Lagi, Belajar Menulis Berita

1 344

“APA lagi syarat seorang jurnalis,” kata saya kepada mahasiswa yang saya dampingi menulis berita, Sabtu, 26 November 2011.

Mereka lalu menjawab: ulet, disiplin, sabar, jujur, bawel, pantang menyerah, dan masih banyak lagi.

Sebelumnya saya menjelaskan bahwa seorang wartawan, selain harus kreatif, juga harus bisa memilih dan memilah mana peristiwa yang menarik dan penting untuk ditulis menjadi berita.

“Jangan menulis berita yang peristiwanya biasa-biasa saja. Wartawan harus peka terhadap keinginan pembaca, cari informasi atau fakta yang penting dan menarik bukan untuk diri sendiri, tapi buat sebanyak mungkin orang,” kata saya.

Saya lalu minta kepada para mahasiswa agar mereka membuat kelompok, dan masing-masing kelompok meliput berbagai peristiwa di sekitar kampus. Terbentuk enam kelompok.

“Tulis hasil liputan kelompok Saudara dan kirim ke email saya. Dead line pukul 10.00,” kata saya. Jam saat itu menunjukkan pukul 08.40 WIB.

Jam menunjukkan pukul 10.00. Salah satu kelompok megirim berita dan masuk ke email saya pukul 09.58, kelompok yang lain melanggar dead line hingga kuliah penulisan berita berakhir pukul 10.30 WIB.

Inilah berita hasil liputan para mahasiswa (saya kutip sesuai dengan aslinya):

1. Kelompok 1

Judul: Rector Cup
JAKARTA-Rector Cup ke-10, diadakan untuk memperingati ulang tahun IISIP ke-58 pada 5 Desember 2011. Rector Cup diadakan pada, Senin, (28/11). Di Stadion Inpres, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Sistem kompetisinya menggunakan sistem penyisihan grup, tiap grup terdiri dari empat tim. Alumni mengirim satu tim untuk mengikuti Rector Cup. Angkatan 2008 mengirim satu tim, angkatan 2009 dua tim, angkatan 2010 dua tim, dan angkatan 2011 dua tim.

“Pertandingan ini diadakan tiap tahunnya untuk memperingati hari ulang tahun IISIP dan untuk mempererat tali silaturahmi antar angkatan”, ujar Feby Novalius ketua pelaksana Rector Cup. Feby mengatakan, semoga pertandingan Rector Cup bisa berjalan dengan lancar. Technical Meeting, diadakan pada, Sabtu (26/11), pukul 13.00 WIB di depan ruang II-2.

Komentar dosen:
Judul tidak menarik, sehingga tidak mengundang pembaca untuk mengetahui isi berita. Perlu dicek ulang untuk mengetahui mana penulisan yang benar: rector atau rektor?

Lead juga tidak menarik, karena terdiri dari beberapa kalimat yang terpenggal-penggal.

Kelompok 1 menganggap pintar pembaca, sehingga lupa menjelaskan, apa sih yang dilombakan, dipertandingkan dan dikompetisikan dalam Rektor Cup? Kompetisi olahraga, matematika, paduan suara atau lomba tidur terlama?

Hasil liputan di atas akan lebih afdol jika ditulis seperti ini:

IISIP Jakarta Gelar Rektor Cup 10

Guna memeringati hari jadinya yang ke-58, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta menggelar Rektor Cup ke-10 di di Stadion Inpres, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (28/11).

Rektor Cup yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga itu diikuti delapan tim, masing-masing tim alumni, tim angkatan 2008, angkatan 2009 (dua tim), angkatan 2010 (dua tim), dan angkatan 2011 (dua tim).

Feby Novalius, ketua pelaksana Rektor Cup, menjelaskan acara ini digelar setiap tahun guna memeringati hari ulang tahun IISIP pada 5 Desember. Rektor Cup, menurut Feby, juga dimaksudkan guna mempererat tali silaturahmi antarangkatan.

Dia mengharapkan acara yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga itu berjalan lancar. Technical meeting diadakan pada Sabtu (26/11) pukul 13.00 WIB di depan ruang II-2 Kampus Tercinta.

2. Kelompok 2

Judul: Olahraga ala Dosen IISIP
Di tengah kesibukan mengajar, para dosen IISIP Jakarta meluangkan waktu untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Senam aerobik menjadi piihan mereka yang rutin dilaksanakan setiap Sabtu sore.

Kegiatan yang bermula dari inisiatif beberapa dosen dimulai sejak tahun 2002 hingga sekarang. Namun, kegiatan tersebut sempat terhenti dari tahun 2005 sampai 2009. “Kegiatan ini tidak berjalan lancar, ada hambatan seperti masalah waktu, maka itu kegiatan ini sempat terhenti empat tahun,” ujar Omar, Ketua Koordinator Senam.

