RUU Bahasa Indonesia Jurnalistik ala Mahasiswa
CATATAN kuliah saya bertajuk Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengengmenginspirasi para mahasiswa yang saya dampingi belajar menulis berita dan bahasa Indonesia jurnalistik (BIJ) menemukan peraturan dan syarat-syarat bagaimana menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar.
Saya mengunggah catatan atau evaluasi kuliah tersebut di blog ini, Sabtu 29 September 2012. Pada saat kuliah, saya minta para mahasiswa (secara berkelompok) membaca tulisan tersebut, lalu mendiskusikannya.
Saya sengaja membuat catatan itu sebagai pancingan agar para mahasiswa proaktif belajar sendiri dan menemukan “pengetahuan” tentang apa itu bahasa Indonesia jurnalistik, karakter dan syarat-syaratnya.
Dengan tekun, mereka membaca Bahasa Indonesia dan Hantu Cengeng. Ada yang membaca melalui telepon pintar, laptop, dan tablet. Ada pula yang membaca artikel itu setelah mereka menampilkannya di layar monitor melalui jaringan internet di dalam kelas. Ada kelompok yang minta izin untuk mencetak artikel itu di ruang yang berbeda. Ada pula kelompok yang anggotanya lesehan saat mendiskusikan catatan kuliah saya.
Saya mengibaratkan kelompok-kelompok diskusi itu adalah para anggota DPR yang sedang membahas sebuah rancangan undang-undang (RUU) bahasa Indonesia Jurnalistik.
Setelah lebih kurang 30 menit berdiskusi, para mahasiswa akhirnya menemukan “pasal-pasal” baru tentang bagaimana bahasa Indonesia harus diperlakukan. Mereka rupanya kreatif dan berhasil menemukan syarat-syarat BIJ, bahkan ada kelas yang menemukan “pasal” atau “ayat” baru bagaimana menggunakan BIJ.
Saya hanya berperan sebagai “moderator” atau juru tulis tentang apa yang telah mereka temukan, lalu menuliskannya di papan tulis. Dari tiga kelas, saya mencatat ada puluhan syarat atau karakter BIJ versi mahasiswa.
Syarat Bahasa Indonesia Jurnalistik
Jika syarat itu diibaratkan pasal atau ayat dalam undang-undang, mereka berkomitmen untuk mematuhinya saat menulis berita menggunakan BIJ. Mereka bersepakat (setelah belajar sendiri) bahwa BIJ adalah bahasa yang harus memenuhi persyaratan atau memiliki karakter sebagai berikut:
- Jelas
- Ringkas
- Padat
- Sederhana
- Faktual (harus berisi atau mengandung fakta)
- Bukan opini si penulis
- Tajam
- Bisa dipercaya
- Objektif
- Kalimatnya tidak bertele-tele
- Mudah dipahami
- Komunikatif
- Taat pada bahasa Indonesia yang baik dan benar (EYD)
- Patuh pada SPOK (Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan)
- Logis (berlogika)
- Demokratis
- Efisien
- Efektif
- Tidak berlebihan atau lebay
- Sistematis
- Tidak melanggar SARA
- Tidak multi tafsir
- Realistis
- Beretika
- Tidak mengulang-ulang kalimat/kata
- Rasional
- Spesifik
- Beralamat jelas
- Kalimat tidak panjang lebar
- Lugas
- Berkarakter
- Menarik
- Jernih
- Fleksibel
- Edukatif (bersifat mendidik)
- Memperhatikan gramatika (tata bahasa)
- Kritis
- Akurat
- Tidak ambigu
- Tidak menimbulkan makna ganda
- Ekonomis
- Konsisten
- Terperinci
- Jelas sebab akibat
- Harus bisa dibuktikan
- Gunakan kalimat aktif
- Tidak menggunakan kalimat/kata mubazir
- Susunan kalimat teratur (berkronologi)
- Menarik
- Mematuhi aturan tanda baca
- Informatif
- Aktual
- Kalimat tidak rancu
Nah, itulah temuan para mahasiswa setelah mereka melakukan diskusi kelompok. Sambil bergurau, saya berkata kepada para mahasiswa: “Itulah pasal-pasal RUU Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jika kelak disahkan menjadi undang-undang, apakah Saudara siap untuk menaatinya?”
