Jelang UAS: Ukur Kemampuan dan Kemauan
Hasil tugas mahasiswa: membuat majalah. |
PARA mahasiswa IISIP Jakarta yang baik dan semoga terus bersemangat belajar. Hari ini adalah kuliah terakhir sebelum kita mengikuti ujian akhir semester (UAS) pasca-Idul Fitri.
Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan selamat melanjutkan puasa bagi Anda yang sedang menjalankan ibadah puasa, dan sekaligus selamat menyongsong Idul Fitri 1 Syawal 1439 H. Mohon maaf lahir dan batin.
Saya tentunya banyak melakukan kesalahan ketika mendampingi Saudara belajar mata kuliah manajemen media massa (MMM), dan editing dan produksi isi media (EPIM).
Tapi, ketahuilah, jika pun di kelas, saya kerap marah atau mengkritik Saudara, itu semata-mata demi masa depan kalian. Demi profesionalisme kalian. Demi orang tua yang telah membiayai kuliah Anda.
Dalam bebera kali kuliah terakhir, saya minta Saudara melakukan diskusi kelompok dan membuat tugas kelompok. Maaf kalau saya belum bisa memberikan nilai yang dapat memuaskan Saudara.
Saya tentu berharap nilai yang Saudara peroleh itu dapat memotivasi Saudara, sehingga ke depan, Saudara dan teman-teman Saudara dapat berprestasi lebih baik lagi. Ingat, lho, Anda adalah generasi milenial yang situasi kekinian membawa Anda ke era yang sarat dengan tantangan sekaligus peluang.
Dilatarbelakangi kenyataan itulah mengapa pada Senin 30 April 2018, saya minta Saudara mengikuti kuliah pakar tentang strategi pengelolaan iklan digital di media sosial, dan saya minta Saudara (khusus untuk mata kuliah EPIM) menulis apa yang Saudara lihat dan dengar di sana.
Semoga setelah mengikuti kuliah umum itu, Saudara dapat semakin menyadari bahwa kita, khususnya Anda, dituntut untuk kreatif karena kita telah berada di era digital. Berkali-kali saya menjelaskan soal ini kepada Anda di depan kelas.
Manajemen Media Massa
Khusus untuk Anda yang mengambil mata kuliah manajemen media massa, berkali-kali saya telah meminta kepada Anda agar melakukan diskusi kelompok guna membahas perkembangan media massa, tidak terkecuali media digital.
Seperti yang diungkapkan para dosen tamu dalam kuliah pakar Senin 30 April lalu, di era digital seperti sekarang, konten (antara lain iklan digital) menjadi sesuatu yang sangat penting agar sebuah produk yang diiklankan bisa diterima khalayak, khususnya iklan digital yang disampaikan melalui media sosial.
Konsekuensinya, segala sesuatu yang berkait dengan konten, baik itu iklan maupun informasi berupa teks, foto, gambar, desain dan video harus dikelola dengan baik. Penelitian dan perencanaan serta aktivitas manajemen lainnya (penggerakan, pengorganisasian, pengawasan dan penilaian) selayaknya Saudara aplikasikan semaksimal mungkin.
Itulah yang melatarbelakangi mengapa saya minta Anda dan teman-teman lewat kelompok untuk melakukan observasi terhadap program acara televisi, radio, media cetak dan media online.
Isi pernyataan atau pesan apa pun wujudnya adalah konten yang harus dikelola oleh para pemimpin perusahaan atau lembaga media. Ketika kita gagal mengelola konten, maka besar kemungkinan kita akan gagal berkomunikasi dan gagal mengelola bisnis media.
Terakhir, saya juga telah meminta kelompok Saudara agar membuat term of reference (TOR) bagaimana merencanakan liputan komprehensif dan peluang mendapatkan iklan.
Kelompok Saudara sudah melakukannya, kan? Masih ingat?
Secara berkelompok, sesuai dengan silabus perkuliahan, Anda juga saya minta melakukan observasi dan praktik untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan enam portal berita. Kelompok Anda dalam kuliah hari Senin (21 Mei) telah mempresentasikannya di depan kelas. Saya juga telah minta teman-teman Anda menanggapi.
Saya dan Anda adalah manusia-manusia komunikasi. Supaya kita bisa menyampaikan pesan atau isi pernyataan, maka kita harus membiasakan diri bermedia. Media digital sudah bertebaran di mana-mana. Sebaiknya kita manfaatkan.
Editing dan Produksi Isi Media
Khusus untuk Anda yang belajar mata kuliah editing dan produksi isi media (EPIM), saya telah meminta Anda untuk membuat akun di Selasar (dotcom).
Setelah saya minta Anda menulis di sana, apakah Anda sudah menyampaikan pesan komunikasi berupa karya tulis (jurnal) lagi di portal opini tersebut?
Anda tidak harus menulis di sana. Anda juga bisa membuat blog (beberapa di antara Anda sudah punya) dan berkomunikasi di sini. Anda juga bisa menulis tentang apa pun di Kompasiana, Detik, Tempo, Qureta atau di Media Indonesia (dotcom) seperti yang dilakukan dosen Anda. Silakan klik di sini.
Untuk memotivasi Saudara berkiprah di dunia komunikasi dan media, ada baiknya Saudara membaca pengalaman alumni IISIP Jakarta yang dulu bernama Sekolah Tinggi Publisistik. Silakan buka linknya. Jangan malas membaca.