Kegiatan senam kembali aktif tahun 2009 yang diikuti para dosen, namun terbuka juga untuk mahasiswa. “Biasanya senam dilakukan hari Sabtu pukul 16.30 sampai 17.30 di lapangan basket,” ujar Omar.

Instruktur senam didatangkan dari salah satu pusat kebugaran di Depok,” lanjut Omar. Selain untuk menyehatkan badan, kegiatan ini bertujuan menghibur serta menjaga keakraban sesama dosen.

Komentar dosen: Judul cukup baik, membuktikan kelompok ini kreatif. Hanya dalam menyusun kalimat, anggota kelompok ini masih belum sempurna, ada ketidakakuratan di sana sini.

Terdapat kalimat yang tidak jelas, mana fakta dan mana opini, karena tidak disertakan sumbernya. Lebih baik jika naskah berita kelompok ini disusun sebagai berikut:

Judul: Olahraga ala Dosen IISIP

Di tengah kesibukan mengajar, para dosen IISIP Jakarta meluangkan waktu untuk menjaga kebugaran tubuhnya dengan senam aerobik setiap Sabtu sore di kampus.

Olahraga ala dosen ini, menurut Koordinator Senam Omar Abdidin di Kampus Tercinta, Sabtu (26/11), dilakukan sejak 2002 dan sempat terhenti selama empat tahun, lalu diaktifkan lagi pada 2009.

Omar menjelaskan, salah satu sebab terhentinya senam aerobik itu adalah tiadanya waktu para dosen. Setelah senam kebugaran itu diaktifkan kembali pada 2009, masih menurut Omar, yang bisa ikut bukan hanya dosen, tapi juga terbuka buat mahasiswa.

Senam dimulai pukul 16.30 dan berakhir 17.30 di lapangan basket. Omar menjelaskan, instruktur senam didatangkan dari salah satu pusat kebugaran di Depok.

Selain untuk menyehatkan badan, kata Omar, kegiatan ini bertujuan menghibur dan menjaga keakraban sesama dosen.

3. Kelompok 3

Judul: Peraturan Hanya Wacana, Merokok Adalah Budaya
Larangan merokok tertulis di gedung IISIP Jakarta. Edo (20) mahasiswa IISIP jurusan Hubungan Internasional angkatan 2010 merokok di area yg dilarang merokok, Sabtu (26/11) pagi.

Peraturan dilarang merokok di IISIP Jakarta banyak dilanggar mahasiswa. Peraturan tersebut masih dianggap peraturan tertulis biasa. Menurut Edo, ia merokok karena banyak mahasiswa yang melanggar peraturan tersebut. “Ayam berkokok di atas genteng, kalau tidak merokok tidak ganteng,”ujar Edo. Selain itu, ia menambahkan seharusnya peraturan merokok itu lebih ditegaskan dengan sanksi yang diberikan dari pihak kampus.

Peraturan dilarang merokok yang banyak dilanggar mahasiswa mendapat respon dari beberapa dosen. “Sanksi merokok di kampus IISIP Jakarta hanya sanksi moral, belum ada sanksi tertulis tetapi lebih baik mahasiswa tidak merokok agar terhindar dari penyakit dan lingkungan Kampus IISIP Jakarta lebih sehat,”ujar Omar, dosen IISIP Jakarta.

Larangan merokok di kampus IISIP Jakarta tidak efektif dengan penerapan lingkungan mahasiswa yang menganggap hanya sekedar larangan. Peraturan tersebut berjalan efektif dengan adanya kesadaran mahasiswa dan kerjasama dosen serta pihak kampus IISIP Jakarta.

Komentar dosen:
Kelompok ini lumayan kreatif dalam membuat judul, namun sayang tidak kreatif saat menyusun kalimat berita, karena di sana sini terdapat pengulangan, yaitu tentang banyaknya mahasiswa yang melanggar dan peraturan dilarang merokok. Lead juga kurang menarik dan ada kalimat dalam paragraf yang tidak ada sumber beritanya. Berita di atas akan lebih “berbunyi” jika ditulis seperti ini:

Sejumlah mahasiswa IISIP Jakarta tetap merokok di dalam kampus, Sabtu (26/11), meskipun pihak perguruan mengeluarkan larangan merokok secara tertulis.

Edo (20), mahasiswa IISIP jurusan hubungan internasional angkatan 2010 hari itu merokok di area dilarang merokok. Edo beralasan, ia merokok di area itu, karena banyak mahasiswa lain yang juga melanggar peraturan tersebut. “Ayam berkokok di atas genteng, kalau tidak merokok tidak ganteng,” ujarnya.