Setelah agak ragu, mereka kemudian menjawab: “Siiiaaaap”. Yang lain menjawab: “Insya Allah.”
Saya lalu minta mereka (masih secara berkelompok) menulis berita yang sumber peristiwanya adalah suasana saat mereka mendiskusikan catatan kuliah ”Bahasa Indonesia dan Hantu Cengeng” di kelompoknya sendiri.
Sudahkah mereka mematuhi apa yang telah diputuskan sendiri berkaitan dengan syarat dan ketentuan menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik? Rupanya, banyak di antara mereka yang belum konsisten dan konsekuen dengan ”53 pasal UU Bahasa Indonesia Jurnalistik” temuan mereka sendiri.
Contoh Berita Karya Mahasiwa
Inilah berita yang mereka tulis:
(Catatan: Para mahasiswa sebaiknya Anda membaca contoh-contoh berita yang ditulis teman-teman kalian, sehingga Anda tidak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari).
- Gantyo Koespradono, Dosen Penulisan Berita (PB) di IISIP Jakarta, menugaskan mahasiswanya untuk mendiskusikan tulisan berjudul “Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengeng” di ruang 3B5 pukul 08.00 WIB. Karla, Amadea, Sherly dan Doni terlihat beberapa kali mengantuk, sehingga kurang memahami apa yang didiskusikan. ”Hah, apa …, apa? Maksudnya gimana?” kata Karla di tengah diskusi ketika ditanya oleh Irma.
Catatan dosen: Pada prinsipnya, susunan berita di atas sudah bagus. Sayangnya, masih ada penggunaan huruf (besar/kecil) yang tidak tepat; tidak akurat, dan ada unsur opini (lihat kalimat: ”Karla, Amadea, Sherly dan Doni terlihat beberapa kali mengantuk, sehingga kurang memahami apa yang didiskusikan”).
Lebih baik jika berita di atas disempurnakan menjadi seperti ini: Gantyo Koespradono, dosen penulisan berita IISIP Jakarta, menugaskan mahasiswanya untuk mendiskusikan tulisan berjudul “Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengeng” di ruang 3B5 Kampus Tercinta, Lenteng Agung, Senin (1 Oktober) pukul 08.00 WIB.
”Karla, Amadea, Sherly dan Doni beberapa kali menguap. ”Hah, apa …, apa? Maksudnya gimana?” kata Karla ketika ditanya Irma saat diskusi.
- Anggota kelompok enam penulisan berita mendiskusikan tentang bagaimana cara menulis berita dengan kaedah bahasa Indonesia Jurnalistik. Diskusi berlangsung di kampus IISIP lantai 3 ruang 3B5. Diskusi dimulai pukul 08.00-10.30 WIB, Senin (1/10).
Catatan dosen: Berita (lead) yang ditulis kelompok enam di atas lumayan bagus, tapi, sayang informasi (data) ditulis dipisah-pisah, padahal bisa dijadikan kalimat tunggal seperti ini: Anggota kelompok enam mata kuliah penulisan berita IISIP Jakarta mendiskusikan bagaimana menulis berita menggunakan kaidah bahasa Indonesia jurnalistik di lantai 3 ruang 3B5 Kampus Tercinta, Senin (1/10) pukul 08.00-10.30 WIB.
- Mahasiswa IISIP Jakarta yang mengikuti matakuliah Penulisan Berita, Senin (1/10) mengadakan diskusi kelompok diruang 3B5 Pukul 08.00. Gantyo Koespradono selaku dosen mata kuliah Penulisan Berita, memberikan tugas Kepada mahasiswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang telah ditentukan.
