Catatan Gantyo

Bahasa Jurnalistik: Monica Selviana, “Beliau” Finalis KDI Lho

2 321
FINALIS Kontes Dangdut Indonesia (KDI) Monica Selviana dan foto model Rosemarry adalah dua dari 70 mahasiswa Universitas Esa Unggul yang saya dampingi belajar bahasa Indonesia jurnalistik, mata kuliah yang menurut mahasiswa, “menyeramkan”.

“Menyeramkan”, karena saat ujian tengah semester yang lalu, banyak di antara para mahasiswa yang mendapat nilai “jeblok”. Sulitkah menulis menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik yang singkat, jelas, padat, sederhana, demokratis dan logis?

Jawabnya sudah pasti gampang asal para mahasiswa disiplin hadir tepat waktu di kelas, mengikuti secara teratur perkuliahan, mendengarkan apa yang disampaikan doden, dan terus berlatih menulis (mengerjakan tugas).

Setiap pekan, saya selalu memberi tugas kepada para mahasiswa agar menulis dengan menggunakan bahasa jurnalistik. Objek yang mereka tulis adalah berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kampus.

Tulisan (karya jurnalistik) mereka, di mata saya, tetap belum memuaskan. Tata cara berbahasa (tulis) tetap mereka langgar, padahal saya merasa sudah berbusa-busa menjelaskan bagaimana menulis dengan bahasa yang baik dan benar.

Para mahasiswa tampaknya mengalami kendala saat harus menuangkan fakta ke dalam sebuah tulisan, atau jangan-jangan objek yang mereka tulis tidak menarik, sehingga mereka ogah-ogahan melaksanakan tugas yang diberikan sang dosen.

Beruntung, di kelas yang berbeda ada Rosemarry (foto samping kiri) dan Monica Selviana (atas). Pekan lalu (Kamis 15 Desember 2011), keduanya saya minta menjadi nara sumber. Rosemarry berada di kelas pukul 08.20 dan Monica kelas pukul 10.00.

Di kelas yang berbeda, Rosemarry dan Monica saya wawancarai (mirip acara talk show di televisi). Para mahasiswa yang mendengar saya anggap sebagai wartawan. “Anggap saja diri Saudara wartawan dan bekerja di sebuah media cetak dan Anda ditugaskan untuk menulis sosok artis yang sekarang berada di depan Saudara,” kata saya.

Saya berharap para mahasiswa lebih bergairah ketika menulis tema tulisan atau liputan yang kali ini lebih seksi daripada biasanya. Kebetulan nara sumbernya, menurut mahasiswa, juga seksi.

Rosemarry. Siapa sebenarnya Rosmemarry? Perempuan yang lahir di Lampung 17 Juli 1993 ini adalah mahasiswi semester pertama public relations fakultas ilmu komunikasi. Selain berprofesi sebagai foto model (sosoknya pernah tampil di sampul majalah Audio Life Style), Rosemarry juga seorang pembawa acara (MC).

Mahasiswi ini juga pernah memerankan tokoh dalam film 13 Cara Memanggil Setan dan Drakula Cinta, film horor yang akan diputar di bioskop Februari 2012.

Monica Selviana. Sama seperti Rosemarry, Monica Selviana juga pernah main dalam film Sumpah Ini Pocong. Dalam film tersebut Monica berakting bersama Julia Perez dan Jarwo Kuat.

Tahun 2007 lalu, namanya masuk dalam empat besar KDI yang digelar stasiun televisi TPI (sekarang MNC). Monica Selviana juga main dalam sinetron Susuk Barbie, Calon Pengantin, dan Gw di Antara Pacar yang ditayangkan salah satu stasiun televisi.

Para mahasiswa kali ini memang bergairah mendengarkan saat saya mewawancarai Rosemarry di kelas pukul 08.20 dan Monica Selviana di kelas pukul 10.00.

Kegairahan serupa juga terlihat dari tulisan (hasil tugas) yang mereka kumpulkan pada Kamis (22 Desember 2011). Tapi, ya itu tadi, sebagian besar mahasiswa tetap menganggap remeh saat menulis menggunakan bahasa jurnalistik yang baik dan benar.

Mengoreksi karya mereka, saya tetap menemukan kesalahan yang terus diulang-ulang para mahasiswa, yaitu:

1. Mengabaikan penggunaan tanda baca.
2. Tidak bisa membedakan kapan menulis kata “di” harus dipisah dan disambung.
3. Mengabaikan logika.
4. Asal menuangkan kata dan kalimat.
5. Abai kapan harus menggunakan huruf besar dan kecil.
6. Tidak sadar saat memilih kata-kata kunci, terutama saat menulis paragraf pertama (lead). Ujung-ujungnya, lead tidak menarik.
7. Mengulang kata yang sama dalam satu kalimat.
8. Menulis kalimat berkepanjangan bak ketiak ular.