Dia mengatakan larangan itu hanya sebatas peraturan dan tidak pernah ada sanksi dari pihak kampus.

Omar Abidin, salah seorang dosen membenarkan, sampai sejauh ini pihak perguruan belum pernah mengeluarkan teguran tertulis kepada para mahasiswa yang masih merokok di lingkungan kampus. “Yang ada baru sanksi moral,” katanya.

Dia mengingatkan para mahasiswa agar jangan merokok demi kesehatan dan menjaga agar lingkungan kampus IISIP Jakarta tetap bersih.

4. Kelompok 4

Judul: Tanpa judul
Gebrakan Festival di Awal TahunFestival pertama Paduan Suara Buana Cipta Swara (PSBCS)IISIP Jakarta empat kali gagal digelar. Hal ini disebabkan kurangnya kedisiplinan panitia yang dibentuk sejak akhir tahun 2010.Saat ini panitia merencanakan festival paduan suara tingkat SMA se-JABODETABEK yang akan digelar tanggal 11 dan 12 Januari 2012. Panitia mentargetkan 20 hingga 25 grup dan setiap grup dikenakan biaya Rp. 300.000.Festival yang digelar PS BCS bertujuan memperkenalkan IISIP Jakarta dan PS BCS kepada masyarakat khususnya siswa SMA. Pemenang utama mendapatkan hadiah berupa uang tunai, sertifikat, dan piala bergilir. Kriteria pemenang dinilai dari segi vokal, gerakan, dan kostum.Panitia mencari dana melalui sponsor dan kegiatan dana usaha. Kini, PS BCS mendapat sponsor tetap dari Pandawa percetakan. Panitia juga mentargetkan sponsor dari XL, Pocari Sweat, Kementrian Budaya dan Pariwisata, 711, dan Walls.

Komentar dosen:
Selain tanpa judul, berita yang ditulis kelompok ini juga tanpa alinea/paragraf, tanpa tujuan yang jelas dan tanpa logika.

Perhatikan kalimat awal, tertulis “Gebrakan Festival …. empat kali gagal digelar.” Yang gagal digelar itu “gebrakan” atau “festival”? Lalu apa hubungannya antara kegagalan festival dan rencana festival paduan suara tingkat SMA?

Ada pula informasi tentang target peserta, ketidaksiplinan panitia (siapa sih yang jadi panitia), memperkenalkan IISIP Jakarta, pencarian dana, kriteria pemenang, dan sponsor. Satu sama lain tidak mengait.

Karena tidak jelas, apa yang akan diberitakan, dosen pun mengalami kesulitan memperbaiki naskah berita di atas. Jika pun mau dipaksakan harus menerka-nerka, bisa jadi terkaan dosen keliru.

Kelompok 5:

Judul: Pemanfaatan Gedung Dua Lantai IISIP Jakarta
Jakarta – “Ruangan itu dulu berfungsi sebagai ruangan produksi siaran radio pada 2002, kemudian beralih fungsi semenjak 2006,” itu pernyataan salah satu alumni IISIP Jakarta, Agus Triyono (30).

Gedung dua lantai di belakang perpustakaan IISIP Jakarta sudah beralih fungsi menjadi gudang yang sebelumnya menjadi tempat arsip kampus.

Angga Indrawan (22) mantan Presiden BEM dikampus tercinta mengatakan ingin memanfaatkan gedung tersebut menjadi ruang sekretariat Himpunan Mahasiswa Politik (Himapol), karena ia melihat kurangnya daya fungsi ruang tersebut. Namun pihak kampus belum menindaklanjuti usulannya.

Hingga saat ini kondisi ruangan tersebut tidak berfungsi. “Sebaiknya ruangan tersebut dijadikan sebagai sarana dan prasarana olahraga untuk mahasiswa IISIP Jakarta,” ujar Adnan (19) mahasiswa IISIP Jakarta.

Komentar dosen: Judul tidak menarik, karena terlalu datar. Coba tempatkan diri Anda sebagai pembaca, termotivasikah Anda untuk membaca berita di bawahnya jika menemukan judul seperti di atas? Kreatif, dong.

Lead juga tidak menarik. Boleh saja memakai kutipan, tapi jika akan dipakai sebagai lead, kutipan itu harus unik, bukan sesuatu yang biasa-biasa saja.

Terdapat kalimat tanpa logika, misal “Hingga saat ini kondisi ruangan tersebut tidak berfungsi.” Yang tidak berfungsi itu ruangan atau kondisi ruangan?

Kapan peristiwa yang diberitakan juga tidak jelas, termasuk kapan anggota kelompok ini melakukan wawancara dengan nara sumber (Agus Triyono, Angga Indrawan, dan Adnan).