Komentar dosen: Kelompok yang menulis berita di atas melanggar tata cara menggunakan kata depan yang menjelaskan kata tempat dan kata kerja (kapan seharusnya dipisah dan digabung). Selain itu, kelompok ini juga tidak efisien dalam menggunakan kata (misal kata ”selaku”), juga tidak akurat (Kepada mahasiswa). Ada pula kalimat yang tidak jelas (dengan kelompok yang telah ditentukan). Ditentukan oleh siapa?
Lebih bagus jika kalimat berita di atas disederhanakan sebagai berikut: Menindaklanjuti permintaan Gantyo Koespradono, dosen penulisan berita (PB), para mahasiswa IISIP Jakarta, peserta mata kuliah PB, melakukan diskusi kelompok di ruang 3B5 Kampus Tercinta, Lenteng Agung, Senin (1/10).
- Pada kelas penulisan berita Senin (1/10), Gantyo Koespradono memberikan tugas diskusi kelompok tentang syarat penulisan berita menggunakan Bahasa Indonesia Jurnalistik. Ada 7 kelompok yang sudah terbagi. Salah satunya kelompok Jumeri, dia menyatakan bila penulisan berita dengan menggunakan Bahasa Indonesia Jurnalistik tidaklah mudah, karena harus memperhatikan banyak hal.
Catatan dosen: Wah, susunan kalimat berita di atas masih kacau balau, tata bahasa dan logika dilanggar. Contoh logika yang dilanggar terdapat pada kalimat: ”Ada 7 kelompok yang sudah terbagi.” Terbagi menjadi berapa bagian? Juga pada kalimat: ”Salah satunya kelompok Jumeri, dia menyatakan bila penulisan berita dengan menggunakan Bahasa Indonesia Jurnalistik tidaklah mudah, karena harus memperhatikan banyak hal.” Logikanya, kalau menulis berita tidak menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik, mudah dong?
Sebaiknya kalimat di atas ditulis dengan ungkapan sederhana sebagai berikut:
Saat kuliah penulisan berita, Senin (1/10), Gantyo Koespradono memberikan tugas kepada mahasiswa agar membentuk kelompok dan mendiskusikan syarat menulis berita menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik. Mahasiswa dibagi menjadi 7 kelompok. Salah satunya adalah kelompok Jumeri. Dia mengatakan menulis berita dengan menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik ternyata tidak mudah, karena banyak hal yang harus diperhatikan.
Coba perhatikan kalimat di atas, lebih nyambung dan sederhana, bukan?
- Senin (1/10) mahasiswa IISIP Jakarta mendiskusikan sebuah tulisan berjudul ”Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengeng.” Diskusi tersebut merupakan tugas yang diberikan oleh seorang dosen berpengalaman. Ialah, Gantyo Koespradono, dosen mata kuliah Penulisan Berita di kampus IISIP, Jakarta.
Komentar dosen: Selain melanggar tata bahasa dan persyaratan bahasa Indonesia jurnalistik (ekonomi kata), kalimat berita di atas disusun tidak teratur. Saya bisa pahami, sebab kelompok ini bernafsu memasukkan banyak data, juga ada opininya (lihat kalimat: dosen berpengalaman). Kata siapa?
Lebih afdol jika kalimat berita di atas disempurnakan menjadi seperti ini: Mahasiswa IISIP Jakarta, Senin (1/10) mendiskusikan artikel berjudul ”Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengeng” yang ditulis Gantyo Koespradono, dosen mata kuliah penulisan berita, di gantyo.blogspot.com.
- Draft artikel yang terdapat dalam blog dosen penulisan berita Gantyo Koespradono, tentang ”Hantu Cengeng”. Ia memberikan perintah untuk merevisi beberapa kelemahan dalam artikel tersebut.
Catatan dosen: Kalimat pertama di atas belum selesai. Selain itu, kelompok ini tidak paham dengan apa yang diminta dosen. Okelah, anggap saja kalimat di atas adalah kalimat berita, toh tetap terasa aneh.