Bahkan ada mahasiswa yang tidak (mengenal?) kata “ia” (dia); yang bersangkutan menulis kata “iya” untuk orang ketiga (ia). Saya kutip apa adanya:

Rosemarry sangatlah menyukai dunia MC, selain menjadi MC iya pun berkiprah menjadi pemain film dan foto model. Iya adalah sosok wanita yang sangat berbakat, awal mulainya berkiprah menjadi MC sejak tahun 2007 ketika masih duduk di kelas 2 SMP. Hingga saat ini, iya pun masih menjalani aktifitas tersebut dengan baik yaitu menjadi seorang MC yang handal.

Rosemarry sangat menyukai MC sejak kecil, mengapa “karena saya suka berbicara di depan umum” ujarnya. Banyak pengetahuan yang di dapat dalam pengalaman rosemarry selama menjadi MC, dia pun kerap bertemu dengan orang-orang penting ketika sedang membawakan acara MC.


Komentar dosen:
Kalimat yang ditulis mahasiswa di atas tidak jelas subjek dan predikatnya. Tidak akurat dalam menulis tanda baca dan penggunaan huruf besar dan kecil. Logika pun dilanggar. Perhatikan kalimat: “Hingga saat ini, iya pun masih menjalani aktifitas tersebut dengan baik yaitu menjadi seorang MC yang handal.” Benarkah menjadi seorang MC yang andal (yang benar andal, bukan handal) itu sebuah aktivitas (yang benar aktivitas, bukan aktifitas)?

Contoh pelanggaran logika juga terdapat di dalam kalimat: “… dia pun kerap bertemu dengan orang-orang penting ketika sedang membawakan acara MC.” Sedang membawakan acara MC itu apa sih?

Kalimat di atas (teksnya, bukan konteks) akan lebih baik jika ditulis seperti ini:

Rosemarry sangat menyukai dunia public speaking. Ia berbakat menjadi MC andal. Ia mulai berkiprah menjadi MC sejak 2007 ketika masih duduk di kelas dua SMP. Selain menjadi MC, Rosmerry juga pemain film dan foto model. Beraktivitas sebagai pembawa acara tetap ia jalani hingga saat ini.

Mengapa Rosemarry menyukai dunia MC, bahkan sejak kecil? “Karena saya suka berbicara di depan umum,” ujarnya. Menurut dia, banyak pengetahuan yang dia peroleh saat membawakan acara, antara lain kerap bertemu dengan orang-orang penting.

***

Ada pula mahasiswa yang main hantam kromo saat menuangkan gagasan ke dalam tulisan, sehingga tata cara penggunaan huruf besar dan kecil dilanggar, begitu pula penempatan awalan “di”. Ini contohnya(saya kutip sebagaimana adanya):

Rosemery mahasiswi Universitas Esaunggul jurusan public relation adalah seorang model, mc dan pemain film. Film yang dibintanginya antara lain 13 cara memanggil setan dan drakula cinta. Dia memulai karirnya sejak tahun 2007, ketika ia masih duduk dibangku kelas 2 Smp. Sebelumnya mery, begitu panggilannya, pernah kursus disanggar mariska yang beralamat di tanah abang Jakarta pusat, selama 1 tahun. Disana dia mempelajari cara berekting, modeling, dan bagaimana cara menjadi mc yang baik.

Halo para mahasiswa, apa sih susahnya kalian menulis kalimat di atas dengan lebih tertib dan rapi seperti ini:

Rosemarry, mahasiswi Universitas Esa Unggul jurusan public relations adalah seorang model, pembawa acara (MC) dan pemain film.

Film yang pernah dibintanginya antara lain 13 Cara Memanggil Setan dan Drakula Cinta. Dia meniti karier sebagai MC sejak 2007. Waktu itu dia masih duduk di kelas dua SMP.

Sebelumnya, Mery, begitu panggilannya, pernah kursus public speaking selama satu tahun di Sanggar Mariska di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sanggar ini, Mery juga belajar akting dan modeling.

