Menulis Berita Kriminal, Sedikit yang Menarik?

1 299

BERGANTIAN, para mahasiswa mata kuliah penulisan berita, Sabtu (19 November 2011) mengoreksi naskah berita kriminal karya (tugas) teman sendiri. Hasilnya, hanya empat berita yang menurut mereka menarik.

Total naskah berita yang masuk ada 31. Itu berarti 12 mahasiswa tidak mengerjakan tugas, karena jumlah mahasiswa kelas penulisan berita ada 43 orang.

Seperti biasa, sebelum mengumpulkan tugas, para mahasiswa saya minta agar membaca dulu secara bergantian naskah berita yang ditulis teman-temannya.

“Tempatkan diri Anda sebagai pembaca surat kabar. Adakah berita karya teman Anda yang memiliki nilai tinggi?” saya bertanya.

Tidak ada yang angkat tangan. Pertanyaan yang sama saya ulang. Dua mahasiswa lalu angkat tangan.

“Adakah berita kriminal yang Anda baca, penting untuk banyak orang, termasuk Anda?” kembali saya bertanya. Setelah pertanyaan itu saya ulang, dua mahasiswa angkat tangan.

“Adakah di antara Anda yang merasa puas setelah membaca berita-berita yang ditulis teman Anda?” saya lagi bertanya. Hanya dua mahasiswa yang angkat tangan.

“Sekarang perhatikan judul berita yang ditulis teman-teman Anda, apakah ada yang menarik?” tanya saya. Tidak ada yang angkat tangan.

Pertanyaan yang sama saya ulang. Saya tunggu beberapa detik, tak juga ada mahasiswa yang angkat tangan. Kesimpulannya, tak satu pun judul berita yang mereka tulis menarik.

Setelah saya membaca karya para mahasiswa, judul berita yang mereka tulis memang tidak menarik dan terkesan asal tulis, yang penting berjudul, seperti ini:

1. Kriminalitas Penghipnotisan Sepeda Motor
(Komentar dosen: Sepeda motor memang bisa dihipnotis? Judul ini akan lebih pas jika diganti menjadi: Pengemudi Sepeda Motor Dihipnotis).

2. Penganiayaan Kepada Ketua RT
(Komentar dosen: Waduh, penganiayaan ini “barang” apa sih, kok bisa dikirim/diberikan kepada Pak RT? Akan lebih afdol jika judul itu diubah menjadi seperti ini: Ketua RT Dianiaya).

3. Beratnya Kebutuhan Hidup Mendasari Tindakan Pencurian
(Komentar dosen: Serius sekali ini mahasiswa, membuat judul berita mirip tema kuliah subuh. Mungkin maksudnya seperti ini: Butuh Hidup Nekat Mencuri).

4. Perampokan Gagal Luka Tembak Bersarang
(Komentar dosen: Luka tembak memang bisa bersarang? Yang bersarang itu luka tembak atau peluru. Judul ini akan lebih pas jika diganti seperti ini: Gagal Merampok, Pelaku Tembak Korban atau Ditembak setelah Gagalkan Aksi Perampokan).

Sebenarnya ada beberapa mahasiswa yang menulis judul berita cukup menarik, seperti ini:

1. Kebutuhan Mendesak, Kejahatan Bertindak
2. Cucak Ijo Hilang (berita tentang warga Bekasi yang kehilangan burung cucak ijo seharga Rp 2,5 juta).
3. Polisi Bekuk Calo PNS
4. Tersangka Pembunuhan Ternyata Mantan Atlet
5. Tukang Ojek Dibius, Motor Raib

Sayang memang, hampir semua mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menuangkan fakta (peristiwa) ke dalam naskah berita. Mahasiswa yang menulis judul berita Tukang Ojek Dibius, Motor Raib, menulis lead beritanya seperti ini: Seorang tukang ojek terkapar di pinggir emperan ruko, diduga ia habis terkena bius oleh penumpang yang habis ia antar.

Lead di atas akan lebih enak dibaca jika ditulis seperti ini: Seorang pengojek, diduga korban pembiusan, ditemukan terkapar di emperan sebuah ruko di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (15/11).

Penulis berita “Tersangka Pembunuhan Ternyata Mantan Atlet” juga kurang mahir menulis lead yang ditulis seperti ini: Senin, 14 November 2011, DTP (18), tersangka pembunuhan yang menewaskan seorang Manajer PT. AG. Sukses Mandiri, Novi (28) pertengahan bulan Juni lalu akhirnya tertangkap kemarin setelah menjadi buronan jajaran Polresta Depok selama lima bulan.

Lebih bagus jika lead di atas ditulis seperti ini: Polisi Depok, Senin (14/11) akhirnya menangkap DTP (18) setelah tersangka pembunuh Novi, manajer PT AG Sukses Mandiri ini buron lima bulan.

Mahasiswa yang menulis berita “Polisi Bekuk Calo PNS” pun tidak kreatif dalam menulis lead padahal di dalam lead ada unsur menarik (nama pelaku Muslihat). Lead ditulis seperti ini: Kepolisian Sektor Pancoran Mas, Depok, membekuk seorang tersangka yang diduga sebagai pelaku penipuan. Tersangka bernama Muslihat alias Jhoni bin Hasbullah (50) diduga menipu korban untuk masuk menjadi menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Pemerintah Kabupaten Bogor.

Catatan dosen: Ada logika yang menganggu. Perhatikan kalimat kedua lead. Siapa yang akan masuk menjadi PNS? Membaca kalimat di atas, yang akan masuk menjadi PNS adalah Muslihat alias Jhoni. Bagaimana supaya Muslihat bisa jadi PNS? Membaca kalimat di atas, jawabnya adalah dengan cara menipu korban.

Lead di atas akan lebih masuk akal jika ditulis seperti ini: Polisi Pancoran Mas Depok membekuk Muslihat yang diduga melakukan tipu muslihat calon pegawai negeri sipil (PNS) yang melamar ke Pemerintah Kabupaten Bogor.

Sebagian besar mahasiswa memang belum mahir menulis berita. Tapi tak apalah. Saya tetap memberikan apresiasi, sebab sebagian besar di antara mereka benar-benar melakukan liputan di lapangan disertai dengan bukti. Ada mahasiswa yang berfoto bersama dengan nara sumber (Pak Polisi) dan korban, melampirkan fotokopi KTP korban dan fotokopi surat tanda penerimaan laporan/pengaduan.

Halo para mahasiswa, teruslah berlatih. Jangan menangis atau meringis jika dosen memberikan nilai jeblok. Jadikan nilai itu sebagai pemicu untuk menjadi mahasiswa profesional. Pasti bisa.***

1 Comment
  1. Unknown says

    Sudah hampir 1 tahun saya menjadi wartawan umum. Demi perkembangan diri, saya harus belajar menulis berita kriminal yg selama ini menjadi momok menakutkan bagi saya. Pilihan saya membawa konsekwensi pindah pos.

    Ulasan yg menarik, tulisan ini sangat membantu sekali.

    Mohon ijin untuk juga membagikan tulisan ini dalam salah satu kolom di blog saya. Repost semata-mata untuk tujuan pendidikan.

    Salam kenal pak.

Leave A Reply

Your email address will not be published.