Kalimat di atas akan jelas sebab akibatnya jika ditulis seperti ini: Dosen penulisan berita (PB) Gantyo Koespradono memerintahkan para mahasiswa kelas penulisan berita agar merevisi artikel berjudul ”Bahasa Indonesia dan Hantu Cengeng” yang dimuat di blog sang dosen. Ada beberapa kelemahan pada contoh berita yang dimuat di dalam artikel tersebut.
- Kelompok kami berdiskusi mengenai Hantu Cengeng. Kami saling menyampaikan pendapat dari cerita tersebut, kami simpulkan bahwa Bahasa Indonesia Jurnalistik itu tidak boleh bertele-tele tetapi harus singkat, padat, jelas, sederhana dan efisien.
Catatan dosen: Yang pasti, naskah di atas bukan berita, tapi cerita. Kelompok yang menulis cerita ini tidak akurat dan kurang tepat dalam memilih kata. Cerita di atas akan lebih baik jika ditulis seperti ini: Menulis berita tidak boleh bertele-tele, sebab bahasa Indonesia jurnalistik mensyaratkan, kalimat harus singkat, jelas, padat, sederhana dan efisien. Ini kesimpulan kami setelah kami mendiskusikan tulisan berjudul ”Bahasa Indonesia dan Hantu Cengeng” yang dimuat di gantyo.blogspot.com.
- Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, melakukan diskusi kelompok yang membahas salah satu artikel pada blog Pak Gantyo, ’gantyo.blogspot.com.’
Komentar dosen: Pada prinsipnya, kalimat di atas sudah nyambung. Pasal yang dilanggar adalah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik memiliki karakter ”demokratis”. Jadi tidak perlu menulis ”Pak Gantyo.” Meskipun sudah bagus, akan lebih afdol jika kalimat berita di atas diedit menjadi seperti ini: Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, melakukan diskusi kelompok, membahas salah satu artikel yang dimuat di gantyo.blogspot.com.
- Pertemuan minggu ke-2 mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik membahas salah satu artikel dalam blog yang ditulis oleh Dosen. Bapak Gantyo mengutip artikel tersebut dari naskah berita yang ditulis wartawan sebuah surat kabar nasional.
Komentar dosen: Selain tidak demokratis dan tidak akurat, kalimat berita yang ditulis kelompok mahasiswa di atas, tidak jelas. Coba perhatikan, apa yang dimaksud dengan kalimat ”Pertemuan minggu ke-2 mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik membahas salah satu artikel dalam blog yang ditulis oleh Dosen. Bapak Gantyo mengutip artikel tersebut dari naskah yang ditulis wartawan … dst?”
Kalimat berita di atas akan lebih mudah dipahami jika ditulis seperti ini: Pada pertemuan minggu ke-2 mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik, mahasiswa membahas salah satu artikel yang ditulis dosen Gantyo. Artikel yang dimuat dalam sebuah blog itu, Gantyo mengulas naskah berita yang ditulis seorang wartawan surat kabar nasional.
- Kelompok kami ditugaskan oleh Gantyo Koespradono untuk mencari syarat-syarat BIJ dalam sebuah artikel, kelompok kami memiliki pendapat yang bertentangan sehingga sulit bagi kami menentukan pendapat yang tepat.
Komentar dosen: Intinya, kalimat di atas sudah berbunyi, tapi akan semakin jelas jika disempurnakan seperti ini: Kelompok kami mempunyai pendapat yang berbeda ketika Gantyo Koespradono menugaskan kepada kami agar mencari syarat-syarat bahasa Indonesia jurnalistik dalam sebuah artikel yang ditulisnya di sebuah blog.
Atau
Kami mengalami kesulitan mendapatkan jawaban yang tepat, karena kami memiliki pendapat yang berbeda-beda saat Gantyo Koespradono menugasi kami agar mencari syarat-syarat bahasa Indonesia jurnalistik dalam sebuah artikel yang ditulisnya di sebuah blog.