***

Tulisan tentang Monica Selviana

Sekarang mari kita evaluasi mahasiswa yang menulis sosok Monica Selviana. Lagi-lagi, ada mahasiswa yang “nyerocos” menulis tanpa aturan seperti ini:

Monica selviana gadis cantik yang lahir di jakarta dia adalah kontestan Dangdut KDI 2007, monica menjadi finalis dan masuk empat besar dan terfavorit. Motivasi monica mengikuti kontes dangdut KDI ingin sukses di ajang festival dan ingin meraih cita-citanya yang sejak kecil, monica sejak kecil sudah hobi bernyanyi di dalam dirinya sudah ada darah seni dari ibunda. Dia bernyanyi sejak SD, monica mengikuti kontes dangdut KDI mewakili DKI jakarta monica juga termasuk gadis yang kreatif dan tidak mudah menyerah untuk menggampai apa yang dia inginkan dia selalu berusaha untuk maju.

Komentar dosen: Capek deh membaca kalimat di atas. Itulah yang saya maksud dengan kalimat bak (seperti) ketiak ular, panjang lebar tanpa tujuan yang jelas. Pokok kalimat dan anak kalimat tidak jelas.

Kalau mahasiswa yang menulis sosok Monica Selviana di atas mau berpikir jernih, sebenarnya dia bisa lho menulis fakta atau informasi itu seperti ini:

Monica Selviana. Gadis cantik yang lahir di Jakarta ini adalah peserta Kontes Dangdut Indonesia (KDI)2007 yang diselenggarakan stasiun televisi TPI. Di ajang itu, Monica menjadi finalis, masuk empat besar dan terpilih sebagai peserta terfavorit.

Monica termotivasi mengikuti KDI, karena ia ingin sukses menjadi penyanyi kondang yang dicita-citakannya sejak kecil. Saat masih kanak-kanak, Monica senang bernyanyi dan jadi hobi.

Darah seni sudah melekat dalam dirinya. Pasalnya, sang bunda juga penyanyi. Ikut KDI, Monica mewakili DKI Jakarta.

Monica termasuk gadis kreatif dan tidak mudah menyerah dalam berupaya menggapai apa yang dia inginkan. Dia selalu berusaha untuk maju.

***

Berkali-kali saya menjelaskan bahwa salah satu sifat bahasa jurnalistik adalah demokratis. Tapi masih saja ada mahasiswa yang menulis kata “beliau” untuk menggantikan orang ketiga. Celakanya, kata ini terus diulang-ulang seperti ini:

Saya mempunyai beberapa teman sekelas, diantaranya sekian banyak teman, ada satu teman yang bernama monica selviana, beliau sempat mengikuti KDI pada thn 2007. Sejak kecil beliau memang mempunyai hobby menyanyi. Beliau satu bersaudara, dan beliau lahir di jakarta. Pada saat monica mengikuti KDI, beliau masuk final sampai 4 besar, dan beliau mendapatkan peringkat 4 terfavorite.

Waduh, gimana sih? Memangnya Monica ratu dari mana, sehingga Anda menyebut dia dengan kata “beliau”? Coba baca deh semua surat kabar yang terbit di Indonesia, tunjukkan kepada saya, adakah di antara surat kabar itu yang menulis Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan sebutan “beliau”?

***

Halo para mahasiswa, karya Anda yang tidak sempat saya ulas di catatan ini bukan berarti apa yang Anda tulis sudah sempurna. Beberapa contoh di atas sebenarnya merupakan representasi dari karya-karya yang telah Anda buat. Konkretnya, apa yang Anda tulis nggak jauh-jauh amat dari sampel di atas.

Tapi Anda jangan putus asa atau mutung, lalu berkesimpulan bahwa menulis menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik sebagai sesuatu yang sulit, apalagi menyeramkan.

Tidak! Menulis sesuatu tidak sesulit dan seseram yang Anda bayangkan. Agar Anda mampu menulis, modalnya hanya disiplin dan punya kemauan, serta tidak menganggap sepele mata kuliah yang saya ajarkan. Banyaklah membaca. Buktinya, ada lho kawan Anda yang lumayan bagus dalam menulis. Selamat belajar.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya mengucapkan selamat Natal kepada Anda yang merayakan dan jadikan Kristus sebagai pijakan Anda dalam berperilaku, sehingga Anda pun bisa membawa terang kepada banyak orang.

Selamat Tahun Baru 2012 buat Anda semua. Semoga di tahun yang baru, Anda tetap memiliki semangat baru dan menggapai kesuksesan.***

2 Comments
  1. Dede Rohali says

    waww… super sekali.. terima kasih pak.. jadi bisa belajar melalui postingan ini.

  2. Terimakasih Bung Dede. Silakan terus belajar dan praktik.

Cancel Reply

Your email address will not be published.