Khusus kepada Saudara yang mengambil mata kuliah EPIM, saya perlu ingatkan bahwa idealnya nilai UTS dan UAS Saudara minimal harus 9 (sembilan).
Ya, 9 sebab Saudara di kampus ini dididik dan dilatih menjadi seorang editor, bukan lagi reporter. Yuk kita berandai-andai, jika nilai tugas dan UAS Anda nanti masih dalam kisaran 6-8, maka Anda sebenarnya masih gagal menjadi seorang editor (redaktur).
Mengapa saya katakan demikian, sebab apa jadinya koran atau media online, tempat Anda bekerja, jika berita yang diturunkan di sana sini masih salah ketik, salah logika, salah struktur, dan kesalahan-kesalahan lain. Celakanya, Anda ikut berkontribusi melakukan kesalahan.
Maafkan kalau saya sangat keras dalam soal ini. Bukan apa-apa. Saya ingin Anda benar-benar teliti dan profesional dalam melakukan editing.
Saya sudah mengoreksi tugas Anda (menulis kuliah pakar tamu). Sayang, dari 17 naskah yang dikumpulkan, tak satu pun di antara Anda yang mendapatkan nilai 8 ke atas.
Saya menduga, fakta itu terjadi lantaran Saudara jarang membaca, apalagi menulis. Saya yakin jika Anda terbiasa membaca dan menulis, Anda tidak akan menemui kesulitan dalam menulis dan menyunting (mengedit) naskah apa pun.
Berkali-kali di kelas, selain memberikan teori, saya juga minta Anda mempraktikkan teori dengan cara mengedit beberapa naskah. Saya selalu memberikan catatan dan penilaian.
Saya minta Saudara menyimpan naskah editing yang telah saya beri catatan dan nilai. Apakah Anda masih menyimpannya atau malah membuangnya? Padahal ini penting lho agar Anda tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Banyak pula di antara Anda yang menulis kalimat tidak jelas atau tidak “nyambung” seperti ini: “Seperti iklan Rokok yang di pasang dalam beberapa media sosial populer dengan mengangkat unsur fiktif, karena sifat dari komunikasi interpersonal adalah keintiman dalam berkomunikasi antara Komunikan (Perusahaan) dan komunikator (Netizen) hal ini bertujuan untuk mempengaruhi langsung khalayak, akibatnya motif sang perusahaan sukses mempengaruhi khalayak.”
Kalimat di atas selain panjang — sehingga tidak efektif dan efisien — juga tidak jelas pesan apa yang akan disampaikan.
Ini contoh lain, saya kutip sesuai aslinya: “Banyak generasi milineal memanfaatkan Sosial Media serta Internet sebagai sarana kreatifitas untuk mencari keuntungan dari berjualan, Vlog, Animasi, Review tentang apapun melalui sosial media seperti Instagram maupun Youtube. Mereka yang memanfaatkan Sosial Media itu juga sering di sebut sebagai Selegram dan Youtuber.”
Saat melakukan editing dan menulis, berkali-kali saya menjelaskan bahwa jika Anda menemukan kata-kata nara sumber yang tidak sistematis dan sulit dicerna, kewajiban Anda untuk menyederhanakannya, sehingga kata-kata nara sumber menjadi jelas dan komunikatif setelah dirangkai menjadi kalimat.
Tentang itu, saya pernah memberikan contoh dan menuliskannya untuk Anda di sini (silakan baca lagi). Ya, benar, tulisan itu membahas door stop wartawan dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Aha, ada di antara Anda yang mengerjakan tugas dengan cara memplagiat karya orang lain. Ingat, Anda adalah mahasiswa dan masuk dalam katagori sebagai masyarakat ilmiah.
Haram hukumnya melakukan plagiat. Plagiat identik dengan mencuri. Jika Anda memang berniat mengutip, sebutkan sumbernya. Jangan copy-paste.
Semester genap segera berlalu. Masih banyak di antara Anda yang terlambat masuk kelas, sehingga tidak bisa menerima materi kuliah atau penjelasan dosen secara utuh.
Banyak pula di antara Anda yang memanfaatkan kebijakan kampus “boleh tidak mengikuti kuliah sebanyak tiga kali” sebagai target yang harus diambil.
Di awal kuliah, saya sudah mengingatkan, tiga kali boleh tidak mengikuti kuliah, jangan Anda jadikan target yang harus diambil.
Jika itu yang Anda lakukan, ujung-ujungnya akan menyulitkan Anda sendiri. Menjelang UAS, Anda tergopoh-gopoh dan mengiba-iba ke dosen, padahal saya sudah mengatakan kepada Anda bahwa dosen tidak mengurusi absensi Anda. Soal berapa kali Anda bolos kuliah, yang tahu adalah Anda, bukan dosen. Tugas dosen adalah mengajar di kelas, bukan memberikan banding atas kelalaian Anda, disengaja pula.
Selamat menikmati minggu tenang, libur Lebaran dan bersiap-siap mengikuti UAS bulan Juni mendatang.
Hari-hari ini masih dalam suasana bulan Ramadan, silakan merenung dan ukur lagi kemampuan dan kemauan Anda.[]