- Rabu, 03 Oktober 2012, tepat jam 10 WIB. Kami belajar Bahasa indonesia jurnalistik di ruang 611 di kampus Emas Esaunggul. Pada saat belajar, pak Gantyo selaku dosen kami menunjuk beberapa mahasiswa untuk berdiri, setelah itu pak gantyo meminta untuk mencari anggota kelompok. Yang bernama. Novan priadi Tisa, Tiara dan Sikti Putri adalah anggota kelompok yang dipimpin Amrina.
Catatan dosen: Kelompok yang menulis naskah di atas ceroboh dalam merangkai kalimat dan menggunakan tanda baca, huruf besar/kecil. Selain tidak akurat, kalimat di atas tidak ekonomis (lihat kata-kata: ”tepat jam”, ”selaku dosen”). Kalau sudah jelas Gantyo adalah dosen, mengapa harus ditulis ”selaku.”
Kalimat di atas, akan lebih afdol jika ditulis seperti ini: Rabu, 3 Oktober 2012 pukul 10 WIB, kami belajar bahasa Indonesia jurnalistik di ruang 611 Kampus Emas Universitas Esa Unggul. Dosen menunjuk beberapa mahasiswa agar berdiri dan mencari anggota kelompok. Kelompok kami dipimpin Amrina yang beranggotakan Novan, Priadi, Tisa, Tiara dan Sikti Putri.
- Sebanyak 48 mahasiswa yang terdiri atas 22 mahasiswa baru dan 26 mahasiswa senior mengikuti kelas Bahasa Indonesia Jurnalistik. Didalam kelas tersebut mahasiswa diajarkan mengenai unsur-unsur Bahasa Indonesia Jurnalistik, untuk lebih memahami mengenai Bahasa Indonesia Jurnalistik dibagilah beberapa kelompok untuk memahami dasar-dasar membuat berita.
Komentar dosen: Kelihatannya kalimat berita yang ditulis kelompok ini benar. Tapi, ada logika yang dilanggar, karena tidak jelas SPOK-nya. Siapa atau apa yang dimaksud dengan ”untuk lebih memahami” dan ”dibagilah beberapa kelompok untuk memahami”.
Kelompok di atas mungkin berniat menulis kalimat seperti ini: Sebanyak 48 mahasiswa yang terdiri 22 mahasiswa baru dan 26 mahasiswa senior mengikuti kelas bahasa Indonesia jurnalistik. Di dalam kelas, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok belajar untuk memahami dasar-dasar membuat berita dan mengenal unsur dan persyaratan bahasa Indonesia jurnalistik.
- Rabu, 3 Oktober, tepatnya di ruang 611 Universitas Esa Unggul yang dalam seksi 03 terdapat mahasiswa baru tahun 2012. Ini pertemuan pertama terhadap pak Gantyo sebagai materi Bahasa Indonesia Jurnalistik.
Catatan dosen: Gara-gara menempatkan kata ”yang”, kalimat pertama di atas jadi serba nanggung alias belum selesai. Kalimat ”Ini pertemuan pertama terhadap pak Gantyo sebagai materi Bahasa Indonesia Jurnalistik” juga tidak tepat, bahkan melanggar logika. Masa sih Gantyo sebagai materi Bahasa Indonesia Jurnalistik. Gantyo itu manusia, bukan materi kuliah.
Lebih asyik jika kalimat di atas ditulis seperti ini: Mahasiswa baru angkatan 2012, Rabu, 3 Oktober, untuk pertama kalinya belajar bahasa Indonesia jurnalistik (seksi 3), didampingi dosen Gantyo di ruang 611 Universitas Esa Unggul.
- Hari Rabu tanggal 3 Oktober 2012. di Universitas Esa Unggul saya mengikuti mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Dosen memberikan tugas kelompok. Saya mencari kelompok dan bertugas dengan kelompok yang bertema Hantu cengeng.
