempatan. Banyak anak di Indonesia yang seperti mereka, namun tidak pernah diberi kesempatan.
Dalam hal pendidikan di sekolah, Megawati juga masih melihat belum berjalan dengan baik. Apa yang disebut sebagai transfer of knowledge tidak berjalan sebagaimana mestinya. Guru seolah yang paling tahu segala-galanya. Kalau sikap guru masih seperti ini, menurut Megawati, “itu bukan transfer of knowledge.”
Megawati juga mengaku prihatin dengan tayangan sinetron di televisi yang disebutnya tidak mendidik. “Kita, terutama kaum perempuan harus membuka cakrawala. Mengapa mendidik anak harus dengan cara membentak-bentak. Ini bukan cara Indonesia lho,” katanya..
Kontroversi Bung Karno komunis
Kepada Megawati, Andy Noya juga menanyakan mengenai kontroversi bahwa Bung Karno adalah seorang komunis. Ditanya seperti ini, Megawati tertawa pendek, “nggak usahlah berpolitik tinggi-tinggi. Pakai saja bahasa rakyat. Saya terkadang suka tertawa sendiri jika mendengar soal ini.”
Megawati mengatakan, apakah mereka tidak tahu bahwa Bung Karno pernah dinobatkan sebagai presiden seumur hidup, pemimpin besar revolusi dan panglima tertinggi. Nahdlatul Ulama pun memberikan gelar seperti itu kepada Bung Karno. “Jadi sangatlah ironis jika Bung Karno dianggap sebagai komunis.”
Lalu tuduhan yang menyebutkan bahwa Bung Karno akan melakukan kudeta pada tahun 1965? “Loh, siapa yang mau kudeta? Beliau, kan presiden dan panglima tertinggi. Ini menyudutkan luar biasa sekali,” jawab Megawati.
Megawati melihat ada permainan politik di balik itu semua. Dia menyarankan agar para sejarawan mempelajari peristiwa itu.
Bung Karno diracun
Andy Noya juga menanyakan tentang isu bahwa Bung Kano meninggal karena diracun. Ditanya seperti ini, Megawati tidak memberikan jawaban secara kongkret. Dia hanya mengatakan, “sayang waktu itu tidak ada Komnas HAM.” Yang pasti, katanya, dia tidak mau mengusik-usik soal ini, apalagi mengusutnya, “sebab bapak sudah tenang di sana. Bapak paling cuma tertawa melihat orang-orang itu.”
Namun Megawati menegaskan tidak benar jika setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden, Bung Karno diperlakukan secara wajar. Untuk menjenguk ayahandanya yang sakit, “kami seperti dipingpong. Saya tidak tahu dan jelas Bung Karno itu ditahan atau diisolasi.”
Dia mengibaratkan perlakukan terhadap Pak Harto dan Bung Karno di akhir hayatnya setelah tidak lagi menjabat presiden sebagai layanan hotel berbintang lima (untuk Pak Harto) dan hotel prodeo untuk ayahnya, Bung Karno.
Apakah karena hal itu saat Pak Harto meninggal dunia, Megawati memutuskan tidak melayat? Tidak juga. Megawati mengaku tetap menghormati Pak Harto. Oleh sebab itulah dia mengutus anaknya Puan Maharani untuk melayat.
Megawati merindukan bangsa ini beradab dan usianya hingga ribuan tahun. Oleh sebab itu selayaknya jika kehormatan diberikan kepada Bung Karno dan siapa pun yang pernah menjadi presiden. Menurut Megawati, kita harus bisa mencontoh bangsa Amerika yang menghormati para mantan presidennya.
Lalu bisakah Megawati memaafkan mereka yang telah memperlakukan ayahnya seperti itu? Megawati mengatakan, itu sangat mudah. “Ini tergantung dari doa kita. Kepada Tuhan saya minta hati yang bersih dan minta sifat-sifat Illahinya,” katanya.
Bertekad jadi presiden lagi
Dalam Pemilu 2009, Megawati tetap bertekad untuk menjadi presiden lagi untuk kali yang kedua. Taufik Kiemas mengatakan, karena istrinya demikian “kekeh”, tekad itu tidak bisa diubah-ubah.
Sang kakak, Guntur Sukarnoputra pun tidak meragukan kemampuan adiknya. “Dari dulu dia memang hebat. Benih-benih untuk menjadi pemimpin sudah terlihat sejak dia kanak-kanak. Jangankan kepada saya, kepada ayah pun dia berani membantah,” katanya.
Namun menurut Guntur, ada satu hal yang tidak bisa dilupakan, yaitu “saya pernah berhasil melarang Mega agar jangan makan daging ayam kecuali di hari Lebaran,” katanya berseloroh.
Seandainya terpilih menjadi presiden, langkah apa yang akan dilakukan Megawati di saat dunia tengah dilanda krisis? “Janganlah berandai-andailah, sebab saya tidak tahu apakah masih didukung, apalagi tidak semua kaum perempuan mendukung saya,” katanya.
Megawati merindukan kaum perempuan Indonesia mandiri dan bangkit. “Saya ingin ke depan ada ketua umum partai perempuan. Saya ingin 25 tahun lagi ada presiden wanita,” tegas Megawati dengan suara bergetar.
Kongkretnya dia berharap di Indonesia lahir Cut Nya Dien dan Megawati-Megawati baru. Megawati mengaku sedih jika tidak ada perempuan yang menggantikannya.***