Mungkin akan lebih bagus jika naskah berita di atas ditulis seperti ini:

Bangunan Dua Lantai di IISIP Mubazir

Gedung dua lantai di belakang perpustakaan IISIP Jakarta kini mubazir, padahal mahasiswa pernah mengajukan permohonan kepada pihak perguruan untuk memanfaatkan bangunan di sana sebagai sekretariat Himpunan Mahasiswa Politik (Himapol).

Angga Indrawan (22), mantan Presiden BEM di Kampus Tercinta, Sabtu (26/11) menjelaskan organisasi yang dimpinnya berniat menjadikan ruang di sana sebagai sekretariat, karena ia melihat ruang yang ada di sana tidak berfungsi. Namun, menurut Angga, pihak kampus belum menindaklanjuti usulannya.

Berdasarkan pengamatan, ruang-ruang yang ada di bangunan itu kini telah beralih fungsi menjadi gudang. Sebelumnya gedung itu dipakai untuk menyimpan arsip kampus.

Agus Triyono (30), salah seorang alumni, menjelaskan pada 2002, salah satu ruangan di sana pernah difungsikan sebagai tempat produksi siaran radio, kemudian beralih fungsi sejak 2006.

“Daripada mubazir, sebaiknya ruangan tersebut dijadikan sebagai sarana dan prasarana olahraga untuk mahasiswa IISIP Jakarta,” ujar Adnan (19), mahasiswa.

6. Kelompok 6

Judul: Usaha Foto Copy di Kampus IISIP Jakarta
Surya(35) adalah salah satu pemilik usaha foto copy yang ada di Lenteng Agung Jakarta. Sudah empat tahun Surya membuka usahanya di dalam kampus IISIP Jakarta. Meskipun dengan tempat yang tidak terlalu luas, namun strategis dan menguntungkan.

Foto copy Surya merupakan satu- satunya tempat foto copy yang berada di dalam kampus IISIP Jakarta. Letak usaha suya bersebalahan dengan perustakaan kampus dan laboratorium IISIP. Dengan biaya sewa Rp 6juta pertahun ia memilih membuka usaha di dalam kampus karena alasan dekat dengan tempat tinggalnya. “wah ga terhitung dek, sesuai keadaan kampus aja. Soalnya kadang sepi kadang ramai, terus minggu kan juga libur. Ya ga nentu deh pokoknya”ujarnya saat ditanya keuntungannya.

Menurut Lanny salah satu mahasiswa Jurnalistik IISIP dengan adanya foto copy Surya ini memudahkan dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa.”harga tidak jauh berbeda dengan yang ada di luar, sesuai dengan kantong mahasiswa. Sama aja kok harganya”ujar Satrio mahasiswa lainnya.

Komentar dosen:
Judul tidak menarik, karena ditulis terlalu datar. Lagi pula apa menariknya usaha fotocopy di kampus IISIP? Emang gue pikirin? Apakah tidak ada unsur lain yang lebih menarik?

Kelompok ini tidak akurat dalam menulis kalimat, kata-kata dan tanda baca. Kalimat-kalimat yang dituangkan dalam berita ini adalah kalimat feature, bukan kalimat berita lempang (hardnews/straight news/spot news).

Lagi-lagi, kita mesti bertanya, apa yang sebenarnya akan disampaikan kelompok ini. Pembaca belum menemukan unsur yang menarik, penting, apalagi dramatis. Pembaca juga belum menemukan sesuatu yang unik.

Berita di atas akan menarik jika penghasilan Surya mencapai Rp 50 juta per bulan, atau sama sekali tidak untung selama empat tahun membuka usaha di kampus, dan gara-gara ini dia pernah (maaf) akan bunuh diri terjun dari lantai empat gedung baru IISIP. Atau siapa tahu, Surya pernah mengalami peristiwa uang hasil fotocopy-nya dicuri mahasiswa.

Karena tidak ada unsur menarik yang bisa diangkat jadi berita, maka saya tidak bisa memberikan contoh koreksiannya.***

1 Comment
  1. pikisinta trips says

    saya baru saja membaca blog ini dan tertawa terpingkal-pingkal membaca komentar dosen di tulisan kelompok ke 6. "sama sekali tidak untung selama empat tahun membuka usaha di kampus, dan gara-gara ini dia pernah (maaf) akan bunuh diri terjun dari lantai empat gedung baru IISIP. Atau siapa tahu, Surya pernah mengalami peristiwa uang hasil fotocopy-nya dicuri mahasiswa". atau bisa juga fotocopy remang2 yang bergoyang dimalam hari.hehehe

Leave A Reply

Your email address will not be published.