Celotehan dosen: Waduh, apa nggak marah tuh teman Anda? Tega nian Anda menyebut kelompok Anda atau teman Anda (?) sebagai kelompok Hantu Cengeng. Kalimat di atas juga tidak ekonomis (contoh: Rabu pada konteks kalimat di atas adalah nama hari, sehingga tidak perlu lagi ditulis ”Hari Rabu”, begitu pula 3 Oktober 2012 adalah tanggal, sehingga tak perlu lagi kata ”tanggal”).
Kalimat di atas, jika ditulis menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik, menjadi seperti ini: Saya mengikuti mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik di Universitas Esa Unggul, Rabu 3 Oktober 2012. Bersama anggota kelompok, saya membahas tulisan di sebuah blog berjudul Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Hantu Cengeng.
- Pak Gantyo selaku dosen bahasa Indonesia jurnalistik memberikan tugas pertama kepada kami selaku mahasiswanya yaitu mendiskusikan artikel yang beliau tulis diblok pribadinya.
Catatan dosen: Kalimat di atas melanggar pasal ”demokratis” bahasa Indonesia jurnalistik (lihat kata: ”Pak Gantyo” dan ”beliau”). Mahasiswa di atas, apakah belum mengenal blog? Kok ditulis ”blok”. Lebih baik jika kalimat di atas ditulis seperti ini: Gantyo, dosen bahasa Indonesia jurnalistik, memberikan tugas pertama kepada mahasiswanya agar secara berkelompok mendiskusikan artikel yang ditulis di blog pribadinya.
- Rabu, 3 Oktober 2012. Gantyo Koespradono mengajar Bahasa Indonesia Jurnalistik di ruang 611. Dia meminta mahasiswa untuk mencari syarat penulisan Bahasa Indonesia Jurnalistik dan mengamati contoh artikel yang ditampilkan di kelas.
Catatan dosen: Pada prinsipnya, kalimat yang ditulis para mahasiswa kelompok ini sudah baik. Namun, akan lebih bagus jika diedit seperti ini: Rabu, 3 Oktober 2012, Gantyo Koespradono mengajar bahasa Indonesia jurnalistik di ruang 611 kampus Universitas Esa Unggul. Dia meminta mahasiswa untuk mencari syarat bahasa Indonesia jurnalistik dengan membaca contoh artikel yang ditayangkan di kelas.
- Selamat siang kepada rekan-rekan semua, Hari ini ingin memberitakan tentang suasana kelas pelajaran bahasa Indonesia jurnalistik, yang cukup gaduh dalam menjelaskan kriteria berbahasa indonesia jurnalistik yang baik dengan suasana kelas yang gerah dan panas.
Celotehan dosen: Waduh, kelompok yang menulis kalimat di atas, seperti guru taman kanak-kanak saja, karena kalimat awal dibuka denga salam ”selamat siang …” Kelompok ini tampaknya mengalami kebingungan apa yang akan disampaikan.
Kelompok tadi mungkin akan menulis kalimat seperti ini: Hari ini suasana kelas mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik cukup gaduh saat para mahasiswa mendiskusikan kriteria bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar. Udara di kelas cukup panas.
Catatan tambahan dosen: Besok-besok, saat kalian menulis berita, jangan beropini, ya?
- Pak Gantyo memberikan tugas kelompok berdiskusi, materi yang dibahas adalah kasus pembunuhan Sodari Aswara.
Celotehan dosen: Selain melanggar unsur demokratis dalam bahasa Indonesia jurnalistik (lihat kata ”Pak Gantyo” dan Sodari—maksudnya ”Saudari”), kelompok ini paling irit (malas?) belajar mengungkapkan fakta tentang apa yang dialami, didengar dan dilihat).
Sulitkah kalian menulis apa yang kalian diskusikan dengan, misalnya, kalimat seperti ini: Gantyo, dosen bahasa Indonesia jurnalistik, memberikan tugas kepada para mahasiswa agar mendiskusikan berita kasus pembunuhan atas diri Aswara.
- Suhu ruangan kelas 807 banyak mahasiswa terlambat masuk kelas ketika kuliah penulisan berita menggunakan kaidah Bahasa Indonesia jurnalistik sedang berlangsung dikampus esa unggul jakarta Rabu (3 Oktober 2012).
Catatan dosen: Kalimat di atas kacau balau, karena tidak jelas SPOK (Subjek, Pokok Kalimat, Objek dan Keterangan). Coba perhatikan, apa yang dimaksud dengan ”…penulisan berita menggunakan kaidah Bahasa Indonesia jurnalistik sedang berlangsung…” Apa hubungannya suhu ruangan kelas dengan mahasiswa terlambat? Tata cara penggunaan huruf besar/kecil juga dilanggar, pun demikian dengan penempatan awalan ”di”.
Halo, para mahasiswa, mohon dong Anda lebih teliti dan serius saat menulis (karya tulis apa pun). Inikah kalimat yang kalian maksud?: Suhu ruangan kelas 807 Universitas Esa Unggul ketika kuliah bahasa Indonesia jurnalistik berlangsung (Rabu 3 Oktober 2012), cukup panas. Banyak mahasiswa yang terlambat masuk kelas.
- Pada suatu siang di ruang 807 Universitas Esa Unggul, sedang berlangsung pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Selaku Dosen, Pak Gantyo membagi mahasiswa-mahasiswa ke dalam 10 kelompok yang beranggotakan 3 sampai 6 orang untuk mendiskusikan definisi tentang Bahasa Indonesia Jurnalistik.
Komentar dosen: Ada pelanggaran demokratis, efisiensi dan logika pada kalimat di atas. Kalimat itu akan bersih dari pelanggaran jika ditulis seperti ini: Pada suatu siang di ruang 807 Universitas Esa Unggul, Gantyo mengajar mata kuliah bahasa Indonesia jurnalistik. Dia membagi para mahasiswa ke dalam 10 kelompok yang masing-masing beranggotakan 3 sampai 6 orang. Mereka mendiskusikan definisi bahasa Indonesia jurnalistik.
- Kegiatan kuliah hari ini di awali dengan kerja kelompok dalam bahasa Indonesia Jurnalistik yang membahas tentang bagaimana mengunakan bahasa Indonesia jurnalistik dengan benar dan tepat. Nampaknya didalam ruangan ini sangat ramai dan panas, mengakibatkan mahasiswa merasa tidak nyaman di ruangan ini.
Catatan dosen: Kalimat ini juga kacau balau. Tata cara penggunaan awalan ”di” dilanggar (coba dong pelajari lagi pelajaran bahasa Indonesia sewaktu di SD, SMP atau SMA).
Mengapa sih tidak ditulis seperti ini?: Kuliah bahasa Indonesia jurnalistik hari ini diawali dengan kerja kelompok dalam yang membahas tentang bagaimana mengunakan bahasa Indonesia jurnalistik dengan benar dan tepat. Nampaknya didalam ruangan ini sangat ramai dan panas, mengakibatkan mahasiswa merasa tidak nyaman di ruangan ini.
- Pada siang hari ini ingin akan memberitakan suasa di kelas Diskusi kelompok pada pembelajaran bahasa Indonesia jurnalistik yang berbagi tentang kriteria berbahasa Indonesia yang baik dengan suasana kelas yang gaduh dan panas sehingga menyebabkan mahasiswa kurang nyaman.
Komentar dosen: Coba baca ulang, pahamkah Anda dengan kalimat di atas? Ibarat kanker (maaf), kalimat di atas telah berstadium 4 alias kanker ganas. Kelompok yang menulis kalimat di atas juga abai terhadap akurasi (lihat kata ”suasa”, Diskusi—menggunakan huruf besar). Logika juga dilanggar.
Jika saya adalah editor, saya mengalami kesulitan membenahi kalimat di atas. Kalau pun dipaksakan, kalimat di atas bisa diperbaiki menjadi seperti ini: Pada siang ini para mahasiswa secara berkelompok belajar mengenai kriteria bahasa Indonesia jurnalistik di kelas yang gaduh dan panas, sehingga mahasiswa kurang nyaman menyimak pelajaran.
- Rabu 3 Oktober 2012, mahasiswa kelas Bahasa Indonesia Jurnalistik dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 3-5 orang.
Catatan dosen: Kelompok mahasiswa yang membuat kalimat di atas, selain tidak kreatif dalam mengungkapkan fakta, juga melanggar hukum logika. Coba perhatikan kalimat ”dibagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 3-5 orang.” Logikanya, 10 kelompok itu beranggotakan 3-5 orang. Faktanya tidak demikian bukan?
Kalimat yang benar adalah demikian: Rabu 3 Oktober 2012, mahasiswa kelas bahasa Indonesia jurnalistik dibagi menjadi 10 kelompok yang masing-masing beranggotakan 3-5 orang.
- Rabu, 3 Oktober 2012. Di dalam ruang 807 Universitas Esa Unggul, dosen Gantyo mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Beliau menugaskan mahasiswanya untuk menyimpulkan makna dari Bahasa Indonesia Jurnalistik.
Komentar dosen: Kalimat di atas tepotong-potong. Lebih bagus jika disusun sebagai berikut: Rabu, 3 Oktober 2012 di ruang 807 kampus Universitas Esa Unggul, dosen Gantyo mengajar bahasa Indonesia jurnalistik dan menugaskan mahasiswanya untuk menyimpulkan makna dari bahasa Indonesia jurnalistik.
- Siang ini mahasiswa dan mahasiswi Universitas Esa Unggul Fakultas Ilmu Komunikasi belajar mengenai Bahasa Indonesia Jurnalistik di ruang 807. Pak Gantyo sebagai dosen …. dst.
Catatan dosen: Mahasiswa yang tergabung di kelompok yang menulis kalimat berita di atas tidak memerhatikan prinsip ekonomi kata (lihat kata ”mahasiswa dan mahasiswi” dan ”mengenai”). Kalimat di atas akan lebih bagus jika disusun seperti ini: Siang ini mahasiswa fakultas ilmu komunikasi Universitas Esa Unggul belajar bahasa Indonesia jurnalistik di ruang 807. Gantyo, sang dosen …. dst.
- Diskusi mengenai rancangan Undang-Undang Bahasa Indonesia Jurnalistik yang melibatkan 69 anggota fraksi, berjalan dengan kesepakatan bersama dan berakhir dengan 35 butir pasal.
Komentar dosen: Kelompok ini cukup kreatif, karena menyamakan diskusi yang mereka lakukan layaknya pembahasan sebuah RUU di DPR. Akan jauh lebih cantik jika kalimat di atas disusun seperti ini: Enam puluh sembilan anggota fraksi menetapkan 35 pasal Rancangan Undang Undang Bahasa Indonesia Jurnalistik setelah mereka berdiskusi di kampus Universitas Esa Unggul, Rabu.
Melanggar Temuan Sendiri
Ternyata sebagian besar mahasiswa melanggar persyaratan bahasa Indonesia jurnalistik yang mereka temukan sendiri. Saya bisa pahami, sebagian di antara mereka adalah mahasiswa baru (semester I) yang belum mengetahui bagaimana menulis berita, dan seperti apa bentuk sebuah berita. Mereka tentunya mengalami kesulitan saat akan menuangkan fakta yang didengar, dilihat, dan dialami ke dalam sebuah berita dan ditulis menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik.
Baik kalau begitu, pada kuliah berikut, saya akan jelaskan apa dan bagaimana berita, dan bagaimana bahasa Indonesia jurnalistik dipakai di sana. Tapi, untuk memudahkan Anda belajar dan memahami bahasa Indonesia jurnalistik, silakan baca berita-berita yang dimuat di surat kabar dan portal-portal berita. Hayati, perhatikan, baca pelan-pelan, dan renungkan. Amati kata demi kata. Simak kalimat demi kalimat. Kalau Anda peduli, saya yakin, Anda tidak akan mengulangi kesalahan seperti yang telah Anda lakukan di atas.***